Percobaan Pendahuluan Optimasi Formula Mikroemulsi dengan Variasi Konsentrasi

30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1.1 Percobaan Pendahuluan

Percobaan pendahuluan dilakukan untuk mencari konsentrasi campuran minyak yang dapat mensolubilisasi testosteron undekanoat sesuai kekuatan sediaan yang paling besar. Selain itu, optimasi kondisi pembuatan mikroemulsi yaitu suhu, kecepatan pengadukan dan waktu pengadukan. Hasil percobaan pendahuluan kali ini didapatkan perbandingan konsentrasi campuran minyak yang mensolubilisasi testosteron undekanoat paling besar yaitu formula 2 dengan perbandingan 20:8:41 IPM : Minyak Jarak : BB. Tabel 4.1 Hasil Uji Kelarutan Testosteron Undekanoat dalam Campuran Minyak Formula IPM Minyak Jarak BB TU yang dapat terlarut mg 1 20 8 43 310 2 20 8 41 340 3 22 5 44 331 4 25 5 41 330 Berdasarkan optimasi kondisi pembuatan didapatkan kondisi optimal pembuatan mikroemulsi yang jernih dan stabil adalah, kecepatan pengadukan + 750 rpm, dengan lama pengadukan + 30 menit. Tabel 4.2 Hasil Optimasi Kecepatan Pengadukan Kecepatan Rpm Hasil 100-200 Tidak terbentuk mikroemulsi 750 Mikroemulsi yang terbentuk jenih dan transparan 1000-1500 Mikroemulsi berbusa dan tidak stabil UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.2 Optimasi Formula Mikroemulsi dengan Variasi Konsentrasi

Optimasi formula mikroemulsi dilakukan dengan variasi konsentrasi tetapi persen fase minyak dihitung berdasarkan perbandingan campuran minyak yang paling besar kemampuan mensolubilisasi testosteron undekanoat yaitu formula 2 20 : 8 : 41. Besarnya perbandingan lalu dijadikan dalam bentuk 100 sehingga didapatkan pesentase masing-masing yaitu 12 untuk minyak jarak, 29 untuk isopropil miristat dan 59 untuk benzil benzoat. Persentase ini digunakan untuk menghitung jumlah masing-masing minyak dari jumlah minyak yang dibutuhkan dalam pembuatan mikroemulsi. Hasil optimasi formula digambarkan dengan digram fase pseudoterner. Diagram fase pseudoterner dibaut dengan komposisi: A. Surfaktan; Tween 80, B. Fase minyak; minyak jarak, IPM, benzil benzoat, dan C. air. Diagram fase pseudoterner dapat dilihat pada Gambar 4.1. 60 70 80 90 100 100 AIR MINYAK 10 20 30 40 50 80 20 90 10 60 40 30 70 60 50 50 20 80 30 70 SURFAKTAN 100 10 90 40 Gambar 4.1. Diagram fase pseudoterner Keterangan: Surfaktan Tween 80 + Minyak benzil benzoat + IPM + minyak jarak + Air dengan perbandingan konsentrasi benzil benzoate : IPM : minyak jarak = 41:20:8 Krim; Emulsi; Mikroemulsi; 2 Lapisan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pembuatan diagram fase membantu mendapatkan konsentrasi optimum fase minyak, surfaktan dan air. Berdasarkan diagram fase pseudoterner didapatkan rentan pembuatan mikroemulsi yaitu konsentrasi dari surfaktan; 28-30, fase minyak 67-69, dan fase air 3. Pada diagram terlihat mikroemulsi terdapat di daerah sebelah kanan diantara fase surfaktan dan minyak. Hal ini menunjukan mikroemulsi yang terbentuk tipe am air dalam minyak.

4.1.3 Pembuatan Mikroemulsi