Instrumen Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri atas skala penilaian dalam membaca, penilaian dalam berbicara dan observasi. Skala penilaian berisi kriteria-kriteria untuk menentukan tinggi rendahnya skor yang dicapai para siswa dalam pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray. Penilaian membaca ditentukan dengan menjawab pertanyaan yang diberikan antara tes awal dan tes akhir dengan berpatokkan pada pendapat Nurgiyantoro, sedangkan penilaian dalam berbicara meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Dalam penyekoran kemampuan membaca dilakukan dengan melihat selisih antara tes awal dan tes akhir. Penyekoran kemampuan berbicara digunakan kategori tinggi, sedang, rendah. Penentuan skor merupakan modifikasi dari kriteria yang dikemukakan oleh Sabarti Akhadiah 1988: 30. Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka instrumen penelitian yang digunakan sebagai berikut. 1 Tes Tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pretest dan kemampuan akhir siswa posttest dalam keterampilan membaca dan keterampilan berbicara setelah proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran membaca dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda secara tertulis kemudian siswa menjawab sesuai novel yang diberikan kepada siswa. Adegan untuk pembelajaran berbicara dilakukan bentuk tes secara lisan. Pengukuran ini dilakukan kepada para siswa. Aspek-aspek yang diukur dalam tes keterampilan berbicara meliputi faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Kriteria penilaian kemampuan berbicara adalah sebagai berikut. a Faktor Kebahasaan a. Ketepatan pemilihan kata 18-20 tinggi. Apabila kata-kata yang digunakan tepat, semua kata mendukung gagasan yang dikemukakan, unsur kedaerahan sama sekali tidak tampak. Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12-17 sedang. Apabila terdapat satu sampai tiga kata daerah, kata asing, dan kata yang tidak tepat pemakaiannya sehingga agak mengganggu dalam menyampaikan informasi. 6-11 rendah. Apabila terdapat banyak kata daerah atau kata asing yang digunakan dan ada beberapa kata yang tidak tepat penggunaannya sehingga sangat mengganggu gagasan yang disampaikan. b. Struktur Pemakaian Kalimat 18-20 tinggi. Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam susunan kata, frasa, atau kalimat sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik. 12-17 sedang. Apabila terdapat satu sampai tiga kesalahan stuktur, baik kata, frasa, maupun kalimat sehingga apa yang disampaikan kurang diterima. 9-11 rendah. Apabila terdapat sejumlah empat kesalahan atau lebih, baik kesalahan kata, frasa, maupun kalimat sehingga pesan tidak dapat diterima. c. Kelancaran Melafalkan 9-10 tinggi. Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam melafalkan bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak ada pengaruh bahasa daerah maupun bahasa asing. 6-8 sedang. Apabila terdapat satu sampai tiga kesalahan dalam melafalkan bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak ada pengaruh bahasa daerah maupun bahasa asing. 3-5 rendah. Apabila terdapat empat kesalahan atau lebih dalam melafalkan bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak dipengaruhi bahasa daerah, bahasa asing, maupun oleh faktor lain. d. Kualitas Intonasi atau Nada 9-10 tinggi. Apabila terdapat pembicara dengan intonasi yang bervariasi, tidak monoton, atau penerapan intonasinya tepat sehingga pendengar sedemikian rupa tertarik dengan gaya bicaranya. Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6-8 sedang. Apabila penerapan intonasi bervariasi, tetapi nada suaranya monoton sehingga gaya bicaranya agak membosankan pendengar. 3-5 rendah. Apabila intonasinya monoton atau nada suara yang disampaikan monoton sehingga membosankan pendengar. b Faktor Nonkebahasaan a. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku 9-10 tinggi. Apabila pembicara bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku. 6-8 sedang. Apabila salah satu dari tiga sikap tersebut sikap wajar, tenang, dan tidak kaku dilakukan pembicara, sehingga berbicaranya kurang lancar. 3-5 rendah. Apabila dua atau tiga sikap tersebut sama sekali tidak tampak sikap wajar, tenang dan tidak kaku dilakukan oleh pembicara, sehingga berbicaranya tidak lancar. b. Penguasaan Medan 4-5 tinggi. Apabila pandangan pembicara menyebar ke seluruh penjuru ruangan dan mampu menguasai situasi sehingga pembicaraan dapat berjalan lancar dan dapat menguasai situasi. 2-3 sedang. Apabila pandangan pembicara menyebar ke seluruh penjuru ruangan, tetapi kurang menguasai situasi sehingga pembicaraan agak kurang lancar. 0-1 rendah. Apabila pandangan pembicara tertuju pada satu arah saja dan kurang mampu menguasai situasi pembicaraan sehingga pembicaraan tidak lancar. c. Penguasaan materi pemahaman 18-20 tinggi. Apabila pembicara sungguh-sungguh memiliki penguasaan materi yang baik dalam berbicara sehingga menunjang terjadinya komunikasi yang baik dan tidak tersendat-sendat. 12-17 sedang. Apabila pembicara agak kurang memiliki penguasaan materi yang baik dalam berbicara sehingga kurang menunjang terjadinya komunikasi yang baik dan beberapa kali tersendat. Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6-11 rendah. Apabila pembicara tidak memiliki penguasaan materi yang baik dalam berbicara dan pembicara dapat terhenti beberapa saat tanpa arti apa-apa sehingga sama sekali tidak terjadi komunikasi yang baik. d. Gerak-Gerik serta Mimik 4-5 tinggi. Apabila terdapat gerak-gerik anggota badan yang berfungsi mendukung pembicara sehingga pembicara memiliki mimik yang tepat untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan pembicara. 2-3 sedang. Apabila terdapat gerak-gerik anggota badan dan perubahan roman muka, tetapi apa yang disampaikan kurang mendukung pembicaraan. 0-1 rendah. Apabila sama sekali tidak ada gerak-gerik anggota badan dan tidak ada perubahan ekspresi wajah pembicara, sehingga tidak mendukung. Akhadiah, 1988: 33 2 Observasi Observasi ini digunakan untuk memperolah data atau informasi mengenai kegiatan dan pendapat siswa dan guru selama pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 3 Angket Angket merupakan suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban. Ada pun angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala pengukuran berbentuk daftar cek skala Likert dan skala Guttman yang bertujuan untuk mengukur variabel-variabel penelitian. Adapun skala Likert memiliki pilihan dari sangat positif sampai sangat negatif, diantaranya: SS sangat setuju, S setuju, R ragu-ragu, TS tidak setuju, dan STS sangat tidak setuju. Untuk skala Guttman berupa dua pilihan jawaban ya dan tidak. Pertanyataan yang digunakan berupa pernyataan positif dan negatif. Dapat digambarkan bahwa angket yang digunakan ini akan disebarkan pada siswa setelah pembelajaran selesai. Jolanda Dessye Parinussa, 2013 Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.5 Teknik Pengolahan Data

Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa

1 4 202

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEI BINGAI TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 19

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB : Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas VIII MTs Nahdhatul Ulama Tasikmalaya.

0 2 44

Pengaruh Model Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

1 0 9