commit to user
8 yang disampaikan secara lisan ataupun tulisan agar apa yang menjadi idenya
tersampaikan dengan jelas dan mendapat respon dari lawan bicaranya Tujuan berbicara mencakup hal-hal berikut : 1 Kemudahan dalam
menyampaikan pendapat, 2 Kejelasan, 3 Bertanggung jawab, 4 Membentuk pendengaran yang kritis, 5 Membentuk kebiasaan.
4. Proses Berbicara
Dalam proses
belajar berbahasa
di sekolah,
anak-anak mengembangkan kemampuannya secara vertical. Artinya mereka sudah dapat
mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Semakin lama kemampuan tersebut menjadi sempurna dalam artian strukturnya
menjadi semakin benar, Pilihan katanya semakin tepat, kalimatnya semakin bervariasi. Dengan kata lain perkembangan tersebut tidak secara horizontal
mulai dari fonem, kata, fase, kalimat dan wacana. Ellis dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi, 2001 : 7
mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertical dalam meningkatkan kemampuan berbicara:
a Menirukan pembicaraan orang lain Khususnya guru b Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang Telah dikuasai
c. Mendekakan atau menyejajarkan dua bentu ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa terutama guru yang
sudah benar. Tompkins dan Hoskisson dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati
Zuchdi, 2001 : 8 menyatakan bahwa proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiaan, yaitu percakapan, berbicara estetik mendongeng,
berbicara untuk menyampaikan informasi atau untuk mempengaruhi dan kegiatan dramatik.
5. Strategi Pembelajaran Berbicara
Pembelajaran berbicara di sekolah-sekolah pada umumnya masih mengalami banyak hambatan. Ini dikarenakan pembelajaran tersebut
commit to user
9 merupakan bentuk pembelajaran yang berbasis ketrampilan yang sulit
diajarkan, oleh karena itu dibutuhkan tenaga pengajar yang terampil dan mampu mengembangkan srategi pengajaran yang tepat demi keberhasilan
pembelajaran. Menurut Isskandarwassid dan Dadang Sunendar 2008 : 240 – 241
strategi pembelajaran berbicara merujuk pada prinsip stimulasrespn. Selama kedua variable ini dikuasai oleh pembicara, maka ia dapat dikatagorikan
memiliki kemampuan berbicara. Perkembangan strategi pembelajaran masih mempertahankan pola stimulus-respons meskipun dengan memodifikasi
model yang variatif. Rancangan program pengajaran untuk mengembangkan ketrampilan
berbicara dengan memberikan pemenuhan kebutuhan yang berbeda.Kegiatan tersebut antara lain : 1 Aktivitas mengembangkan ketrampilan berbicara
secara umum. 2 Aktivitas mengembangkan bicara secara khusus untuk membenuk model diksi dan ucapan, dan mengurangi penggunaan bahasa
nonstandard. 3 Aktivitas mengatasi masalah yang meminta perhatian khusus, diantaranya a; peserta didik menggunakan bahasa ibunya sangat dominan,
peserta didik yang mengalami problema kejiwaan, pemalu dan tertutup dan peserta didik yang menderia hambatan jasmani yang berhubungan dengan
alat-alat berbicara. Menurut Ross dan Roe dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati
Zuhdi, 2001 : 13, Ketrampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan
sesuatu yang secara alami kepada rang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang informal.Selama kegiatan belajar di sekolah, guru menciptakan berbagai
lapangan pengalaman yang memungkinkan murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara.Kegiaan-kegiaan tersebut antara lain : menyajikan
informasi, berpartisipasi dalam diskusi, dan berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukkan.
Sedangkan menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi sendiri 2001 : 13 – 20 . Kegiatan. Kegiatan yang dapat digunakan sebagai strategi
commit to user
10 untuk mengembangkan kemampuan berbicara adalah : bertanya kepada
teman sebelum bertanya kepada guru, menyajikan informasi, menghibur sandiwara boneka, bercerita atau membaca puisi secara kor dan bermain
peran, berpartisipasi dalam diskusi, curah pendapat, wawancara, dan bercakap cakap.
6. Tujuan Pembelajaran Kemampuan Berbicara