Tipe-Tipe Mikroemulsi Surfaktan Mikroemulsi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dari segi ukuran droplet tetesan, emulsi memiliki ukuran diatas 10 3 nm sedangkan mikroemulsi memiliki ukuran 10 nm –100 nm Myers D., 2006. Mikroemulsi terbentuk dari dua cairan tak tercampurkan yang saling menguntungkan dimana salah satunya secara spontan terdispersi ke dalam cairan lainnya dengan bantuan satu atau lebih surfaktan dan kosurfaktan Rakshit dan Satya, 2008 . Hubungan perilaku fase di dalam mikroemulsi dapat terlihat dengan bantuan diagram fase Phase Diagram. Diagram fase ini berguna untuk menentukan komposisi yang tepat dari fase air, minyak dan surfaktan yang akan membentuk suatu sistem mikroemulsi. Perilaku fase sederhana sistem mikroemulsi dapat dipelajari dengan bantuan diagram tiga fase pseudo-ternary phase diagram yang setiap sudut diagram mewakili 100 tiap komponen mikroemulsi air, minyak,surfaktan Bakan, J.A., 1995. Mikroemulsi dapat diberikan secara parenteral. Kelebihan mikroemulsi jika digunakan untuk parenteral adalah sebagai berikut: a ukuran droplet yang kecil sehingga jika masuk ke dalam sirkulasi darah tidak menghambat peredaran darah, b stabil secara termodinamika, c kemampuan mensolubilisasi yang besar, d viskositas yang rendah, e dapat disterilkan dengan filtrasi, f mengurangi rasa sakit pada injeksi jika dibandingkan dengan sediaan pelarut campur, g mikroemulsi air dalam minyak dapat digunakan untuk penghantaran obat terkontrol.

2.2.1 Tipe-Tipe Mikroemulsi

Ada tiga tipe sistem dispersi yang dibentuk oleh mikroemulsi yaitu tipe minyak dalam air MA atau OW, tipe air dalam minyak AM atau WO dan tipe kesetimbangan air dan minyak bicountinous structure. Tipe sistem dispersi mikroemulsi tersebut terbentuk tergantung komposisi dari komponen mikroemulsi itu sendiri. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.3. Tipe Sistem Dispersi Mikroemulsi Lawrence dan Rees, 2000 Mikroemulsi tipe MA atau OW akan terbentuk jika volume fraksi minyak lebih sedikit dari volume fraksi air. Sebaliknya, mikroemulsi tipe AM atau WO akan terbentuk jika volume fraksi minyak lebih banyak dari volume fraksi air. Sedangkan mikroemulsi tipe kesetimbangan air dan minyak bicountinous structure akan terbentuk jika volume fraksi minyak sama banyak dengan volume fraksi air Lawrence dan Rees, 2000.

2.2.2 Surfaktan

Surfaktan atau zat aktif antarmuka adalah suatu zat yang dapat menurunkan tegangan antarmuka Martin, 1993. Surfaktan mempunyai struktur bipolar yaitu bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Hal ini menyebabkan surfaktan cenderung berada pada antarmuka antara fase yang berbeda derajat polaritasnya. Gambar 2.4. Molekul Surfaktan Gevarsio,1996 Ada empat jenis surfaktan berdasarkan ionisasinya dalam larutan air yaitu anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik Myers, 2006. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Surfaktan anionik adalah molekul yang bermuatan negatif pada gugus hidrofilik atau aktif permukaan surface-active, seperti gugus karboksilat sulfat atau sulfonat. Secara luas, surfaktan ini banyak digunakan karena harganya yang murah. Namun, surfaktan ini dapat menyebabkan iritasi dan toksik sehingga hanya digunakan untuk sediaan luar. Surfaktan ini hanya menghasilkan emulsi AM. Contoh surfaktan ionik yaitu: Garam Na, K, atau ammonium dari asam lemak rantai panjang seperti sodium stearat, Sodium lauril sulfat dan sebagainya Matheson, 1996; Rosen, 2004. Surfaktan kationik adalah senyawa yang bermuatan positif pada gugus hidrofiliknya atau bagian aktif permukaan surface active. Surfaktan ini memiliki sifat toksik sehingga cenderung digunakan untuk formula krim antiseptik. Contohnya surfaktan kationik yaitu cetrimide, cetrimonium bromide benzalkonium klorida dan quarternery ammonium salt QUAT Matheson, 1996; Rosen, 2004. Surfaktan amfoterik adalah surfaktan yang bermuatan positif dan negatif pada molekulnya, dimana muatannya bergantung kepada pH. Pada pH rendah akan bermuatan negatif dan pada pH tinggi akan bermuatan positif Matheson, 1996; Rosen, 2004. Surfaktan nonionik adalah surfaktan yang tidak bermuatan atau tidak terjadi ionisasi molekul. Sifat hidrofilik disebabkan karena keberadaan gugus oksigen eter atau hidroksil. Surfaktan nonionik mempunyai kemampuan melarutkan senyawa yang kurang larut dan memiliki toksisitas rendah. Contoh surfaktan nonionik yaitu: Glikol dan gliserol ester, Sorbitan ester, Polysorbate, PEG, Poloxalkol Matheson, 1996; Rosen, 2004. Surfaktan membantu pembentukan emulsi dengan mengabsorpsi pada antar muka, dengan menurunkan tegangan interfasial dan bekerja sebagai pelindung agar butir-butir tetesan tidak bersatu. Emulgator membantu terbentuknya emulsi dengan 3 jalan yaitu Mayers D., 2006: 1 penurunan tegangan antar muka stabilisasi termodinamik, 2 terbentuknya film antar muka yang kaku pelindung mekanik terhadap koalesen, 3Terbentuknya lapisan ganda listrik, merupakan pelindung listrik dari partikel. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.3 Ko