F. Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dalam penyusunan penelitian, dalam skripsi ini penulis merumuskan sistematika penulisan “Retorika Dakwah Dzawin Nur ikram dalam
Stand Up Comedy ” yang terdiri atas dari lima bab dan dari setiap bab terdiri dari
sub bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan
masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasa teoritis retorika dan dakwah, terdiri dari ruang lingkup
retorika, yang membahas pengertian retorika, tujuan dan fungsi retorika, lima hukum retorika. Ruang lingkup dakwah, yang membahas pengertian
dakwah, unsur-unsur dakwah, tujuan dakwah. Ruang lingkup stand up comedy, yang membahas pengertian stand up comedy, sejarah singkat stand
up comedy di Indonesia, teknik penyampaian stand up comedy.
BAB III :
Profil Dzawin Nur Ikram dan perjalananya selama menjadi seorang komika memaparkan profil Dzawin Nur Ikram, meliputi riwayat
hidup, riwayat pendidikan, karya-karya dan aktifitasnya selama menjadi komika.
BAB IV : Analisis Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram dalam Stand Up
Comedy. Hasil analisis yang akan diperoleh, meliputi bagaimana cara penyampaian Dzawin Nur Ikram dalam metri dakwahnya melalui stand up
comedy. Dan pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam materi stand up comedy Dzawin Nur Ikram.
BAB V : Yang merupakan bagian akhir dari skripsi ini, terdiri dari
kesimpulan dan saran.
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Ruang Lingkup Retorika
1. Pengertian Retorika
Ditinjau dari segi bahasa retorika berasal dari bahasa Yunani yaitu rhetor yang berarti seorang juru pidato, yang mempunyai sinonim orator.
14
Dalam bahasa Arab disebut fannul khitabah, sedangkan retorika menurut Encyclopedia Britania,
seperti yang dikutip Datuk Tombak Alam, retorika adalah kesenian menggunakan bahasa untuk menghasilkan kesan yang diinginkan terhadap pembaca dan
pendengar.
15
Definisi retorika menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah, keterampilan berbahasa secara efektif dalam karang mengarang atau seni berpidato yang
muluk-muluk dan bombastis.
16
Dalam arti yang sempit berarti retorika adalah bagaimana seseorang menggunakan tutur bahasa yang baik dan jelas agar dapat
mempengaruhi orang lain dengan tujuan dan maksud tertentu. Banyak para pakar yang mengungkapkan definisi retorika dari segi istilah,
beberapa pendapat antara lain: a.
Jalaluddin Rakhmat, berpendapat bahwa retorika adalah pemekaran bakat- bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku
kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran.
17
14
M.H. Israr, Retorika Dakwah Islam Era Modern, Jakarta: CV. Firdaus, 1993, Cet. Ke- 1, hal.10.
15
Datuk Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah, Jakarta: PT. Rhineka Cipta, hal. 36.
16
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Edisi ke-3, Cet. Ke-2, hal. 953.
17
Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 1998, hal.5.
b. Gorys Keraf, berpendapat bahwa retorika adalahsuatu teknik pemakaian
bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis yang berdasarkan pada pengetahuan yang bersusun baik.
18
c. Wahidin saputra, berpendapat bahwa retorika adalah ilmu yang mempelajari
tentang bagaimana bertutur kata dihadapan orang lain dengan sistematis, logis, untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain.
19
d. Dean J Champion, berpendapat bahwa retorika adalah seni berkomunikasi
secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara langsung bertatap muka, oleh karena itu, istilah retorika seringkali disamakan
dengan istilah pidato atau ceramah. Yang dapat meningkatkan kualitas eksistensi keberadaan di tengah-tengah orang lain, bukanlah sekedar
berbicara, tetapi berbicara yang menarik atraktif, bernilai informatif, menghibur rekreatif, dan berpengaruh persuasif. Dengan kata lain, manusia
mesti berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal dengan istilah retorika.
20
e. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, retorika adalah keterampilan bahasa
secara efektif dalam karang-mengarang atau seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.
21
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, retorika menurut penulis adalah seni berbicara yang dimiliki oleh seseorang untuk berbicara di hadapan
18
M.H. Israr, Retorika dan Dakwah Islam di Era Modern, Jakarta: CV. Firdaus, 1993, Cet ke-6, h.10.
19
Wahidin Saputra, Retorika Dakwah Lisan Teknik Kitabah, Buku Ajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006, h.2.
20
Dean J Champion, Metode dan Masalah Penelitian, Bandung: Refika Aditama, 1998
21
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, edisi ke-2, hal. 953.