Biokonsentrasi Faktor Kelimpahan Plankton

1 2 2 − − = ∑ n x Xi S x 1 2 2 − − = ∑ n y Yi S y Keterangan: r = Koefisien korelasi Sxy = Sebaran nilai pengamatan x dan y Sx 2 = Keragaman nilai x Sy 2 = Keragaman nilai y

3.5.3. Koefisien distribusi

Kd Untuk melihat perbandingan koefisien distribusi logam berat dalam sedimen, air, dan ikan menggunakan rumus Koefisien Distribusi Kd, yaitu: [ ] [ ] air berat Logam Lumpur berat Logam Kd =

3.5.4. Biokonsentrasi Faktor

BCF Untuk melihat perbandingan tingkat biokonsentrasi faktor logam berat pada ikan dan air sertaikan dan sedimen menggunakan rumus: [ ] [ ] air berat Logam Ikan berat Logam BCF = [ ] [ ] Lumpur berat Logam Ikan berat Logam BCF =

3.5.5. Kelimpahan Plankton

Kelimpahan plankton dinyatakan sebagai jumlah individu plankton per satuan volume air dihitung dengan menggunakan metode Lackey Drop Microtransect counting APHA, 1989, dengan rumus sebagai berikut : V vc v A a n N F 1 × × × = Keterangan : N F = Jumlah total plankton selL.. N = Jumlah rataan individu per lapang pandang a = luas gelas penutup mm 2 A = Luas satu lapangan pandang mm 2 v = Volume air terkonsentrasi ml vc = Luas Volume air di bawah gelas penutup ml V = Volume air yang disaring L

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Perairan Waduk Cirata Secara Fisika, Kimia, dan Biologi

Degradasi lingkungan lahan budidaya akibat tingginya cemaran dan kesalahan pengelolaan budidaya yang berakibat pada perubahan perairan secara fisika, kimia, dan biologi. Aktivitas kegiatan KJA memberikan dampak yang signifikan terhadap terjadinya perubahan kualitas air Waduk Cirata Prihadi 2004. Perkembangan KJA di Waduk Cirata terjadi sangat cepat, Garno Adibroto 1999 dalam Prihadi 2005 mencatat pada tahun 1999 terdapat 27.786 KJA dengan produksi ikan 25.114 ton. KJA menutupi 136 ha atau 2,2 permukaan waduk dan sisa-sisa pakan yang tertampung di dalam waduk ada sekitar 198,376 ton 8,667 ton N dan 1,239 ton P sedangkan pada tahun 2003 tercatat sebanyak 38.276 unit KJA, sehingga sisa pakan yang berada di dasar waduk adalah sebesar 279.121 ton. Jumlah KJA ini sudah menutupi permukaan Waduk Cirata sebesar 15–20. Pada tahun 2009 jumlah KJA yang ada di Waduk Cirata sebanyak 51.418 unit, walaupun yang aktif melakukan kegiatan budidaya hanya sebesar 60 atau sebanyak 30.850 unit dengan jumlah rumah tangga petani RTP 2.838 BPWC 2009 jauh melebihi daya dukung yang telah direkomendasikan. Standarisasi penentuan tingkat cemaran air Waduk Cirata, didasarkan pada hasil evaluasi kualitas air dari tiap-tiap stasiun pengamatan yang berdasarkan pada baku mutu air PP. No. 82 Tahun 2001 dengan evaluasi menggunakan metode STORET. Menurut Purnamawati 2009, kualitas air sangat ditentukan oleh konsentrasi bahan pencemar di dalam air, PP. No. 82 Tahun 2001, menjelaskan bahwa pencemaran air adalah turunannya kualitas air ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Secara prinsif metode Storet adalah membandingkan antara dua kualitas air dengan baku mutu yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air tersebut. Penentuan status mutu air Waduk Cirata menunjukkan kualitas airnya telah melewati baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya. Indeks penghitungan baku mutu air Waduk Cirata berdasarkan pada