PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI 1 MANGGIS KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010 2011

(1)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA

DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI 1 MANGGIS

KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

NAMA : NENY SUPRAPTI

NIM : X 1808039

PROGRAM PJJ S-1 PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul :

Peningkatan Kemampuan Berbicara Dalam Pembelajaran Tematik Melalui Metode Bermain Peran Pada Siswa Kelas 3 SD Negeri 1 Manggis Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2010/2011.

Oleh

Nama : Neny Suprapti NIM : X 1808039

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembimbing I

Dra. Rukayah, M.Hum NIP. 19570827 198203 2 002

Surakarta, 22 Juni 2011 Pembimbing II

Taufiq Lilo Adi Sucipto, ST.MT NIP. 19760618 200003 1 001


(3)

(4)

(5)

commit to user MOTTO

Kepercayaan diri modal utama mengatasi setiap kesulitan hidup. Kepercayaan diri satu langkah sebuah keberhasilan. ( Neny Suprapti )


(6)

commit to user PERSEMBAHAN

Hasil penelitian ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta terutama ayahku (alm) yang menginginkan aku untuk menjadi sarjana.

2. Suamiku tersayang yang lagi berjuang untuk membahagiakan keluarga.

3. Kedua anakku sela dan karin yang baru giat-giatnya belajar. 4. Saudara-saudaraku handai taulan yang selalu mendorongku.


(7)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta semua pengikut-pengikutnya yang setia untuk menegakkan risalahnya samapi akhir zaman.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi.Untuk itu atas segala bentuk bantuannya disampaikan banyak terima kasih.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, bimbingan, sarana, dan prasarana sehingga dapat diselesaikan, dan ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H.M Furrqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. R. Indianto, M.Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis untuk memberikan ijin mengadakan penelitian ini.

3. Drs. Kartono, M.Pd. Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin, kemudahan, dorongan, yang sangat besar dalam menyelesaikan Skripsi ini.

4. Dra. Rukayah, M.Hum, selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan ikhlas,penuh tanggungjawab dan kesungguhan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Endang Rahayu Mudi Hastuti S.Pd M.Pd, Penilik Sekolah TK/SD Kecamatan Mojosongo yang selalu memberi dorongan moril dan pengarahan hingga akhirnya terwujudlah Skripsi ini.


(8)

commit to user

6. Joko Widodo, S.Pd selaku pengawas TK SD Kecamatan Mojosongo yang selalu memberikan dorongan dan memperbesar hati untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Subandi, S.Pd. selaku kepala sekolah saya yang telah memberikan ijin dan sarana prasarana untuk penelitian ini.

8. Teman –teman sejawat yang telah memberikan dorongan moril sehingga terselesainya penelitian ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Walaupun disadari dalam penelitian ini masih ada kekurangan,namun diharapkan Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan .

Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.

Surakarta,


(9)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii-viii DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 5

B. Kerangka Berpikir ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Subjek Penelitian ... 26

C. Data dan Sumber Data ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26


(10)

commit to user

F. Teknik Analisis Data ... 28

G. Indikator Kinerja/Keberhasilan ... 29

H. Prosedur Penelitian ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Diskripsi Data Awal ... 31

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 40

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Implikasi ... 52

C. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN


(11)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jadwal Penelitian ... 25

Tabel 2 : Data Tes Awal Siswa ... 32

Tabel 3 : Frekuensi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ... 34

Tabel 4 : Data Nilai Pada Tes Akhir Siklus I ... 43

Tabel 5 : Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus I ... 44

Tabel 6 : Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum dan Setelah Diberikan Tindakan Siklus I ... 45

Tabel 7 : Data Nilai Pada Tes Akhir Siklus II ... 46

Tabel 8 : Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus II ... 48

Tabel 9 : Perbandingan Hasil Tes Awal Sebelum Dilaksanakan Tindakan Dan Tes Akhir Siklus II ... 49


(12)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagan Kerangka Berpikir ... 23

Gambar 2 : Bagan Prosedur Penelitian... 24

Gambar 3 : Model Analisis Interaktif... 28

Gambar 4 : Grafik Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ... 34

Gambar 5 : Grafik Data Nilai Tes Akhir Siklus I... 45

Gambar 6 : Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa Sebelum Dan Setelah Diberikan Tindakan Siklus I ... 45

Gambar 7 : Grafik Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus II ... 48 Gambar 8 : Grafik Perbandingan Hasil Tes Awal s/d Tes Akhir Siklus II 49


(13)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus Tematik I ... 58

Lmapiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 60

Lampiran 3 : Alat Penilaian ... 68

Lampiran 4 : Lembar Tugas Kelompok... 70

Lampiran 5 : Kriteria Penilaian ... 71

Lampiran 6 : Lembar Soal Siklus I Pertemuan I ... 73

Lampiran 8 : Pra Siklus I ... 74

Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 78

Lampiran 10 : Alat Penilaian ... 86

Lampiran 11 : Lembar Tugas Kelompok... 88

Lampiran 12 : Kriteria Penilaian ... 89

Lampiran 13 : Lembar Soal Akhir Siklus II Pertemuan I ... 90

Lampiran 14 : Pra Siklus II ... 91

Lampiran 15 : Tabel Data Subyek Penelitian ... 94

Lampiran 16 : Instrumen Lembar Penilaian Tes Awal ... 96

Lampiran 17 : Lembar Observasi Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I . 97 Lampiran 18 : Lembar Observasi Siswa Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran Siklus I... 98

Lampiran 19 : Lembar Observasi Siswa Dalam Pembelajaran Siklus II 99 Lampiran 20 : Lembar Observasi Siswa Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran Siklus II ... 100

Lampiran 21 : Angket Motivasi Terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia . 101 Lampiran 22 : Pelaksanaan Kegiatan ... 102


(14)

commit to user ABSTRAK


(15)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa dan kemampuan memperluas wawasan, Pembelajaran Bahasa Indonesia haruslah diarahkan pada hakikat Bahasa Indnesia sebagai alat komunikasi. Sebagaimana diketahui bahwa sekarang ini orientasi pembelajaran bahasa berubah dari penekanan pada pembelajaran aspek benuk ke pembelajaran yang menekankan pada aspek fungsi. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses negosiasi pesan dalam suatu konteks atau situasi (Depdiknas, 2005 : 7 )

Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada ,pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan, mereka berada di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional yang dimaksud. Oleh karena itu secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih professional inovatif.perspekif dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

Selama ini berdasarkan hasil observasi di kelas lll SDN l Manggis, kemampuan untuk berbicara mengungkapkan pendapatnya secara lisan sangat kurang. Karena tingkat kemampuan berbicara anak di kelas III sangat rendah, peserta didik masih malu-malu bahkan takut atau ragu-ragu dalam mengungkapkan ide atau gagasan. Pada kesempatan ini, peneliti membahas tentang kemampuan berbicara dengan menggunakan metode bermain peran.. Agar


(16)

mau berbicara kadang-kadang siswa perlu dipancing dengan media yang menarik. Untuk itu guru perlu upaya untuk menarik siswa mengeluarkan pendapat dengan bahasanya sendiri.

Dalam berbicara dibutuhkan suatu keberanian, dan kejelasan makna, lafal maupun intonasi yang tepat. Keruntutan bahasa dari kata ke kalimat sehingga apa yang diucapkan jelas maksud dan tujuannya. Pengajaran berbicara bertujuan mengemukakan pendapatnya secara lisan dari apa yang dipelajari dengan membaca.

Karena yang saya teliti adalah siswa kelas lll yang notabene adalah menggunakan pembelajaran tematik maka disini saya jelaskan dulu pengertian tentang pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum dan aspek belajar mengajar. Pembelajar tematik hanya dijajarkan pada siswa sekolah dasar kelas rendah (kelas 1 – 3), karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental sosial dan emosional.

Melalui penelitian ini, peneliti mencoba suatu pembaharuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara yaitu dengan menerapkan metode bermain peran. Penerapan metode bermain peran ini sebagai alternative pembelajaran berbicara sehingga diharapkan siswa akan tertarik untuk mengemukakan pendapatnya secara lisan dengan keberanian menggunakan bahasanya sendiri tanpa merasa ada tekanan harus sesuai dengan teks yang dibacanya. Melalui penerapan metode bermain peran ini diharapkan dapat mendrong siswa agar menyadari dan menggunakan pemahaman untuk mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu penerapan metode bermain peran diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna dan berkesan seumur hidup.


(17)

commit to user

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan metode tersebut hasil pembelajaran diharapkan bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam benuk kegiatan siswa mengalami, dan bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Depdiknas 2002 a : 1 )

Tanpa harus merasa tertekan dan terpaku di tempat duduk,guru dapat membimbing siswa keluar kelas untuk bermain peran di alam terbuka jadi kejenuhan di dalam kelas dapat diatasi atau bisa tetap dilaksanakan di aula misalnya karena hari hujan jadi tidak melulu ada di dalam kelas. Dengan demikian kemampuan berbicara siswa dapat meningkat.

Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran Pada Siswa Kelas III SDN I Manggis Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali Tahun 2010/2011 .”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :

Apakah metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas 111 SDN 1 Manggis tahun 2010/2011.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran pada siswa kelas 3 SDN l Manggis kecamatan Mojosongo tahun 2010/2011


(18)

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan manfaat teoritis yaitu dapat memberikan sumbangan pemikiran pada penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang dapat dipertimbangkan dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar,khususnya dalam pembelajaran berbicara,mengemukakan pendapat dengan menggunakan bahasanya sendiri.

b. Menambah khasanah pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pembelajaran berbicara dengan metode bermain peran.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Manfaat bagi siswa

Meningkatnya kemampuan siswa dalam berbicara dan meningkatnya keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat serta kreaktifitas. b. Manfaat bagi guru

Untuk memperkaya khasanah metode dan strategi dalam pembelajaran berbicara untuk memperbaiki metode mengajar yang selama ini digunakan agar dapa menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan tidak membosankan dan dapat mengembangkan kemampuan. c. Manfaat bagi Sekolah

Meningkatnya kualitas pendidikan sekolah dan mampu mendorong untuk selalu mengadakan pembaharuan dalam proses pembelajaran kearah lebih baik kualitasnya


(19)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan merupakan kapasitas individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

( http://Wikipedia.org//Wiki/kemampuan.)

Kemampuan adalah Kesanggupan, Kecakapan, Kekuatan, berusaha memperdayakan diri sendiri.Kamus Besar Indonesia Edisi Ketiga.

Kemampuan dibedakan menjadi : (1) Kemampuan intellektual (2) kemampuan fisik.

b. Kemampuan Intelekual

Adalah Kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivias mental, berfikir, nalar dan memecahkan masalah.

Faktor-faktor yang membentuk kemampuan intelektual adalah : (!) kecerdasan angka (2) pemahaman verbal (3) kecepatan persepsi (4) penalaran induktif (5) penalaran deduktif (6) visualisasi spasial (7) daya ingat.

c. Kemampuan Fisik

Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan, kekuatan dan karakteristik

Dari pendapat-pendapat tentang pengertian kemampuan intelektual dapat saya simpulkan bahwa kemampuan intelektual adalah potensi yang dimiliki oleh individu untuk melakukan aktivitas baik secara psikis ataupun fisik dengan memperdayakan diri sendiri yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik.


(20)

2. Pengertian Berbicara

Berbicara merupakan salah satu ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Dengan berbicara dapat meningkatkan suatu perasaan, ide, gagasan yang dimiliki siswa secara lisan. Berbicara merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuau yang dimaksudkan ( KBB ; 2005 :165 ). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan aaupun tulisan.

Menurut Tarigan : Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, perasaan. Berbicara adalah merupakan suatu system tanda-tanda yang dapat didengar ( audible ) dan memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan utau ide yang dikombinasikan.

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disampaikan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata secara lisan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan untuk menyampaikan pesan secara lisan.

Berbicara seperti halnya ketrampilan berbahasa lainnya yang merupakan suatu proses perkembangan. Ketrampilan berbicara tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melaui latihan dan praktek.

Menurut Tarigan ( 1972 : 104 – 105 ) berbicara adalah ketrampilan performasi atau penampilan pancaran kepribadian yang ditunjukkan dengan knsep sebagai berikut : (1) berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal, (2) berbicara adalah proses individu berkomunikasi, (3) Berbicara adalah ekspresi kreaif, (4) Berbicara adalah tingkah laku, (5) Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari, (6) Berbicara dipengaruhi kekayaan alam, (7) Berbicara sarana memperluas kekayaan cakrawala, (8) Berbicara kemampuan linguistic.


(21)

commit to user

Sehubungan dengan kompleknya kegiatan yang harus diperlukan untuk ketrampilan berbicara.Berbicara harus dipelajari dan diperoleh melalui proses belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh.

Mengingat pentingnya ketrampilan berbicara tersebut dan manfaatnya bagi hari depan untuk para siswa, apalagi pada era informasi yang serba cepat ini, bahasa sebagai informasi lisan. Pemerintah melaui lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi mewajibkan para peserta didik untuk memiliki ketrampilan berbicara dengan di Sekolah Dasar ( SD ) ketrampilan berbicara merupakan salah satu ketrampilan yang ditekankan pembinaannya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) ditegaskan bahwa siswa SD perlu belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan berbicara adalah apa saja yang diekspresikan baik lewat mulut dengan mengeluarkan bunyi-bunyian atau suara maupun lewat ekspresi wajah/mimik ataupun tingkah laku sehingga lawan yang diajak berbicara tahu maksudnya

3. Fungsi dan Tujuan Berbicara

Kegiatan menulis mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang ingin disampaikan dari seorang pembicara kepada pendengar. Menurutnya (Paul Chauchard dalam Baryadi, 2009 : 1) tujuan berbicara adalah untuk mengekpresikan perasaan dan pikiran.Menurutnya (Rahmat, 2001 : 2) tujuan berbicara untuk meyakinkan pendengar akan kebenaran, gagasan atau topik yang dia pikirkan.

Menurut Arsjad (1991 : 11) tujuan berbicara adalah : (1) Mengekspresikan sikap dan perasaannya, (2) Menyampaikan pendapat dan ide, (3) Kemampuan mengucapkan artikulasi bunyi-bunyi secara lisan yang produktif.

Dari berbagai pendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuan berbicara adalah seorang individu atau lebih yang menyampaikan idea atau gagasan


(22)

yang disampaikan secara lisan ataupun tulisan agar apa yang menjadi idenya tersampaikan dengan jelas dan mendapat respon dari lawan bicaranya

Tujuan berbicara mencakup hal-hal berikut : (1) Kemudahan dalam menyampaikan pendapat, (2) Kejelasan, (3) Bertanggung jawab, (4) Membentuk pendengaran yang kritis, (5) Membentuk kebiasaan.

4. Proses Berbicara

Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuannya secara vertical. Artinya mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Semakin lama kemampuan tersebut menjadi sempurna dalam artian strukturnya menjadi semakin benar, Pilihan katanya semakin tepat, kalimatnya semakin bervariasi. Dengan kata lain perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, fase, kalimat dan wacana.

Ellis dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati (Zuchdi, 2001 : 7) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara vertical dalam meningkatkan kemampuan berbicara:

a) Menirukan pembicaraan orang lain (Khususnya guru) b) Mengembangkan bentuk-bentuk ujaran yang Telah dikuasai

c. Mendekakan atau menyejajarkan dua bentu ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar.

Tompkins dan Hoskisson dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi, (2001 : 8) menyatakan bahwa proses pembelajaran berbicara dengan berbagai jenis kegiaan, yaitu percakapan, berbicara estetik (mendongeng), berbicara untuk menyampaikan informasi atau untuk mempengaruhi dan kegiatan dramatik.

5. Strategi Pembelajaran Berbicara


(23)

commit to user

merupakan bentuk pembelajaran yang berbasis ketrampilan yang sulit diajarkan, oleh karena itu dibutuhkan tenaga pengajar yang terampil dan mampu mengembangkan srategi pengajaran yang tepat demi keberhasilan pembelajaran.

Menurut Isskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008 : 240 – 241) strategi pembelajaran berbicara merujuk pada prinsip stimulasrespn. Selama kedua variable ini dikuasai oleh pembicara, maka ia dapat dikatagorikan memiliki kemampuan berbicara. Perkembangan strategi pembelajaran masih mempertahankan pola stimulus-respons meskipun dengan memodifikasi model yang variatif.

Rancangan program pengajaran untuk mengembangkan ketrampilan berbicara dengan memberikan pemenuhan kebutuhan yang berbeda.Kegiatan tersebut antara lain : 1) Aktivitas mengembangkan ketrampilan berbicara secara umum. 2) Aktivitas mengembangkan bicara secara khusus untuk membenuk model diksi dan ucapan, dan mengurangi penggunaan bahasa nonstandard. 3) Aktivitas mengatasi masalah yang meminta perhatian khusus, diantaranya a; peserta didik menggunakan bahasa ibunya sangat dominan, peserta didik yang mengalami problema kejiwaan, pemalu dan tertutup dan peserta didik yang menderia hambatan jasmani yang berhubungan dengan alat-alat berbicara.

Menurut Ross dan Roe dalam Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi, (2001 : 13), Ketrampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu yang secara alami kepada rang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang informal.Selama kegiatan belajar di sekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara.Kegiaan-kegiaan tersebut antara lain : menyajikan informasi, berpartisipasi dalam diskusi, dan berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukkan.

Sedangkan menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi sendiri ( 2001 : 13 – 20 ). Kegiatan. Kegiatan yang dapat digunakan sebagai strategi


(24)

untuk mengembangkan kemampuan berbicara adalah : bertanya kepada teman sebelum bertanya kepada guru, menyajikan informasi, menghibur (sandiwara boneka, bercerita atau membaca puisi secara kor dan bermain peran), berpartisipasi dalam diskusi, curah pendapat, wawancara, dan bercakap cakap.

6. Tujuan Pembelajaran Kemampuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat berkmunikaif secara efektif, sebaiknya pembicara harus menguasai segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.

Tujuan berbicara dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menyangkut ujuan atau maksud yang secara umum ingin dicapai oleh pembicara. Tujuan khusus merupakan tujuan yang lebih jelas terbatas sebagai tujuan yang ingin dicapai selama pembicara tampil dalam peristiwa berbicara. Tujuan khusus bersifat lebih spesifik, bersumber pada tujuan umum.

Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar ( 2008 : 286 – 287 ) tujuan pembelajaran ketrampilan berbicara meliputi :

1) Peserta didik dapat menghafal bunyi-bunyi bahasa, menyampaikan informasi , menyatakan setuju atau tidak setuju, menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, menyatakan ungkapan rasa hormat, dan bermain peran.

2) Pesera didik dapat menyampaikan informasi, berpartisipasi dalam percakapan menjelaskan ientitas diri, menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, berpartisipasi dalam wawancara, bermain peran, dan menyampaikan gagasan dalam diskusi dan berpidato dan debat.

Masih menurut Isskandarwassid dan Dadang Sunendar ( 2008: 242 ) bahwa pengajaran berbicara harus mampu memberikan kesempaan kepada setiap individu mencapai tujuan yang dicita-citakan.Tujuan ketrampilan berbicara tersebut mencakup pencapaian hal-hal :


(25)

commit to user a) Kemudahan berbicara

Peserta didik mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka dapat mengembangkan keterampilan tersebut secara wajar,lancer dan menyenangkan.

b. Kejelasan

Peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya.

c. Bertanggungjawab

Latihan berbicara yang menekankan pembicaraan untuk bertanggungjawab agar berbicara secara tepat dan dipikirkan dengan sungguh – sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan, siapa bagaimana situasinya serta momentumnya.

d. Membentuk pendengaran yang kritis

Latihan berbicara yang baik sekaligus mengembangkan ketrampilan menyimak secara tepat dan kritis.

e. Membentuk kebiasaan

Kebiasaan berbicara idak dapat tercapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu.

7. Penilaian Kemampuan Berbicara

Tes kemampuan berbicara merupakan tes berbahasa yang difungsikan unuk mengukur kemampuan dalam berkmunikasi menggunakan bahasa lisan. Bentuk es kemampuan berbicara secara umum yang digunakan adalah test subyektif yang berisi perinah melakukan kegiatan berbicara. Beberapa tes yang digunakan unuk mengukur ketrampilan berbicara yaitu : (1) Tes kemampuan berdasarkan gambar, (2) Wawancara (3) Bercerita (4) Diskusi (5) Ujaran terstruktur. Ujaran terstruktur mencakup : (a) Mengatakan kembali, (b) Membaca kutipan, (c) Mengubah kalimat, (d) Membuat kalimat

Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi ( 2001 : 171 – 172 ) menyatakan bahwa macam-macam penilaian kemampuan berbicara.Penilaian kemampuan berbicara dapat dilakukan secara aspektual atau koprehensif


(26)

merupakan penilaian yang difokuskan pada keseluruhan kemampuan berbicara.

Penilaian aspectual dapat dibedakan menjadi 2 macam, Yaitu: penilaian aspek individual dan penilaian aspek kelompok. Penilaian aspek individual dapat dibedakan menjadi : aspek kebahasaan dan aspek non-kebahasaan.

Aspek kebahasaan meliputi : tekanan, ucapan, nada dan irama, persendian, kosa kata, dan struktur kalimat yang digunakan. Aspek non-kebahasaan meliputi : kelancaran, keramahan, semangat, sikap dan perhatian. Penilaian aspek kelompok, aspek-aspek yang dinilai adalah : pemerasaan kesempatan berbicara, keterarahan pembicaraan, kesopanan menarik kesimpulan, pengendali emosi, kespanan dan rasa saling mengasihi, kejelasan bahasa yang digunakan, kebakuan bahasa yang digunakan, keterkendalian proses pembicaraan, ketertiban berbicara, kehangatan dan kegairahan berbicara.

Penilaian koprehensif dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan berbicara menyeluruh. Tes ini dapat digunakan unuk menilai kemampuan berbicara, yaitu dengan cara memitna siswa untuk berbicara atau bercerita. Penilaian hendaknya jangan semata-mata mengukur dan memberikan angka., tetapi hendaknya ditujukan pada usaha perbaikan prestasi. Oleh karena itu penilaian tidak hanya ditekankan pada kekurangan-kekurangan yang telah diajukannya.

8. Pembelajaran Tematik di Kelas III Sekolah Dasar a. Pengertian Tematik

Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar menunjukkan kaitan unsur-unsur


(27)

commit to user

konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan, selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik disekolah dasar akan sangat membantu siswa, hal ini dilihat dari tahap perkembangan siswa yang, masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pembicaraan. (Pembelajaran Tematik. http://ww/d.wordpress.com/2011/3/5. diakses 3 Maret 2011) Dengan tema diharapkan akan memberikan keuntungan, diantaranya :

a) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu. b) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan

berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.

c) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

d) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa. e) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan maka belajar karena

materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

f) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk memgembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.

g) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan dapat dipersiapkan sekaligus diberikan dalam dua atau tiga kali pertemuan, sedangkan selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial dan pengayaan.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik Menurut Kunandar (2007) pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu :


(28)

1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.

2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan

bermakna.

4. Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.

5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.

6. Memiliki sikap toleransi komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

Selain memiliki kelebihan pembelajaran tematik juga memilki kelemahan, adapun kelemahan pembelajaran tematik terjadi jika dilakukan oleh guru tunggal, Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik ada hal-hal yang perlu dilakukan, beberapa hal-hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan seperti berikut :

b. Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standart kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah :

1) Penjabaran standart kompetensi dan kompetensi dasar kedalam indikator


(29)

commit to user

a) Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal berikut :Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik.

b) Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

c) Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati.

2) Menentukan Tema

Dalam menentukan tema yang bermakna, kita harus memperhatikan dan mempertimbangkan pemikiran konseptual, pengembangan keterampilan dan sikap, sumber belajar, hasil belajar yang terukur dan terbukti, kesinambungan tema, kebutuhan siswa, keseimbangan pemilihan tema, serta aksi nyata, antara lain :

a) Pemikiran konseptual, tema yang baik tidak hanya memberikan fakta-fakta kepada siswa. Tema yang baik bisa mengajak siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi. b) Pengembangan keterampilan dan sikap. apakah tema yang

sudah disepakati bisa mengembangkan keterampilan siswa. Misalnya, keterampilan berfikir, berkomunikasi, sosial, eksplorasi, mengorganisasi, dan pengembangan diri. Pembentukan sikap juga harus bisa di akomodasi dalam pilihan tema, seperti sikap menghargai, percaya diri, kerja sama, komitmen, kreativitas, rasa ingin tahu, berempati, antusias, mandiri, jujur, menghormati dan toleransi.

c) Kesinambungan Tema. Kath Murdock (1998) dalam bukunya Clasroom Connection-Strategies for Integrated Learning menjelaskan bahwa tema yang baik bisa mengakomodasi pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum belajar tentang sesuatu yang baru. Pengetahuan awal itu tentu sudah dipelajari siswa sebelumnya.


(30)

d) Materi Belajar Utama dan Tambahan. Materi dan sumber pembelajaran tematik biasa kita bagi menjadi dua sumber dan materi, yaitu utama dan tambahan. Contoh sumber atau materi belajar utama adalah para ahli atau orang-orang yang mempunyai profesi atau kompetensi dasar dalam bidang terentu, tempat-tempat yang bisa dipelajari, suasana belajar didalam kelas, lingkungan, komunitas, dan kesenian. Sedangkan musik, materi audio visual, literature, progam computer, dan internet adalah sumber materi pembelajaran tambahan bagi siswa. Dengan demikian, pemlihan tema harus juga memperhatikan kesediaan kedua sumber belajar itu.

e) Terukur dan Terbukti, Guru juga perlu memperhatikan hasil pembelajaran apa yang akan siswa capai dalam pembelajaran tematik. Apa yang bisa siswa kerjakan dalam proses pembelajaran tematik. Perlu juga menunujukkan bukti-bukti itulah yang dinilai guru dan dicatat sebagai bukti bagaimana siswa menguasai tema yang diajarkan. Yang pada akhirnya akan dijadikan bahan evaluasi dan laporan kepada orang tua siswa.

f) Kebutuhan Siswa, dalam memilih tema, guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa. Apakah tema yang kita pilih bisa menjawab kebutuhan siswa. secara kognitif, Gardner (2007) dalam bukunya Five Minds For The Future menyebutkan bahwa manusia pada era informasi ini harus dibekali lima cara berfikir, yaitu : pikiran yang terlatih, terampil, dan disiplin, pikir mensintesis; pikiran mencipta; pikiran merespek, dan pikiran etis. Apakah tema yang dipilih sudah bisa membekali siswa dengan lima cara berfikir untuk masa depan. Kebutuhan siswa yang lain bisa juga dilihat melalui perkembangan psikologi (imajinasi), perkembangan


(31)

commit to user

g) Keseimbangan Pemilihan Tema. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik. Dalam satu tahun pembelajaran biasanya siswa bisa mempelajari 5-6 tema. Para guru hendaknya bisa memilih tema yang bisa mengakomodasi mata pelajaran bahasa, ilmu sosial, lingkungan, kesehatan, dan sains saja, tetapi tema-tema lain yang bervariasi.

h) Aksi Nyata. Pembelajaran tematik hendaknya tidak hanya mengembangkan pengetahuhan dan sikap siswa, namun juga bisa membimbing siswa untuk melakukan aksi yang bermanfaat. Aksi yang dilakukan siswa akan memperkaya siswa dengan pengetahuan lain serta memberikan dampak bagi kehidupan orang lain dan lingkungan dimana siswa hidup. 3) Identifikasi dan analisis standart kompetensi, kompetensi dasar, dan

indikator. Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.

c. Menetapkan Jaringan Tema

Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu.

d. Penyusunan Silabus

Hasil seluruh proses yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus.

e. Penyusunan Rencana Pembelajaran

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Setelah tahap persiapan dilakukan, maka selanjutnya akan dipaparkan tahap pelaksanaan pembalajaran terpadu. Adapun tahap pelaksanaan pembelajarannya meliputi :


(32)

Pada tahap ini dapat dilakukan panggilan terhadap anak tentang tema yang disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah, bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan dan menyanyi.

2) Kegiatan inti

Kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis hitung. Penyajian bahan pembelajaran dialakukan dengan menggunakan strategi / metode yang bervariasi dan dapat dilakuakn secara klaksikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.

3) Kegiatan penutup

Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatn penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan atau mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomime, pesan-pesan moral, musik / apresiasi musik. Pengaturan jadwal pelajaran Untuk memudahkan administrasi disekolah terutama dalam penjadwalan. Guru bersama dengan guru mata pelajaran lain ( yang tidak dipadukan ) perlu bersama-sama menyusun jadwal pelajaran. f. Implikasi Pembelajaran Tematik

Dalam implementasi pembelajaran tematik disekolah dasar mempunyai implikasi yang mencakup :

1. Implikasi bagi guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreaktif baik dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh.


(33)

commit to user 2. Implikasi bagi siswa

a) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya yang dimungkinkan untuk bekerja, baik secara individual, pasangan kelompok kecil, maupun klasikal.

b) Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan aktif.

3. Implikasi terhadap sarana, prasarana,sumber balajar dan media. a) Pelaksanaan pembelajaran ini memerlukan berbagai prasarana

dan prasarana belajar,

b) Pembelajaran ini perlu memanfaatkan bebagai sumber balajar, baik yang didesain secara khusus maupun yang tersedia dilingkungan,

c) Pembeajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran bervariasi dan

d) Pembelajaran ini masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada atau bila memungkinkan untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar terintegrasi.

4. Implikasi terhadap pengaturan ruangan.

a) Ruang perlu ditata sesuai tema yang dilaksanakan. b) Susunan bangku bisa berubah-ubah.

c) Peserta didik tidak harus selalu hanya duduk dikursi, tetapi dapat duduk ditikar atau dikarpet.

d) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik didalam maupun diruangan.

e) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber balajar.

f) Alat, sarana, sumber belajar hendaknya dikelola dengan baik. 5. Implikasi terhadap pemilihan metode

Pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode, misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, dan bercakap-cakap.


(34)

9. Hakikat Model Pembelajaran Bermain Peran

Istilah bermain peran mempunyai empat pengertian yaitu (l) sesuatu yang bersifat sandiwara di mana pemain memainkan peran terentu sesuai dengan lakon yang sudah ditulis dan memainkannya untuk tujuan hiburan, (2) sesuatu yang bersifat sosiologis atau pola-pola perilaku yang ditentukan oleh norma-norma sosiologis atau perilaku yang ditentukan oleh nrma-norma social, (3) suatu perilaku berlawanan dengan apa yang sebenarnya diharapkan, dirasakan atau diinginkan dan (4) sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan di mana individu memerankan situasi yang imajinatif dengan tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri meningkatkan keterampilan ,menunjukan perilaku kepada orang lain bagaimana perilaku seseorang atau bagaimana seseorang harus bertingkah laku. Corsini dalam Tatiek, (2001 : 99)

10. Langkah-langkah Bermain Peran

Dalam bermain peran langkah –langkah yang harus ditempuh yaitu ada empat langkah sebagai berikut menurut Hesti dkk,(2004) :

a. Membacakan naskah drama atau percakapan dengan intonasi jeda, lafal dan volume suara yang sesuai. Kalimat-kalimat dalam kurung tidak perlu dibaca, karena kalimat-kalimat tersebut merupakan petunjuk .

b. Menentukan watak tokoh dan ekspresi yang tepat untuk memerankan tokoh dengan baik .

c. Berlatih berulang-ulang sampai betul –betul dapat memerankan tokoh tersebut dengan baik.

d. Menggunakan perlengkapan panggung dan kostum yang sesuai agar percakapan yang diperankan lebih hidup.

Apabila hal – hal di atas dapat dilakukan dengan baik dan sungguh-sungguh, maka secara otomatis akan menjadikan hidupnya percakapan karena dilakukan oleh anak-anak yang aktif dan kreaktif sesuai dengan watak tokoh masing-masing.


(35)

commit to user 11. Metode Bermain Peran

Metode bermain peran adalah salah satu prses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut Dawson (1962) yang dikutip oleh Moedjiono dan Dimyati (1992 : 80) mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umumberhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu mdel yang mereplikasikan proses – proses perilaku. Sedangkan menurut Ali (1996 : 83) mengemukakan bahwa metode simulasi adalah suatu cara pengajaran melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompk seperti yang dikemukakan oleh Ali (1996 : 83) berikut ini : (1) Sosiodrama : semacam drama sosial berguna unuk menenanamkan kemampuan menganalisa situasi social tertentu, (2) Psikodrama: hampir mirip dengan sosiodrama. Perbedaan terletak pada penekannya.Sosiodrama menekankan kepada permasalahan social, sedangkan psikodrama menekankan pada pengaruh psikolgisnya dan (3) Role-Playing : role playing atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu peristiwa masa lampau.

Adapun Moedjiono dan Dimyati (1992: 80) juga membagi metode pengajaran simulasi menjadi 3 kelompok seperti berikut :

(1) Permainan simulasi (simulation games) yakni suatu permainan di mana para pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlihat sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka, (2) bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasi berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan unuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan peritiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan / atau waktu terentu, dan (3) Sosidrama (sociodrama) yakni suatu perbuatan pemecahan masalah kelmpok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosidrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan alternative pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian kelompok.


(36)

Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode bermain peran adalah metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari siswa yang terlihat dan / atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh sejarah sedemikian rupa.Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran / tokoh yang terlihat dalam proses sejarah.

B. Kerangka Berpikir

Di dalam pembelajaran sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, banyak siswa yang mengalami rendahnya kemampuan berbicara. Hal tersebut akibat dari pembelajaran yang dominan ceramah sepanjang siswa dilihat dari berbagai hal, diantaranya siswa cenderung tidak serius dan tidak memperhatikan guru. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut perlu dipergunakan suatu model untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dalam berkomunikasi atau berbicara.

Tindakan peneliti untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa adalah penggunaan mdel bermain peran.Model pembelajaran ini banyak membutuhkan penyelesaian masalah sehingga akan menghasilkan pengetahuan yang bermakna.Kelebihan dari model ini melatih siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajarnya,Hal ini dapat meningkatnya kemampuan berbicara siswa pada pembelajaran tematik tema lingkungan.

Berdasarkan hal ini tersebut maka kerangka pemikiran dapat digambarkan secara sistematis ke dalam bagan gambar l ,berikut :


(37)

commit to user Gambar 1 Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : “Pembelajaran dengan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas 3 SDN l Manggis Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali .

Kondisi Awal

Kemampuan berbicara siswa rendah

Tindakan I Melalui metode bermain

Hasil Tindakan I

Siswa mampu berbicara dengan lancar

Tindakan II Melalui metode bermain

Hasil Tindakan II - Siswa mampu bermain peran - Siswa terampil berbicara di depan

kelas menyampaikan pendapat

Kondisi Akhir

Diduga dengan menggunakan metode bermain peran kemampuan berbicara siswa meningkat


(38)

Gambar 2

Bagan Prosedur Penelitian

Kondisi Awal Guru belum

menggunakan metode bermainperan

Kemampuan berbicara siswa rendah

Tindakan Bermain peran

Kondisi akhir Diduga dengan

mengguankan metode bermain peran

kemampuan berbicara siswa meningkat.


(39)

commit to user BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian l. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri l Manggis Kelas lll Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali, dengan jumlah murid 40 siswa,tempat ini peneliti pilih dengan alasan peneliti bertugas di SD tersebut sehingga tidak akan mengganggu jam dinas disamping itu peneliti sudah mengenal subjek yang diteliti sehingga memudahkan dalam mencari sumber data.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan selama 6 bulan, yakni mulai bulan Januari sampai bulan Juni 2011, 4 bulan yaitu bulan Januari sampai dengan bulan April untuk penelitian kemudian bulan Mei sampai Juni untuk penyusunan laporan.

Jadwal Penelitian

No Nama Kegiatan

Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni 1. Penyusunan dan

Pengajuan Proposal

XXXX

2. Mengurus Ijin Penelitian

X

3. Persiapan dan Perencanaan

XXX

4. Pelaksanaan Siklus 1

XXXX

5. Pelaksanaan Siklus II

XXXX

6. Analisis Data XXXX

7. Penyusunan Laporan


(40)

B. Subjek Penelitian

Dalam hal ini peneliti mengambil subjek penelitian sebanyak 40 siswa, laki-laki 20 orang, perempuan 20 orang dan guru kelas lll SDN l Manggis Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali.Dalam pembelajaran tematik dengan tema peristiwa.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi Motivasi Belajar dalam pembelajaran tematik khususnya kemampuan berbicara.

Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber data yang meliputi : 1. Informan atau nara sumber, yaitu siswa dan guru kelas lll SDN l Manggis 2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran tematik dengan

tema peristiwa.

3. Dokumen atau arsip antara lain berupa kurikulum,Rencana pelaksanaan pembelajaran,hasil pekerjaan siswa dan buku penelitian.

4. Hasil Angket. 5. Hasil Tes.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian dokumen dan tes.

l). Pengamatan

Peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran baik yang terjadi pada, siswa dan situasi kelas.

2). Wawancara

Wawancara dilakukan setelah hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen.Wawancara dilakukan antara peneliti dengan guru kelas lll tentang kemampuan berbicara pada pembelajaran tematik dengan tema peristiwa.


(41)

commit to user 3). Kajian Dokumen

Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada yaitu tes tertulis,wawancara dan hasil nilai tes.

4). Teknik Kuesioner (angket)

Teknik kuesioner dilakukan untuk mengukur motivasi atau tingkat kesenangan siswa terhadap pembelajaran tema peristiwa pada siklus tindakan.Penyusunan kuesioner dilakukan berdasarkan kisi-kisi kesenangan siswa belajar tema peristiwa.

5). Tes lisan / kemampuan berbicara

Tes lisan digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran tema peristiwa.

E. Validitas Data

Suatu informan yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data, peneliti menggunakan teknik trianggulasi.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Lexy H . Moloeng.1995 : 178 ).Teknik trianggulasi yang digunakan antara lain berupa trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode pengumpulan data. Trianggulasi sumber data dikumpulkan berupa informasi motivasi belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada aspek berbicara. Sedangkan trianggulasi metode pengumpulan data diperoleh melalui wawancara atau diskusi, kajian dokumen serta tes.

Misalnya untuk mengetahui rendahnya kemampuan berbicara siswa dan faktor-faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut : Mengajar siswa dengan model konvensinal (cara yang biasa digunakan guru saat mengajar tema peristiwa) selanjutnya menganalisis sikap siswa saat mengikuti pembelajaran untuk mengidentifikasi kemampuan berbicara siswa-siswa melakukan wawancara


(42)

dengan guru untuk mengetahui pandangan guru tentang hambatan-hambatan yang dialami dalam pembelajaran tema peristiwa, fasilitas yang dimiliki atau tidak di sekolah, kegiatan pembelajaran tema peristiwa di kelas, penilaian yang dilakukan guru dan lain sebagainya.

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis kualitatif dengan model interaktif Miles dan Huberman.Model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok,yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi).Aktivitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

Untuk lebih jelasnya proses analisi kualitatif dengan model interaktf dapat digambarkan dengan skema gambar model analisis interaktif berikut :

Gambar Model Analisis Interaktif

Langkah – langkah analisis :

l. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup. 2. Mengembangkan dalam bentuk sajian data .

Reduksi data Pengumpulan data

Penyajian data


(43)

commit to user

4. Melakukan verifikasi,pengayaan dan pemahaman data apabila dalam persiapan. Analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.

5. Melakukan analisis antar kasus ,dikembangkan struktur sajian datanya bagi susunan laporan .

6. Merumuskan kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian.

7. Merumuskan implikasi sebagaian dari pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian.

G. Indikator Kinerja

Menurut Sarwaji Suwandi (2008 : 70) indicator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan Penelitian.

Penelitian ini akan diakhiri setelah 75% siswa telah mengalami peningkatan kemampuan berbicara dan telah memenuhi SKM tema peristiwa 65 jika dihitung 40 X 75 % = 30,00

Sesuai penghitungan berarti paling sedikit 30 anak dari 40 siswa kelas lll harus mengalami peningkatan kemampuan berbicara pada tema lingkungan diatas KKM yaitu 65 .Jika batas KKM tersebut sudah tercapai berarti siklus dapat dihentikan dan penelitian dikatakan telah memenuhi standar yang ditetapkan peneliti.

H. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur tahap tahap sebagai berikut :

1. Siklus l :

a. Tahap menentukan teknik dan rencana pemantauannya.

Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus l dengan siswa mengikuti pembelajara Tema lingkungan.

b. Tahap pelaksanaan hipotesis tindakan

Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan pada siklus l yaitu pembelajaran tema peristiwa dengan menggunakan buku ajar.


(44)

c. Tahap memantau dan menganalisis terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus l.

d. Tahap refleksi atau tindakan pada siklus l oleh peneliti dan guru.

2. Siklus 2

a. Tahap menentukan teknik dan rencana pemantauannya.

Merencanakan tindakan pada siklus 2 yang berdasarkan perbaikan pada siklus l dengan Penelitian yang dilakukan siswa.

b. Tahap pelaksanaan hipotesis tindakan

Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan pada siklus l yaitu pembelajaran tema peristiwa,dengan pengamatan, peyelidikan dan pelaksanaan pelatihan berbicara di depan kelas.

c. Tahap memantau dan menganalisis pelaksanaan pembelajaran. d. Mengadakan Refleksi

Melaksanakan refleksi pada siklus 2 oleh peneliti dan guru. Apabila belum tercapai tujuannya dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya.


(45)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Data Awal

Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi hubungan antar interpersonal antar siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan penggunaan alat pembelajaran yang tepat dan sesuai atau media yang tepat dalam proses pembelajaran.Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar siswa, khususnya lingkungan sosial dan lingkungan dimana siswa memperoleh pemahaman materi ajarnya.Untuk mengoptimalkan kondisi sosioemosional di kelas maka diperlukan adanya pengelolaan kelas yang dinamis dan sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan siswa tanpa merasa ada keterkekangan diantara mereka yakni guru dan siswa, jadi pembelajaran dapat dilaksanakan dengan nyaman. Begitupun dalam pembelajaran tematik, untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa khususunya dalam mengungkapkan isi hatinya dengan bebas tanpa rasa takut adanya tekanan .

Dalam hal ini kondisi emosional di kelas perlu diperhatikan karena emosi yang positif dapat merangsang kreatifitas otak dan bekerja secara efisien dan efektif, sehingga dalam kondisi ini siswa dapat mengoptimalkan seluruh kemampuannya untuk berpikir secara kritis dan terfokus mengeluar.an ide atau gagasan yang mu.ncul dalam benak peserta didik ataupun pertanyaan –pertanyaan yang muncul sewaktu pembelajaran berlangsung, karena kurang jelasnya materi yang diajarkan guru, sehingga menimbulkan rasa tidak puas di hati kemudian timbul pertanyaan dan dapat disampaikan pada guru tanpa merasa takut terbebani akan memperleh hukuman atau menjawab pertanyaan, bekerja sama dalam pembelajaran. Sebaliknya dalam kondisi emosi yang tidak stabil atau tertekan dikarenakan pembelajaran yang kurang yaman, ada tekanan dari pihak lain ketakutan berbuat salah, ketakutan mendapat sanksi atau hukuman atau tekanan dari pihak lain temannya atau mungkin juga gurunya.stres karena merasa adanya tekanan dari pihak lain akan menghambat kerja otak dan memperlambat proses berpikir dan menyimpan ingatan.


(46)

Ketika proses pembelajaran berlangsung,seluruh aspek kejiwaan siswa dan guru akan terlibat bukan hanya fisik, pikiran, perasaan, pengalaman dan bahasa tubuh emosi pun telibat. Ini menunjukkan bahwa pada setiap pembelajaran prosesnya tidak sederhana seperti yang kita bayangkan selama ini.wajar saja bila guru memasuki ruangan kelas untuk memulai pembelajaran sebagian besar siswa wajahnya menunjukkan ketidak nyamanan atau kurang tertarik, kalau kondisi ini terus berlangsung maka pembelajaran bisa dipastikan akan berlangsung dalam suasana menegangkan dan melelahkan. Siswa tidak berani menyampaikan npendapat yang berbeda dengan guru ataupun berpendapat yang sesuai dengan hati nuraninya. Suasana demokratispun lenyap susana sunyi ataupun malah tidak terkendali sama sekali. Selama proses pembelajaran berlangsung jiwa siswa tertekan berada dalam kondisi yang tidak nyaman. Dan dapat dipastikan pembelajaran tidak memperoleh apa –apa.

Tabel 2. Data Tes Awal Siswa.

No Nama Siswa Perolehan Nilai Tuntas (T) / Tidak Tuntas (TT)

1 30 TT

2 30 TT

3 40 TT

4 30 TT

5 50 TT

6 40 TT

7 40 TT

8 50 TT

9 60 TT

10 50 TT

11 40 TT


(47)

commit to user

13 60 TT

14 60 TT

15 60 TT

16 50 TT

17 70 T

18 55 TT

19 60 TT

20 50 TT

21 65 T

No Nama Siswa Perolehan Nilai Tuntas (T) / Tidak Tuntas (TT)

22 50 TT

23 70 T

24 65 T

25 75 T

26 50 TT

27 70 T

28 60 TT

29 50 TT

30 55 TT

31 65 T

32 65 T

33 55 TT

34 40 TT

35 45 TT

36 40 TT

37 40 TT

38 70 T


(48)

40 40 TT

JUMLAH 2125

RATA-RATA 53,13

KETERANGAN PROSENTASE

TUNTAS 11 27.5%


(49)

commit to user

Tabel 3. Frekunsi Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan

N0 Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 21 – 30 3 7,5%

2 31 - 40 8 20%

3 41 - 50 8 20%

4 51 - 60 10 25%

5 61 - 70 10 25%

6 71 - 80 1 2,5%

7 81 - 90

8 91 - 100

JUMLAH 40 100%

Dari tabel 3 maka dapat digambarkan pada grafik 4

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

21 – 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90 91 - 100

DATA NILAI

DATA NILAI

Gambar 4. Grafik Data Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan

B. Diskripsi Data Tindakan

Diskripsi data tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari diskripsi tindakan siklus l dan siklus ll.


(50)

1. Diskripsi Tindakan Siklus l

Diskripsi data tindakan sklus l terdiri dari paparan data perencanaan, tindakan, data observasi dan data refleksi. Berdasarkan diskripsi data sebagai yupaya untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tematik,tentang kemapuan berbicara melalui bermainperan.

1) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dilaksanankan sebagai titik tolak pembelajaran untuk mengkondisikan dan membuat komitmen atas, peraturan dan konsekuensi yang akan dilaksanakan pada pembelajaran tematik tentang kemampuan berbicara melalui, bermain peran. Adapun langkah- langkah perencanaan persiapan guru adalah sebagai berikut :

Kegiatan perencanaan tindakan l dilaksanakan pada kamis 10 Januari 2011 di ruang SDN I Manggis Boyolali. Peneliti berdiskusi dengan guru kelas dan guru lain mengenai segala sesuatu yang akan dilaksanakan. Kemudian disepakati bahwa tindakan pada siklus pertama akan dilaksanakan dalam 3 X pertemuan, dimana dalam 1 X pertemuan menggunakan alokasi waktu 2 X 35 menit. Pelaksanaan tindakan siklus 1 berlangsung pada Rabu 23 pebruari 2011 untuk pertemuan kedua.

Dengan berpedoman dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD 2010 SD kelas lll, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran materi tematik menggunakan media, gambar, buku, contoh-contoh bermain peran.

Rencana Tindakan :

1. Pertama, peneliti bersama dengan guru merancang Rencana Pelaksanan Pembelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Rencana tersebut akan dilaksanakan selama 3 X pertemuan dengan waktu 3 X 35 menit untuk satu kali pertemuan.

2. Guru sebagai peneliti mempersiapkan media yang akan dipergunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran


(51)

commit to user

4. Guru mempersiapkan lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.

5. Guru mempersiapkan lembar penilaian yang akan dipergunakan.

2) Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini guru melaksanakan tindakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan ssesuai dengan RPP yang dibuat. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu penerapan model pembelajaran bermain peran selama 3 X 35 menit untuk satu kali pertemuan.

a) Pertemuan Pertama

Pada pertemuan ini konsep bermain dengan membaca dialog drama sederhana dengan intinasi dan lafal yang tepat. Sebagai kegiatan awal guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu aku mau bertamasya dengan tujuan untuk menggerakkan minat siswa dalam pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa benar – benar dapat terfokus pada materi yang akan dipelajari.

Kegiatan ini dimulai guru memasang media alat peraga kemudian mengajak siswa untuk memperhatikan dan meragakan peran yang ada dalam alat peraga / gambar.Guru berusaha menanamkan konsep pada anak, bahwa bermain peran merupakan perwujudan dari kehidupan sehari – hari seperti yang biasa kirta lakukan, hanya saja dalam pembelajaran ini dialognya telah ditentukan dalam teks. Guru bisa menyuruh beberapa siswa untuk maju ke ke depan kelas dan meragakan sesuai dengan alat peraga/ gambar.Dan kegiatan tersebut seyogyanya semua murid mendapatkan giliran, sehingga anak disamping bisa meragakan dengan gerakan tubuh juga bisa mengucapkan dialog ataupun monolog dengan menggunakan bahasanya sendiri tanpa haurs membaca teks, Meskipun ada teks itu hanya untuk menunjukkan garis besarnya sebuah pembelajaran, sehingga anak tidak merasa bosan dengan


(52)

dialog yang itu-itu saja disamping itu anak juga dapat mengungkapkan perasaannya lewat dialog tadi. Guru membeikan penghargaan kepada siswa yang mampu melakukan tugasnya dengan baik. Penghargaan juga diberikan kepada anak yang kurang agar termotivasi dan beusaha menjadi lebih baik lagi. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pesan-pesan agar selalu rajin belajar.

b) Pertemuan kedua

Pada pertemuan ini konsep tematik yang diajarkan dengan menggunakan tema peristiwa dengan indikator jenis- jenis pekerjaan. Sebagai kegiatan awal anak disuruh untuk mengamati gambar jenis – jenis pekerjaan,kemudian guru mengadakan tanya jawab tentang jenis –jenis pekerjaan dan dihubungkan dengan pelajaran yang lalu.

Kegiatan inti dimulai guru dengan melakukan kegiatan tanya jawab yang mengarah pada materi, guru memberikan beberapa soal yang berkaitan dengan bermain peran, guru kemudian bersama siswa membahas soal yang diberikan tadi. Kemudian siswa diminta untuk mengomentari tokoh yang sedang dibicarakan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Guru memberikan petunjuk untuk melakukan kerja kelompok dan membagikan lembar kerja siswa. Kelompok-kelompok tersebut memilih salah satu gambar dari lembar kerja kelompok kemudian memerankan sesuai dengan gambar yang dipilihnya. Dengan arahan guru siswa kemudian diskusi bersama kelompoknya. Setelah itu siswa menampilkan bermain peran dengan maju ke depan bersama kelompoknya. Begitu seterusnya sampai semua kelompok maju, karena banyak pilihan gambar yang disajikan dan masing-masing kelompok tidak boleh sama otomatis pembelajaran untuk bermain peran tidak membosankan karena berbeda –beda karakter yang dimainikan untuk tiap kelompok.


(53)

commit to user c) Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ini guru mempelajari materi yang berbeda dengan indikator bermain drama hal ini sesuai dengan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berbicara anak dalam mengungkapkan perasaannya tanpa rasa takut lagi,

Kegiatan akhir guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari, sambil menjelaskan hal – hal yang belum dimengerti oleh siswa. Kemudian guru membagikan lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik berupa nilai yang bagus dan pujian, bagi yang kurang baik guru memberi motivasi tetapi tetap tidak menjatuhkan anak sehingga anak tetap optimis bisa mengerjakan materi yang sedang dipelajarinya.Pada pertemuan ini sudah terlihat hasil yang diharapkan dengan adanya peningkatan dalam mengerjakan tes dan siswa lebih komunikatif dalam segala hal dengan kata lain kalau ada hal – hal yang belum jelas anak sudah berani mengungkapkan pendapatnya tanpa rasa takut lagi.Disamping itu guru juga bertambah pengetahuan dalam pembelajaran dan bisa digunakan dalam pembelajaran yang lain meskipun berbeda mata pelajarannya.

2. Hasil Observasi Siswa

Dari data observasi pada siklus II diperoleh, data hasil belajar siswa pada lampiran 13 sebagai berikut :

a) Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh – sungguh. b) Siswa aktif bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

c) Perhatian, minat dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat. d) Siswa sudah lebih aktif dalam kegiatan pembelajarn.

e) Siswa dapat mengendalikan diri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.


(54)

g) Seluruh siswa mengerjakan tugas baik tugas individu atau tugas setiap kelompok berdasarkan dari gambar jenis-jenis pekerjaan sesuai dengan gambar yang didapatnya dari guru dengan mengerjakannya bermain peran dengan menggunakan bahasanya sendiri.Setiap kelompok meragakan atau bermain peran di depan kelas atau aula sekolah anak – anak yang lain duduk bersila memperhatikan.

Kegiatan diakhiri dengan guru memberi evaluasi dengan Membagi lembar soal evaluasi.Sebagai tindak lanjut guru menyampaikan pesan kepada siswa agar lebih rajin belajar kemudian guru menutup pelajaran.

Observasi

Setelah melaksanakan tindakan, peneliti mengadakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siswa melalui pendekatan model bermain peran pada siklus II. Seperti pada siklus I peneliti menggunakan model bermain peran dengan alat peraga yang bermacam –macam disertai dengan metode demonstrasi dan diskusi kelompok kecil dalam observasi ini ditujukkan pada kegiatan siswa dalam melaksanakan pembelajaran, aktivitas atau partisipasi serta untuk mengetahui hasil belajar siswa. Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk hasil lembar kerja siswa baik kelompok maupun individu. Sebagai bahan atau masukan untuk menganalisi perkembangan hasil belajar siswa melalui metode bermain peran.Selain itu peneliti juga melakukan observasi terhadap sikap, perilaku siswa selama proses pembelajaran serta keterampilan guru dalam mengajar dengan model PBL. Pada materi pantun meningkatkan kemampuan berbicara pada pelajaran Bahasa Indonesia.

1) Hasil observasi guru

Dari hasil observasi dapat dilihat aktivitas guru pada lampiran 15 adalah sebagai berikut :

Dari data observasi pada siklus II diperoleh data hasil belajar psikomotorik siswa sebagai berikut :


(55)

commit to user

c) Mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik dan sistematis.

d) Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan maupun pendapat.

e) Komunikasi antara siswa dengan guru terjalin.

Analisis data Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan,hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran pantun untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui model PBL pada siklus II secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan, di mana guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin luwes dan sbar.Presentasi aktifitas atau partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat.Mereka lebih banyak memperhatikan dan menja2wab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif. Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan dengan bermain peran dalam setiap pembelajaran dalam setiap mata pelajaran yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan berbicara pada pembelajarn tematik.

Dari analisis hasil tes pada siklus II diketahui bahwa dari penelitian ini pembelajaran dikatakan berhasil apabila partisipasi dalam pembelajaran meningkat.Selain itu hasil yang dicapai siswa melalui tes akhir pembelajarn mencapai nilai rata-rata kelas di atas 60 dan prosentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM mencapai kurang dari 85%.. keatas dengan demikian melihat hasil yang diperoleh pada masing-masing pertemuan,maka pembelajaran melalui metode bermain peran dirasa cukup pada siklus II.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa pelajaran tematik menggunakan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas III SDN I Manggis .Setelah dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan metode pembelajaran


(56)

bermain peran, dalam pembelajaran tematik pada siswa kelas III SDN I Manggis Mojosongo Boyolali dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1. Data Nilai Pelajaran tematik (Bahasa Indonesia, IPS, PKn, Matematika) siswa kelas 3 SDN I Manggis, Mojosongo, Boyolali Sebelum Tindakan. Analisis data hasil evaluasi dari tes awal sebelum dilakukan tindakan diperoleh rata –rata nilai siswa 53,13 dimana hasil tersebut masih dibawah nilai rata – rata KKM yang telah ditetapkan oleh Guru, Kepala Sekolah dan Peneliti, yaitu sebesar 65. Sedangkan besarnya prosentase siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 27.5 % dan sisanya sebesar 72,5 % sebelum mencapai kreteria ketuntasan yang diinginkan. Hasil tersebut belum dapat memenuhi target yang ingin dicapai yaitu siswa dapat mencapai ketuntasan sebesar 75%.Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berbicara pembelajaran tematik perlu diadakan tindakan lebih lanjut.

2. Data Nilai Tematik siswa kelas 3 SDN I Manggis pada siklus I.

Pada siklus I setelah diadakan tes kemampuan awal dilanjutkan dengan siswa mau menerima materi dengan menggunakan metode bermain peran mengacu pada :

- Kemampuan Dasar : - Indikator:


(57)

commit to user

Tabel 5. Data Nilai Pada Tes Akhir Siklus I

No Nama Siswa Perolehan Nilai Tuntas (T) / Tidak Tuntas (TT)

1 55 TT

2 60 TT

3 65 T

4 65 T

5 65 T

6 70 T

7 70 T

8 75 T

9 65 T

10 65 T

11 50 TT

12 70 T

13 65 T

14 60 TT

15 60 TT

16 60 TT

17 75 T

18 65 T

19 65 T

20 50 TT

21 70 T

22 50 TT

23 75 T

24 75 T


(58)

No Nama Siswa Perolehan Nilai Tuntas (T) / Tidak Tuntas (TT)

26 70 T

27 75 T

28 70 T

29 60 TT

30 60 TT

31 70 T

32 65 T

33 65 T

34 50 TT

35 65 T

36 60 TT

37 65 T

38 75 T

39 70 T

40 65 T

JUMLAH 2610

RATA-RATA 65,25

KETERANGAN PROSENTASE

TUNTAS 28 70%


(59)

commit to user

Tabel 6. Frekunsi Data Nilai Tes Akhir Siklus I

N0 Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 21 – 30

2 31 - 40

3 41 - 50 4 10%

4 51 - 60 8 20%

5 61 - 70 21 52,5%

6 71 - 80 7 17,5%

7 81 - 90

8 91 - 100

JUMLAH 40 100%

Dari tabel 6 maka dapat digambarkan pada grafik 5

0 5 10 15 20 25

21 – 30 31 - 40 41 - 50 51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90 91 - 100

DATA NILAI

DATA NILAI


(60)

Tabel 7 . Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa sebelum dan setelah diberikan Tindakan Siklus I

Keterangan Tes Awal Tes Siklus I

Nilai terendah 30 50

Nilai tertinggi 75 80

Rata-rata nilai 53,13 65,25

Siswa belajar tuntas 11 28

Dari tabel 7 dapat dilihat pada gambar grafik 6

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Tes Awal Tes Siklus I

Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai Siswa belajar tuntas

Grafik 6 Grafik Perbandingan Hasil Tes Belajar Siswa sebelum dan setelah Diberikan Tindakan siklus I

Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada siklus I tabel 7 dapat disimpulkan bahwa persentase hasil tes siswa yang tuntas naik pada siklus I yaitu sebesar 27,5% menjadi 70 % dari tes awal yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 11 dan pada siklus I menjadi 28 Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari 50 naik menjadi 80 dan nilai rata – rata kelas yang pada tes awal sebesar 53,13 naik ada tes siklus I menjadi 65,25 nilai tersebut sudah


(61)

commit to user

3. Data Nilai Tematik siswa kelas 3 SDN I Manggis kecamatan Mojosongo, Boyolali

Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan dan mencapai tujuan penelitian.Pembelajaran yang disampaikan tentang metode bermain peran dengan ….. Kegiatan belajar disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana siklus I dan kegiatan pembelajaran dilaksnankan lebih optimal.

Tabel 8. Data Nilai Pada Tes Akhir Siklus II

No Nama Siswa Perolehan Nilai Tuntas (T) / Tidak Tuntas (TT)

1 65 T

2 65 T

3 70 T

4 70 T

5 70 T

6 80 T

7 80 T

8 90 T

9 80 T

10 85 T

11 85 T

12 85 T

13 70 T

14 80 T

15 65 T

16 80 T

17 80 T

18 90 T


(62)

No Nama Siswa Perolehan Nilai Tuntas (T) / Tidak Tuntas (TT)

20 65 T

21 80 T

22 65 T

23 70 T

24 70 T

25 80 T

26 80 T

27 90 T

28 80 T

29 65 T

30 65 T

31 80 T

32 80 T

33 80 T

34 65 T

35 65 T

36 80 T

37 70 T

38 80 T

39 80 T

40 75 T

JUMLAH 3025

RATA-RATA 75.63

KETERANGAN PROSENTASE

TUNTAS 40 100%


(63)

commit to user

Tabel 9. Frekuensi Data Nilai Tes Akhir Siklus II

No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase

1 21 – 30

2 31 - 40

3 41 – 50

4 51 – 60

5 61 – 70 17 42,5%

6 71 – 80 17 42,5%

7 81 – 90 6 15%

8 91 – 100

JUMLAH 40 100%

Dari Tabel 9 maka dapat digambarkan pada grafik 7

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

21 – 30 31 - 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90 91 – 100

Data Nilai Siklus II

Data Nilai Siklus II


(64)

Tabel 10 Perbandingan Hasil Tes Awal Sebelum dilaksnakan tindakan dan Tes Akhir Siklus II

keterangan Tes awal Tes diklus I Tes siklus II

Nilai terendah 30 50 65

Nilai tertinggi 75 80 90

Rata-rata nilai 53,13 65,25 75,63

Siswa belajar tuntas 11 29 40

Dari tabel dapat dilihat pada gambar grafik 8

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Tes Awal Tes Siklus

I

Tes Siklus

II

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Rata-rata nilai

Siswa belajar

tuntas

Grafik 8. Grafik perbandingan hasil tes awal s/d tes akhir siklus II

1) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada awal tes 30, pada tes siklus pertama 50, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 65.


(1)

commit to user

masalah, ditemukan siswa lebih aktif,kreaktif dan semangat dalam mengikuti pelajaran.

4. Pada tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya pada materi

pembelajaran tematik ditemukan kemampuan berbicara anak

meningkat.

5. Pada tahap menganalisis dan mengevaluasi ditemukan bahwa terjadi


(2)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilaksanakan dalam II siklus dengan dengan menerapkan penggunaan model pembelajaran pada siswa kelas III SDN I Manggis Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali tahun 2010/2011 dalam kegiatan pembelajaran kemampuan berbicara dengan materi pokok pembelajaran tematik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

1. Melalui model pembelajaran bermain peran terbukti dapat meningkatkan

kemapuan berbicara siswa kelas III SDN I Manggis Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat terlihat dengan adanya peningkatan nilai rata – rata kelas pada tes awal dilakukan sebesar 53,13 siklus I sebesar 65,25 dan pada siklus II meningkat menjadi 75,63. Sedangkan untuk ketuntasan belajar siswa menurut standar KKM yaitu 65 pada tes awal yang baru mencapai 27,5 % dapat meningkat pada siklus I menjadi 75,63% siklus II mencapai 100 %

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan metode bermain peran dalam pembelajaran tematik. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus setiap siklus dengan tiga pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada hari Senin

Berdasarkan penelitian ini dapat dikemukakan implikasi teoritis dan implikasi praktis hasil penelitian sebagai berikut :

1. Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah bahwa peningkatan kemampuan berbicara pada pembelajaran tematik melalui metode bermain peran dapat dipertimbangkan untuk menambah model pembelajaran bagi guru


(3)

commit to user

Hasil penelitian ini memperkuat teori yang menyatakan bahwa melalui metode bermain peran dapat menjadi salah satu metode pembelajaran tematik , karena metode ini melibatkan unteraksi antara siswa dan guru dan juga lingkungan. Hal ini mengiidikasikan kedalaman dan keleluasaan dari pemahaman siswa terhadap materi tertentu sebagai hasil dari proses belajar.

2. Implikasi Praktis

Penelitian telah membuktikan bahwa pembelajaran tematik melalui metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak .

Hasil penelitian membuktikan bahwa pembelajaran tematik melalui metode bermain peran dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan keterampilan,prestasi dan hasil siswa yang akan dicapai.Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan memerankan metode pembelajaran yang pas bagi siswa.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada Bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Disamping itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan hasil belajar maupun keterampilan siswa .Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permaslahan yang sejenis, terutama mengatasi masalah kemampuan berbicara dan prestasi belajar siswa, yang umumnya sebagian besar dimiliki oleh siswa. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi semaksimal mungkin.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai metode bermain peran pada anak kelas III SDN I Manggis tahun ajaran 2010/2011, maka sran-saran yang diberikan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada


(4)

umumnya dan meningkatkan kompentensi peserta didik SDN I Manggis Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali pada khususnya sebagai berikut : 1. Bagi Sekolah

Memberikan andil ide dalam pembelajran tematik dengan menggunakan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dalam belajar.

2. Bagi guru

a. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada pelajaran tematik

dengan menggunakan model bermain peran.

b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreaktifitas siswa dan keefektifan

pembelajaran tematik dengan metode bermain peran.

c. Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian

disarankan untuk menerima pendapat atau tanggapan siswa dalam pembelajaran tematik dengan menggunakan meted bermain peran

d. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran.

3. Bagi siswa

a. peserta didik hendakna dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan l.ancar dan memperoleh hasil yang optimal..

b. siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarna ke dalam kehidupan sehari hari.

Berdasarkan hasil penelitian awal melalu.i observasi dan tes awal gambaran pembelajaran tematik pada kelas III SDN I Manggis tentang kemampuan berbicara pada. Pembelajaran tematik adalah sebagai berikut :

1. Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional atau dominan ceramah dalam proses pembelajaran.

2. Guru tiak menggunakan media yang sesuai dalam proses pembelajaran. 3. Pembelajaran yang dilaksanakan guru belum membuat siswa turut serta aktif


(5)

commit to user

4. Guru kurang sigap ketika mengatasi siswa tidak serius dalam menerima pelajaran .

5. Guru tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya atau mencoba menyimpulkan materi pelajaran.

Sedang permasalahan yang ditemui pada diri siswa yaitu :

1. Siswa kurang aktif pada kegiatan pembelajaran tematik dengan indicator menyebutkan kekayaan alam,menjelaskan orang harus bekerja, melakukan percakapan dengan teman dari penggalan teks drama yang dibacakan teman, membaca bilangan pecahan seperempat.

2. Siswa cenderung tidak serius dan tidak memperhatikan saat guru sedang memaparkan materi pelajaran.

3. Siswa tidak berani tampil di depan kelas.

4. Siswa menunjukkan sikap jenuh dan bosan pada pelajaran yang diterapkan guru, dilihat dari sikap siswa yang asyik bermain sendiri bersenda gurau dengan teman bahkan ada yang mengantuk.

Rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari tes awal tentang kemampuan berbicara dengan materi menyyebutkan kekayaan alam, menjelaskan orang harus bekerja, melakukan percakapan dengan teman dan membaca bilangan seperempat dari 40 siswa yang mendapat nilai dalam batas kkm hanya 10 siswa sedangkan lainnya masih di bawah batas KKM.


(6)

Dokumen yang terkait

Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri 2 Bendosari Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali Tahun 2010

0 5 125

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Drajitan Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2014 / 2015.

0 6 4

METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Drajitan Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pel

0 3 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Role Playing Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Drajitan Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali Tahun Pelaj

0 3 18

PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 TANJUNGANOM KECAMATAN RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 3 56

PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 KANDANGWANGI KECAMATAN WANADADI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 2011

0 3 61

PENDAHULUAN UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI DONGENG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS I SD NEGERI 2 KARANGDUREN KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011.

0 0 8

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI DONGENG DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS I SD Peningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD Negeri 5 Boyolali Kecamatan Boyolali Kabupaten

0 0 16

PENDAHULUAN Peningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD Negeri 5 Boyolali Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2012.

0 1 6

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CITRASARI.

0 2 39