a. Para ulama
b. Ahli zuhud dan ahli ibadah
c. Penguasa dan pemerintah
d. Kelompok ahli perniagaan, industry dan sebagainya
e. Fakir miskin dan orang lemah
f. Anak, istri dan kaum hamba
g. Orang awam yang taat dan berbuat maksiay
h. Orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasulnya
c. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da‟i pada mad‟u pada dasarnya bersumber dari al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber
utama
45
yang meliputi akidah, syariah, dan akhlak. Hal yang perlu disadari bahwa ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata beraitan dengan eksistensi dan
wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran mendalam agar mampu memanifestasikan akidah, syariah, dn akhlak dalam ucapan, pikiran, dan
tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Materi dakwah yang merupakan isi pesan atau isi dakwah yang
dikomunikasikan secara efektif kepada penerima dakwah harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Materi yang disampaikan oleh seorang da‟i haruslah sesuai dengan kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu. Seorang
44
Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006, Cet. Ke-2, ed. Rev, hal. 106.
45
Hasan Al Bana, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin, Surakarta: Era Inter Media, 1998, cet. 6
yang intelektualnya rendah disampaikan dengan bahasa dan contoh yang dapat dimengerti oleh para mad‟u.
d. Metode Dakwah
Metode adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentng cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.
Efektif artinya antara biaya, tenagan dan waktu dapat seimbang. Sedangkan efisien atau sesuatu yang berkenaan degan pencapaian suatu hasil. Jadi metode
dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk mencapai suatu tujuan dakwah yang efektif dan efisien.
46
Sekurang-kurangnya ada tiga metode yang digambarkan dalam al-Quran yang
tertera dalam surat an-Nahl:
125
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk.” an-
Nahl:125 Dakwah dengan hikmah, menurut pendapat M. Abduh dalam buku metode
dakwah yang dikarang oleh Munzier Suparta dan Harjani Hefni
47
bahwa. Hikmah
46
Asmuni Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, hal. 21.
47
Munzier Suparta dan Harjani,
adalah mengetahui rahasia-rahasia dan faedah di dalam arti ucapan yang sedikit lafazh akan tetapi banyak makna ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada
tempat atau semestinya. Dakwah dengan nasehat yang baik, menurut pakar bahasa, nasehat
mengandung arti teguran atau peringatan. Menurut ashfani, dengan mengutip pendapat Imam Khalil yang ditulis oleh A. Ilyas Ismail
48
, menyatakan bahwa nasehat adalah memberikan peringatan al-tadzkir dengan kebaikan yang dapat
menyentuh hati. Jadi, makna terpenting dari nasehat adalah mengingatkan tadzkir dan membuat peringatan dzikra kepada umat manusia. Menurut Sayyid
Qutub nasehat yang baik, adalah nasehat yang dapat masuk dalam jiwa manusia serta dapat menyejukan hati, bukan nasehat yang dapat memerahkan telinga
karena penuh dengan kecaman dan caci-maki yang tidak pada tempatnya. Dakwah dengan dialog yang baik, perdebatan dengan cara yang baik
dengan bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan.Yaitu diskusi terbatas pada iede. Dilakukan dengan menyerang daan menjatuhkan argumentasi-
argumentasi yang bathil, lalu memberikan argumentasi-argumentasi yang jitu dan benar.
49
Menurut Qutub, dakwah yang baik jadal husna adalah jadal yang tidak mengandungunsur penganiayaan karena adanya unsur pemaksaan kehendak, juga
tidak mengandung unsur merendhkan dan melecehkan lawan dialog.
48
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qutub, Jakarta: Pemadani, 2006, Cet. Ke-1, Hal. 249-250.
49
Anonim, Islam, Dakwah Dan Politik, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002, Cet, Ke- 1, hal. 33-36.