3. Sebagai sumber informasi mengenai aktivitas crude enzim lipase dari
kecambah biji kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq dan juga sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.
1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah eksperimen yang dilakukan di laboratorium, yang meliputi :
1. Penyediaan kecambah biji kelapa sawit diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa
Sawit PPKS di Jalan Brigjend Katamso,Medan. 2.
Pengamatan perkecambahan biji kelapa sawit selama 14 hari 3.
Penyediaan crude enzim lipase dari kecambah biji kelapa sawit. 4.
Penentuan aktivitas crude enzim lipase dengan pH dan suhu pemanasan yang berbeda.
1.7. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia FMIPA-USU, Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi-USU, Laboratorium Kimia Dasar F-MIPA USU dan
Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PERKECAMBAHAN
Perkecambahan germination merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula
berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal
sebagai kecambah. Kecambah adalah tumbuhan sporofit muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut
perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan.
Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula akar embrio, hipokotil, dan kotiledon daun lembaga. Proses perkecambahan benih merupakan
suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia.
Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua
dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti
karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimililasi dari bahan-
bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi baru, pembentukan komponen dan pertumbuhan sel baru. Tahap kelima adalah
pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sementara penyerapan air oleh benih terjadi pada tahap pertama biasanya berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40 – 60 atau 67 – 150
atas dasar berat kering. Dan akan meningkat lagi pada saat munculnya radikula sampai jaringan penyimpanan dan kecambah yang sedang tumbuh mempunyai
kandungan air 70 - 90 .Sutopo,L., 2002
Ada sedikitnya tanaman Angiospermae yang dimana terjadi proses perkembangan zigot menjadi tanaman dewasa secara terus menerus. Perkecambahan
atau pertumbuhan terbuka dari embrio biji dapat terjadi setelah periode dormansi. Bagaimanapun, sebelum perkecambahan terjadi, kondisi eksternal harus disesuaikan.
Hal yang paling penting adalah kelembapan, oksigen dan suhu.
Kelembapan harus memadai yang secara relatif dibutuhkan sebagai tahap awal dari perkecambahan. Air membantu lapisan biji dan memfasilitasi pergerakan oksigen
ke dalam biji sehingga air merupakan media dimana material berpindah dari satu bagian biji ke bagian lainnya yang dibutuhkan tumbuhan seperti pencernaan makanan
dan pernafasan. Jika kecukupan kuantitas oksigen tidak terpenuhi, respirasi akan dikurangi dan energi yang diperlukan untuk menumbuhkan embrio berkurang. Jarak
temperatur untuk perkecambahan bervariasi, namun perkecambahan biji yang terbaik terjadi pada suhu 65
F sampai 83 F. Johnson,W.H., 1995.
Dormansi adalah masa istirahat, artinya kemampuan biji untuk menangguhkan perkecambahannya sampai pada saat dan tempat yang mengguntungkan baginya
untuk tumbuh.Hal yang menyebabkan terjadinya dormansi yaitu adanya rudimentary embryo. Di dalam keadaan seperti ini, embrio belum mencapai tahap kematangan
immature embryo sehingga memerlukan waktu untuk siap berkecambah.
Faktor lain yang cukup menentukan terhadap keberhasilan perkecambahan adalah faktor kematangan biji seed maturity.Hubungan antara faktor kematangan
biji dengan persentase perkecambahan, telah dilakukan penelitian oleh Kinch dan Termunde 1957 pada biji Perenial Sow Thistle dan Canada Thistle. Dari hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa persentase perkecambahan yang paling tinggi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83 untuk biji yang diambil pada 9 hari setelah berbunga. Sedangkan untuk Canada Thistle yaitu 90 untuk biji yang diambil pada 10 hari setelah berbunga.
. Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses perkecambahan
yaitu air, udara, temperatur, cahaya, dan zat kimia yang mendukung pada proses perkecambahan.Air adalah salah satu faktor lingkungan yang sangat diperlukan dalam
perkecambahan. Adanya air sangat penting untuk aktivitas enzim dan penguraiannya, translokasi dan untuk keperluan fisiologis lainnya.
Faktor lingkungan lain yang berpengaruh dalam proses perkecambahan yaitu udara. Udara terdiri dari 20 oksigen, 0,03 karbon dioksida, dan 80 nitrogen.
Adanya oksigen di dalam proses respirasi pada perkecambahan, sangat berpengaruh. Apabila konsentrasi oksigen di udara sangat rendah, menyebabkan terhambatnya
perkecambahan.
Hubungannya dengan temperatur, perkecambahan memerlukan temperatur yang optimum, yaitu temperatur yang dapat mengakibatkan persentase
perkecambahan yang tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Perlu dikemukakan disini bahwa temperatur minimum, optimum, dan maksimum dikenal dengan
temperatur kardinal. Menurut Copeland 1976, temperatur optimum bagi perkecambahan sekitar 15
-30 C, sedangkan untuk temperatur maksimum yaitu 35
- 40
C.
Cahaya adalah faktor lingkungan lain yang menentukan kemampuan biji berkecambah. Penelitian pengaruh cahaya terhadap perkecambahan telah dilakukan
oleh Borthwick et al 1952 dan Flint 1936 pada biji lettuce .Abidin,Z. 1991
2.2 PERKECAMBAHAN BIJI KELAPA SAWIT