PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN BERBICARA: Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012-2013.

(1)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA

DAN KEMAMPUAN BERBICARA

(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012-2013)

TESIS

diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

Jolanda Dessye Parinussa, S.Pd. NIM 1102634

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan

English Education at Secondary

Education

Oleh

Jolanda Dessye Parinussa, S.Pd. UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia

© Jolanda Dessye Parinussa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I,

Dr. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd.

NIP 196109101966031004

Pembimbing II,

Dr. Isah Cahyani, M.Pd.

NIP 196407071989012001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Sumiyadi, M.Hum.


(4)

iii

ABSTRAK

JOLANDA DESSYE PARINUSSA. 2013. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN BERBICARA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012-2013)

Pembelajaran membaca dan berbicara pada hakikatnya mengembangkan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa. Salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara pada siswa yaitu melalui model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran membaca novel dan mengungkapkan melalui kegiatan berbicara. Kegiatan ini bertujuan untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: (1) apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon; (2) apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon; (3) bagaimana proses pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray; (4) bagaimana respons siswa terhadap pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pretes-posttes group design. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui proses dan hasil belajar. Data proses berupa kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode diskusi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray .

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pemahaman tentang materi membaca novel dan tanggapan siswa terhadap materi tersebut dalam kemampuan berbicara siswa diperoleh kemampuan dalam membaca bacaan kemudian menjawab pertanyaan diperoleh nilai rata-rata untuk kelas ekperimen 88,33 dan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 84,10 dalam kategorisasi baik sekali, sedangkan keterampilan berbicara digunakan perbandingan hasil uji t antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dan pembuktian hipotesis. Berdasarkan hasil statistik pada kelas ekperimen, diperoleh keterangan bahwa t hitung sebesar 10,69 dan untuk kelas kontrol diperoleh t hitung sebesar 6,23. Berdasarkan hal tersebut berarti hipotesis benar atau diterima.

Dengan membandingkan t hitung dengan nilai t tabel untuk taraf signifikan α = 0,05, maka dicari t hitung = 4,21 dengan kriteria pengujian jika t hitung > t tabel, artinya signifikan atau hipotesis tersebut benar atau diterima. Ternyata t hitung > t tabel, atau 4,21 > 4,20 maka data hasil pembelajaran membaca terhadap pembelajaran berbicara di kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon sebagai bukti hipotesis bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan


(5)

iv

pembelajaran diskusi dengan hasil belajar siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.


(6)

xi

LEMBAR PERSETUJUAN ……… i

PERNYATAAN ……… ii

ABSTRAK ………. iii

PERSEMBAHAN ………. iv

KATA PENGANTAR ………... v

UCAPAN TERIMA KASIH ……… vii

DAFTAR ISI ………. xi

DAFTAR TABEL ……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ……….. 7

1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ………. 8

1.4 Rumusan Masalah Penelitian ………. 8

1.5 Tujuan Penelitian ……….... 9

1.6 Manfaat Penelitian ……….. 9

1.7 Anggapan Dasar ………. 10

1.8 Hipotesis Penelitian ……… 10

1.9 Defenisi Operasional ……….. 11

BAB II KEMAMPUAN MEMBACA, KEMAMPUAN BERBICARA, MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO SRTAY 2.1 Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ……… 13

2.1.1 Pengertian Membaca ………. 12

2.1.2 Hakikat Keterampilan Membaca ………... 16

2.1.3 Tujuan Membaca ………... 17


(7)

xii

2.1.6 Bentuk Tes Membaca ……… 24

2.2 Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ……….. 26

2.2.1 Pengertian dan Tujuan Membaca ……… 26

2.2.2 Pembelajaran Keterampilan Berbicara ……… 27

2.2.3 Faktor-faktor Penunjang Keefektifan Berbicara ………. 29

2.2.4 Hakikat Kemampuan Berbicara ……….. 29

2.2.5 Jenis-jenis Tes Berbicara ………. 30

2.2.6 Aplikasi Penilaian Kemampuan Pembelajaran Berbicara ……... 32

2.2.7 Hubungan antara Berbicara dan Membaca ……….. 37

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif ………... 39

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ………... 39

2.3.2 Metode Pembelajaran Kooperatif ……… 40

2.4 Tipe Two Stay-Two Stray ……….. 43

2.4.1 Pengertian Tipe Two Stay-Two Stray ………. 43

2.4.2 Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ……….. 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian ……….. 49

3.1.1 Metode Penelitian ……… 49

3.1.2 Desain ……….. 50

3.2 Prosedur Penelitian ……….. . 52

3.3 Teknik Pengumpulan Data ……… 54

3.4 Instrumen Penelitian ……….. 55

3.4.1 Tes ………... 53

3.4.2 Observasi ………. 56


(8)

xiii

3.6 Populasi dan Sampel ………. 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ……… 62

4.1.1 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay- Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca ………. 62

4.1.1 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay- Two Stray Terhadap Kemampuan Berbicara ……….. 66

4.2 Data Hasil Pembelajaran Berbicara ……….... 72

4.2.1 Faktor Kebahasaan ………. 73

4.2.1.1 Pilihan Kata/Diksi ………. 73

4.2.1.2 Struktur/Pemakaian Kalimat ………. 85

4.2.1.3 Penggunaan Pelafalan ………... 91

4.2.1.4 Penggunaan Intonasi ………. 98

4.2.2 Faktor Nonkebahasaan ……….. 102 4.2.2.1 Sikap yang Wajar, Tenang dan Tidak Kaku ………… 102 4.2.2.2 Penguasaan Medan ……….. 106

4.2.2.3 Penguasaan Materi/Pemahaman ……….. 110

4.2.2.4 Penguasaan Gerak-Gerik/ Mimik ……… 114 4.3 Analisis Pembelajaran Kemampuan Berbicara Setiap Responden …. 120 4.4 Pengujian Hipotesis ………. 127

4.4.1 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes dan Postes di Kelas Eksperimen.128 4.4.2 Uji Perbedaan Rata-rata Pretes dan Postes di Kelas Kontrol …. 131 4.4.3 Uji Perbedaan Tes Akhir pada Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol………... 133

4.5 Deskripsi Proses Pembelajaran ……… 135

4.5.1 Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Eksperimen ………. 135 4.5.1.1 Perlakuan Ke-1 ……… 135


(9)

xiv

4.5.1.3Perlakuan Ke-3 ……… 140 4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 142 4.6.1 Pembahasan Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Two Stay-Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca ……… 142 4.6.2 Pembahasan Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Two Stay-Two Stray Terhadap Kemampuan Berbicara ……… 144 4.6.3 Pembahasan Proses Pelaksanaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Terhadap

Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara …………. 146 4.7 Hal-hal Penyebab Peningkatan Kemampuan Membaca

Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa Dengan Mengunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray …………. 149 4.7.1 Hasil Observasi ………. 149 4.7.2 Analisis Angket ……… 151 4.7.2.1 Tanggapan Siswa Tentang Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ….. 151 4.7.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Peningkatan Kemampuan

Membaca Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa …… 156 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ……….. 158 5.2 Saran ……… 160

DAFTAR PUSTAKA ……… 162


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa Indonesia, yaitu terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada hakikatnya pembelajaran bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginan serta memaknai pikiran dan perasaan yang disampaikan oleh orang lain baik secara lisan maupun tulisan serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia.

Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa yang memiliki disiplin berpikir dalam berbahasa, menyimak, berbicara, membaca serta menulis. Adapun tujuan khusus pembelajaran bahasa adalah (1) siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman dan pesan secara lisan dan tertulis, (2) siswa mampu mengungkapkan perasaan secara lisan dan tertulis dengan jelas, (3) siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dan tertulis sesuai dengan konteks dan keadaan.

Salah satu keterampilan dan kemampuan yang perlu dimiliki manusia Indonesia yang terus mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat dan responsif terhadap perubahan tanpa kehilangan jati dirinya ialah kemahiran dalam berpikir literat (literate thinking). Literate thinking merupakan kemampuan interaksi dengan wacana sebagai respresentasi pengalaman, pikiran, perasaan, dan gagasannya secara tepat sesuai dengan tujuannya. Dengan aktivitas membaca, kita akan mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui. Oleh karena itu, Misdan dan Harjasujana (1988: v) mengatakan bahwa, “Peranan membaca dalam masyarakat modern semakin jelas dan penting”.


(11)

Membaca sering sekali dianggap sebagai kegiatan yang pasif. Sebenarnya, pada peringkat yang lebih tinggi, membaca itu bukan sekedar memahami lambang-lambang tertulis, melainkan berarti pula memahami, menerima, menolak, membandingkan, atau meyakini pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh pengarang/penulis. Kemampuan membaca seseorang banyak dipengaruhi pula oleh tingkat kematangan dan pengalamannya.

Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Penyelesaian berbagai kegiatan sangat bergantung pada kegiatan ini. Kegiatan belajar, mengajar, melayani masyarakat di kantor-kantor pemerintah, berdagang, dan kegiatan lainnya menuntut keterampilan membaca mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks.

Di samping untuk mendukung penyelesaian pekerjaan, keterampilan membaca juga diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan akan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan hiburan. Pengetahuan dan keterampilan seseorang dapat bertambah secara signifikan apabila didukung dengan kegiatan membaca. Adapun kebutuhan hiburan dapat dipenuhi antara lain melalui kegiatan membaca novel.

Hal di atas menunjukkan pentingnya keterampilan membaca dikuasai seseorang. Karena itu, keterampilan ini perlu diajarkan di sekolah-sekolah, bahkan di perguruan tinggi. Mereka perlu dibekali teknik-teknik membaca, metode memahami bacaan, cara memperoleh informasi dari bacaan, dan kinerja akademik lainnya.

Untuk mengetahui kemajuan belajar dan penguasaan siswa terhadap materi-materi tersebut, guru menyelenggarakan pengukuran terhadap hasil belajar mereka. Pengukuran difokuskan pada kinerja berpikir literat yang perlu dimiliki oleh mahasiswa dan siswa. Hal ini berimplikasi terhadap guru. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam mengevaluasi keterampilan membaca (Shihabuddin, 2007: 226).

Setiap manusia pasti memiliki kemampuan untuk berbicara tetapi tidak semua manusia terampil berbicara, karena untuk dapat terampil berbicara, perlu adanya


(12)

latihan atau upaya ke arah tersebut. Manusia dalam kegiatan sehari-harinya ternyata selalu dihadapkan dengan kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara.

Manusia adalah makhluk sosial dan tindakan pertama dan paling penting adalah tindakan sosial karena berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi, suatu tindakan tepat saling bertukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan, serta menyetujui suatu pendirian dan keyakinan. Oleh karena itu, maka, di dalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-elemen umum, yang sama-sama disetujui dan dipahami oleh sejumlah orang yang merupakan suatu masyarakat. Untuk menghubungkan sesame anggota masyarakat maka diperlukan komunikasi.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, guru lebih banyak mengajarkan pengertian bahasa daripada penggunaan bahasa. Oleh karena itu, kemampuan siswa akan keterampilan berbicara menjadi kurang dan sangat terbatas, oleh sebab itu diperlukan keterampilan membaca yang baik sehingga penggunaan bahasa, penambahan kosakata siswa lebih bertambah.

Berbicara dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Keterampilan ini dapat diwujudkan dalam bentuk berpidato, presentasi, makalah, melakukan wawancara, berbicara monolog, ceramah, khotbah, dan deklamasi. Bentuk-bentuk kegiatan ini sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Gagasan, pikiran, dan perasaan manusia diekspresikan kepada pihak lain, diantaranya, melalui keterampilan berbicara ini. Jika seseorang tidak mahir berbicara maka orang lain akan mengalami kesulitan dalam memahami gagasan atau buah pikirannya. (Shihabuddin, 2007: 193).

Berdasarkan kenyataan seperti itu, penulis ingin mengujicobakan sebuah model pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran membaca terhadap pembelajaran berbicara. Pembelajaran berbicara yang monoton, membuat siswa kurang mempunyai minat dalam pembelajaran berbicara.

Model atau teknik yang salah akan membuat siswa menjadi pasif dan kurang kreatif. Rendahnya keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran sekolah,


(13)

menyebabkan tidak adanya kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya dengan baik, sehingga perlu adanya model pembelajaran yang dapat membuat membuat siswa menjadi aktif.

Topik yang dipilih untuk meneliti kemampuan membaca siswa terhadap kemampuan berbicara adalah topik tentang membaca novel. Novel merupakan topik yang membutuhkan penguasaan konsep dasar sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas jika penguasaan konsep dasarnya kurang. Topik tentang novel dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon merupakan topik yang membutuhkan penguasaan konsep dasar yang kuat tentang novel yang dibaca sehingga keterampilan membaca siwa tersebut dapat pula meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam mengeluarkan pendapat sehingga siswa menjadi berani.

Berdasarkan uraian-uraian yang dipaparkan, maka untuk mengembangkan kemampuan berbicara siswa diperlukan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dapat memberikan kebebasan berpikir dan keterluasan bertindak dalam memahami pengetahuan dan memecahkan masalahnya, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray salah satunya.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) terkadang disebut juga kelompok pembelajaran (group learning), yang merupakan istilah generik bagi bermacam prosedur instruksional yang melibatkan kelompok kecil secara interaktif. Siswa bekerja sama untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok mereka serta dengan kelompok lain.

Situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dituntut untuk bekerja sama dalam suatu tugas bersama, siswa harus mengkoordinasikan usaha-usahanya untuk menyelesaikan tugas. Pada pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung untuk suatu penghargaan apabila mereka berhasil sebagai suatu kelompok. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda untuk bekerja saling bergantung


(14)

satu sama lain atas tugas-tugas bersama sehingga mereka belajar untuk menghargai satu sama lain meskipun mereka berbeda ras, budaya, kelas sosial maupun kemampuan.

Penggunaan model pembelajaran berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Permasalahan tersebut muncul karena teknik atau pun model yang dipakai oleh guru kurang cocok dan juga sesuai dengan minat siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba menggunakan salah satu model pembelajaraan kooperatif yang menarik untuk digunakan dalam empat keterampilan khususnya keterampilan membaca dan keterampilan berbicara yakni tipe Two Stay-Two Stray. Tipe ini adalah salah satu teknik dalam metode diskusi yang berbasis cooperative learning.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran tipe Two Stay-Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray mempunyai karakteristik yang dapat mengembangkan kemampuan membaca sehingga kemampuan berbicara siswa tersebut dapat meningkat karena tahapan yang ada menuntut siswa untuk melakukan segala aktivitas dengan siswa lain yang melibatkan proses berpikir, kerja sama dalam kelompok, toleransi antar siswa, dan lain-lain. Tujuan dari pembelajaran dengan model ini adalah agar siswa dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi dengan siswa lain. Hal ini dapat membuat siswa


(15)

berlatih untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya dan suasana kelas lebih menyanangkan dan termotivasi untuk belajar.

Menurut Lie (2002), model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray merupakan model pembelajaran yang dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada siswa. Pemberian peran pada siswa ini membuat siswa lebih memiliki tanggung jawab dalam mempelajari materi sampai menemukan sendiri pengetahuannya.

Model Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dapat meningkatkan prestasi siswa dalam diskusi, karena tipe ini mengharuskan setiap siswa untuk mengeluarkan pendapatnya kepada kelompok lain tentang masalah yang telah dibahas oleh kelompoknya. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya.

Dari wawancara dengan guru bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon ketika pembelajaran membaca novel dan siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap novel yang dibaca, yaitu 40% siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kekurangaktifan siswa terlihat pada saat diskusi berlangsung, tidak semua siswa aktif berdiskusi. Kesulitan lainnya yaitu dalam pembagian kelompok, ada siswa yang suka dengan teman kelompoknya tetapi ada juga yang tidak suka dengan temam kelompoknya, hal ini juga mempengaruhi proses pembelajaran. Kegiatan membaca dan berbicara merupakan kegiatan yang membutukan konsentrasi dalam memahami suatu bacaan serta pemahaman dalam menanggapi bacaan yang dibaca. Karena itu diperlukan suatu model pembelajaran sehingga bisa membuat siswa lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray yang diberikan.


(16)

Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu untuk mengangkat model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ini dalam kegiatan diskusi untuk meningkatkan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa agar siswa lebih berani untuk mengeluarkan pendapat mereka.

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang fokus penelitian ini perlu diintifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut.

1) Kemampuan membaca melibatkan kemampuan mengingat akan menjadikan ketidakefektifan dalam memahami bacaan. Kemampuan seseorang dalam memahami isi bacaan akan memperkaya kosa kata mereka.

2) Kemampuan berbicara melibatkan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

3) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (dua tinggal-dua tamu) merupakan pembelajaran kelompok yang tidak hanya bekerja sama dengan anggota kelompoknya tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang memungkinkan keakraban sesama teman dalam suatu kelas yang berorientasi pada keaktifan siswa.

Berdasarkan kajian empiris dan literatur, penelitian ini dianggap penting untuk dilaksanakan karena alasan-alasan sebagai berikut.

1) Penelitian ini berusaha memberikan informasi bahwa kemampuan membaca dan kemampuan berbicara dapat menunjang siswa untuk memahami bacaan novel dengan lebih efektif serta dapat memberikan tanggapan mengenai novel yang diberikan;

2) Penelitian ini berusaha memberikan informasi bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dapat berpengaruh pada kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa.


(17)

1.3 Pembatasan Masalah Penelitian

Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray pada pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara. Pembelajaran membaca yang dimaksudkan adalah pembelajaran membaca novel. Pembelajaran berbicara yang dimaksudkan adalah memberikan tanggapan terhadap novel yang dibaca dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

1.4 Rumusan Masalah Penelitian

Penulis telah menguraikan dalam latar belakang masalah penelitian dalam peningkatan mutu pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada siswa SMP harus terus diupayakan. Dalam hal ini, termasuk peningkatan kemampuan siswa dalam membaca dan berbicara untuk kepentingan pendidikan.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka secara rinci rumusan masalah dapat ditelusuri secara bertahap melalui pertanyaan berikut.

1) Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon?

2) Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon?

3) Bagaimana proses pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon?

4) Bagaimana respons siswa terhadap pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon?


(18)

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mencari dan memberikan alternatif teknik pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara, sedangkan tujuan khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang:

1) pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.

2) pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.

3) proses pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.

4) respons siswa terhadap pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.

1.6 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian ilmiah diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi masyarakat. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Manfaat bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan bagi guru untuk memilih metode, teknik, model pembelajaran khususnya membaca dan berbicara agar mampu menarik minat siswa dan juga rasa percaya diri yang timbul dari dalam diri siswa.

2) Manfaat bagi siswa, siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan motivasi dalam membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray. Dengan demikian siswa tersebut mampu menanamkan


(19)

rasa percaya diri dalam berbicara dan untuk membangun jati dirinya, juga dapat menarik minat siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.

3) Manfaat bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pembelajaran membaca terhadap pembelajaran berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

1.7 Anggapan Dasar

Berdasarkan beberapa sumber referensi yang berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis meyakini bahwa.

1) Dalam kurikulum pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memuat keterampilan membaca dan berbicara disamping keterampilan lain, yaitu keterampilan menulis dan menyimak karena keterampilan membaca dan berbicara merupakan keterampilan yang sangat penting artinya dalam kehidupan manusia.

2) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sesuai dengan pembelajaran keterampilan membaca dan berbicara karena keterampilan-keterampilan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosakata, yang luas dan beraneka-ragam, penggunaan kalimat-kalimat yang lengkap serta sempurna kalau diperlukan, perbedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar serta logis (Tarigan, 2008 : 4).

1.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Ho: Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.


(20)

2) H1: Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon. 3) Ho: Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two

Stray terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.

4) H1: Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon.

1.9 Defenisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini yaitu, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sebagai variabel penyebab atau independent dan kemampuan membaca dan kemampuan berbicara sebagai variabel akibat atau dependent. Defenisi operasional variabel-variabel yang digunakan peneliti yaitu:

Pertama, Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara yaitu mengukur sejauhmana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara yang dirancang untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar agar lebih mengenal, saling tukar informasi dan berbagi pendapat dengan mempertimbangkan gagasan, atau mencari ide baru tentang berbagai masalah kemudian mendiskusikannya. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ini merupakan model pembelajaran kelompok yang memacu siswa untuk mengembangkan diri memberikan informasi bukan hanya dengan teman kelompoknya tetapi juga dengan teman kelompok lain dan mendorong untuk pemecahan masalah.

Kedua, kemampuan membaca. Kegiatan membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis dalam bahasa tulis. Kegiatan membaca tersebut memaknai apa yang terdapat pada baris kata demi kata dan apa yang di luarnya,


(21)

semuanya tergantung dari opini pembaca. Kemampuan membaca merupakan kemampuan seseorang dalam memahami isi bacaan dan melihat pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis.

Ketiga, kemampuan berbicara. Kegiatan berbicara merupakan merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan serta perasaan yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh orang lain. Kemampuan berbicara siswa yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kemampuan berbicara bahasa Indonesia dalam menanggapi novel yang telah diberikan.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Metodologi penelitian yang akan dikemukakan terlebih dahulu oleh penulis yaitu metode penelitian dan desain penelitian. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut ini.

3.1.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode ekperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih atau untuk mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lainnya dengan diberikannya perlakuan yang dikenakan pada subjek penelitian.

Menurut Ruseffendi (2010: 35), penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah penelitian yang benar-benar dilakukan untuk melihat hubungan sebab-akibat. Perlakuan yang kita terhadap, variabel bebas kita lihat hasilnya pada variabel terikat. Penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian eksperimen dimana subjek tidak dikelompokkan secara acak.

Menurut Ruseffendi (2010: 47), siswa tidak dikelompokan secara acak sehingga harus di upayakan agar kelompok-kelompok tersebut serupa mungkin. Kedua kelompok masing-masing eksperimen dan kontrol dilakukan pretes dan setelah selesai pembelajaran dilakukan postest.

Metode eksperimen quasi dipandang relevan digunakan karena (1) terpusat pada pemecahan masalah yang aktual, (2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dianalisis kemudian disimpulkan, dan (3) adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih. Kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional.


(23)

Menurut Fraenkel & Wallen (Syamsuddin A. R., & Vismaia S. Damaianti, 2007: 162), penelitian eksperimen kuasi (eksperimen semu) mempunyai tiga karakteristik.

1) adanya kelompok kontrol.

2) siswa ditarik secara rambang (acak) dan ditandai untuk masing-masing kelompok. 3) sebuah tes awal diberikan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok.

Selama proses pembelajaran, peneliti bertindak sebagai observer ditambah dua atau tiga orang guru dan guru bahasa Indonesia bertindak sebagai pengajar, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

3.1.2 Desain Penelitian

Desain (rancangan) yang dipakai dalam penlitian ini adalah quasi- experimental designs yang mengambil bentuk penilaian Pretest-Posttest Control Group Design (Rancangan Tes Awal dan Tes Akhir dengan Kelompok Kontrol), di mana dalam desain ini terdapat dua kelompok masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (random assignment) yang sulit dilakukan. Alih-alih mengacak subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol, peneliti menggunakan kelompok atau kelas sudah terbentuk sebagai kelompok ekperimen dan kelas kontrol (Furqon dan Emi Emilia, 2010: 19-20).

Jenis rancangan ini digunakan pada eksperimen yaitu kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya dengan menganggap sama keadaan/kondisinya (Taniredja, 2011:56). Pemilihan kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas control yang dilakukan secara undi. Digunakan kelas kontrol sebagai pembanding untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon

Dengan demikian desain penelitian ini adalah desain pretes-postes kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan bentuk:


(24)

Keterangan:

E = Kelompok Eksperimen K = Kelompok Kontrol

O1 = Pretes sebelum diberi perlakuan pada kelompok eksperimen O2 = Postes setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen

X1 = Perlakuan menggunakan model kooperatif tipe Two Stay-Two Stray yang diterapkan pada kelas eksperimen

X2 = Model pembelajaran konvensional yang diterapkan di kelas kontrol O3 = Pretes pada kelompok kontrol

O4 = Postes pada kelompok kontrol

(Ruseffendi, 2010:50) Desain kelompok kontrol pretes-postes melibatkan paling tidak dua kelompok. Pada desain di atas adanya pretes (O1 dan O3), dan adanya postes (O2 dan O4). Kelompok yang satu tidak memperoleh perlakuan atau memperoleh perlakuan biasa (X2) sedangkan kelompok yang satu lagi mendapat perlakuan X1 (Ruseffendi, 2010:50).

Pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara pada kelompok kontrol diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, sedangkan pada kelas ekperimen diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Two Stay-Two Stray. Sebelum membahas pokok bahasan, pada masing-masing kelas eksperimen dan kontrol diberikan pretest untuk memgukur kemampuan membaca dan kemampuan berbicara pada kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol.

E: O1 X1 O2 --- K: O3 X2 O4


(25)

Begitu pula setelah selesai pembelajaran melalui tiga kali perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diadakan posttest kemudian dihitung nilai rata-rata pencapaian.

3.2 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan mengacu pada prosedur eksperimen. Tahapan ini berlangsung sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, dengan respons siswa yang diharapkan, maka penelitian ini dapat mengakhiri hingga tahap akhir.

Prosedur penelitian eksperimen dapat dipaparkan sebagai berikut.

1) Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting). Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

2) Menyepakati dengan guru tentang pelaksanaan pembelajaran membaca dan berbicara dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray pada kelas eksperimen, yaitu guru melaksanakan proses pembelajarannya sedangkan peneliti sebagai observer dan patner guru.

3) Merancang jadwal dengan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Proses belajar mengajar dilaksanakan dua kali dalam seminggu, yaitu hari selasa dan sabtu, pukul 08.00 sampai dengan 09.30 di kelas VIII-1 dan VIII-2.

4) Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut.

5) Pertemuan pertama pada tanggal 05 Februari 2013 pada waktu itu peneliti dan siswa membicarakan materi yang berkaitan dengan materi novel dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dalam berbicara;


(26)

b) guru menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray kepada siswa dalam pembelajaran berbicara dengan memperhatikan komponen kebahasaan dan nonkebahasaan;

c) menugasi siswa untuk membaca naskah novel dengan judul (1) Kesalahan Cintaku; (2) Autum In Paris; (3) Perahu Kertas.

6) Memberikan tes awal kepada siswa kelas eksperimen den kelas kontrol pada tanggal yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya siswa ditugaskan menyampaikan isi novel telah dibaca dan dipersiapkan dalam kelas dan telah disepakati sebelumnya. Untuk kelas eksperimen dibagi dalam 7 kelompok besar dan diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray, dimana setelah berdiskusi dalam kelompok, dua orang dari kelompok tersebut bertamu ke kelompok yang lain, setelah mereka selesai berdiskusi dua orang yang menjadi tamu tersebut kembali ke kelompok awal dan menyampaikan hasil diskusi yang telah diterimanya dari kelompok lain, kemudian hasil diskusi yang diterima tersebut didiskusikan dalam pembelajaran berbicara yang disampaikan. Untuk kelas kontrol siswa dibentuk dalam beberapa kelompok kecil, tetapi tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok disampaikan dalam diskusi biasa.

7) Waktu antara tes awal dan tes akhir tiga minggu. Waktu yang tersedia ini digunakan untuk melihat penampilan para siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dengan yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

8) Memberikan tes akhir kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tanggal 26 februari 2013. Pelaksanaan sama seperti pada waktu tes awal.


(27)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan penelitian, maka dibutuhkan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data penelitian dilaksanakan dalam empat tahap yaitu (1) pemberian tes awal; (2) pelaksanaan pembelajaran keterampilan mambaca dan keterampilan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray; (3) pemberian tes akhir; (4) penyebaran angket kepada siswa.

Pertama, memberi tes awal terhadap subjek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa. Tes ini diberikan kepada siswa yang menjadi objek penelitian.

Kedua, pengukuran kemampuan awal siswa tentang tes membaca novel serta menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda, dan tanggapan siswa terhadap novel yang dibaca dalam bentuk tes berbicara. Hasil pengukuran digunakan sebagai tes kemampuan awal siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon dalam membaca dan berbicara sebelum perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray. Kemampuan awal siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon ini akan dibandingkan dengan hasil pengukuran tes akhir setelah proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

Ketiga, melaksanakan proses belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

Keempat, memberikan tes akhir setelah proses belajar mengajar dilakukan (postes).

Kelima, menyebarkan angket tentang kualitas proses belajar mengajar kepada siswa.


(28)

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri atas skala penilaian dalam membaca, penilaian dalam berbicara dan observasi. Skala penilaian berisi kriteria-kriteria untuk menentukan tinggi rendahnya skor yang dicapai para siswa dalam pembelajaran membaca dan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray. Penilaian membaca ditentukan dengan menjawab pertanyaan yang diberikan antara tes awal dan tes akhir dengan berpatokkan pada pendapat Nurgiyantoro, sedangkan penilaian dalam berbicara meliputi aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Dalam penyekoran kemampuan membaca dilakukan dengan melihat selisih antara tes awal dan tes akhir. Penyekoran kemampuan berbicara digunakan kategori tinggi, sedang, rendah. Penentuan skor merupakan modifikasi dari kriteria yang dikemukakan oleh Sabarti Akhadiah (1988: 30).

Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka instrumen penelitian yang digunakan sebagai berikut.

1) Tes

Tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa (pretest) dan kemampuan akhir siswa (posttest) dalam keterampilan membaca dan keterampilan berbicara setelah proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran membaca dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda secara tertulis kemudian siswa menjawab sesuai novel yang diberikan kepada siswa. Adegan untuk pembelajaran berbicara dilakukan bentuk tes secara lisan. Pengukuran ini dilakukan kepada para siswa. Aspek-aspek yang diukur dalam tes keterampilan berbicara meliputi faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.

Kriteria penilaian kemampuan berbicara adalah sebagai berikut. a) Faktor Kebahasaan

a. Ketepatan pemilihan kata

18-20 (tinggi). Apabila kata-kata yang digunakan tepat, semua kata mendukung gagasan yang dikemukakan, unsur kedaerahan sama sekali tidak tampak.


(29)

12-17 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kata daerah, kata asing, dan kata yang tidak tepat pemakaiannya sehingga agak mengganggu dalam menyampaikan informasi.

6-11 (rendah). Apabila terdapat banyak kata daerah atau kata asing yang digunakan dan ada beberapa kata yang tidak tepat penggunaannya sehingga sangat mengganggu gagasan yang disampaikan.

b. Struktur/ Pemakaian Kalimat

18-20 (tinggi). Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam susunan kata, frasa, atau kalimat sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik.

12-17 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kesalahan stuktur, baik kata, frasa, maupun kalimat sehingga apa yang disampaikan kurang diterima.

9-11 (rendah). Apabila terdapat sejumlah empat kesalahan atau lebih, baik kesalahan kata, frasa, maupun kalimat sehingga pesan tidak dapat diterima. c. Kelancaran Melafalkan

9-10 (tinggi). Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam melafalkan bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak ada pengaruh bahasa daerah maupun bahasa asing.

6-8 (sedang). Apabila terdapat satu sampai tiga kesalahan dalam melafalkan bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak ada pengaruh bahasa daerah maupun bahasa asing.

3-5 (rendah). Apabila terdapat empat kesalahan atau lebih dalam melafalkan bunyi atau gagasan dari apa yang disampaikan pembicara dan tidak dipengaruhi bahasa daerah, bahasa asing, maupun oleh faktor lain.

d. Kualitas Intonasi atau Nada

9-10 (tinggi). Apabila terdapat pembicara dengan intonasi yang bervariasi, tidak monoton, atau penerapan intonasinya tepat sehingga pendengar sedemikian rupa tertarik dengan gaya bicaranya.


(30)

6-8 (sedang). Apabila penerapan intonasi bervariasi, tetapi nada suaranya monoton sehingga gaya bicaranya agak membosankan pendengar.

3-5 (rendah). Apabila intonasinya monoton atau nada suara yang disampaikan monoton sehingga membosankan pendengar.

b) Faktor Nonkebahasaan

a. Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku

9-10 (tinggi). Apabila pembicara bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku.

6-8 (sedang). Apabila salah satu dari tiga sikap tersebut (sikap wajar, tenang, dan tidak kaku) dilakukan pembicara, sehingga berbicaranya kurang lancar. 3-5 (rendah). Apabila dua atau tiga sikap tersebut sama sekali tidak tampak (sikap wajar, tenang dan tidak kaku) dilakukan oleh pembicara, sehingga berbicaranya tidak lancar.

b. Penguasaan Medan

4-5 (tinggi). Apabila pandangan pembicara menyebar ke seluruh penjuru ruangan dan mampu menguasai situasi sehingga pembicaraan dapat berjalan lancar dan dapat menguasai situasi.

2-3 (sedang). Apabila pandangan pembicara menyebar ke seluruh penjuru ruangan, tetapi kurang menguasai situasi sehingga pembicaraan agak kurang lancar.

0-1 (rendah). Apabila pandangan pembicara tertuju pada satu arah saja dan kurang mampu menguasai situasi pembicaraan sehingga pembicaraan tidak lancar.

c. Penguasaan materi (pemahaman)

18-20 (tinggi). Apabila pembicara sungguh-sungguh memiliki penguasaan materi yang baik dalam berbicara sehingga menunjang terjadinya komunikasi yang baik dan tidak tersendat-sendat.

12-17 (sedang). Apabila pembicara agak kurang memiliki penguasaan materi yang baik dalam berbicara sehingga kurang menunjang terjadinya komunikasi yang baik dan beberapa kali tersendat.


(31)

6-11 (rendah). Apabila pembicara tidak memiliki penguasaan materi yang baik dalam berbicara dan pembicara dapat terhenti beberapa saat tanpa arti apa-apa sehingga sama sekali tidak terjadi komunikasi yang baik.

d. Gerak-Gerik serta Mimik

4-5 (tinggi). Apabila terdapat gerak-gerik anggota badan yang berfungsi mendukung pembicara sehingga pembicara memiliki mimik yang tepat untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan pembicara.

2-3 (sedang). Apabila terdapat gerak-gerik anggota badan dan perubahan roman muka, tetapi apa yang disampaikan kurang mendukung pembicaraan.

0-1 (rendah). Apabila sama sekali tidak ada gerak-gerik anggota badan dan tidak ada perubahan ekspresi wajah pembicara, sehingga tidak mendukung. (Akhadiah, 1988: 33)

2) Observasi

Observasi ini digunakan untuk memperolah data atau informasi mengenai kegiatan dan pendapat siswa dan guru selama pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

3) Angket

Angket merupakan suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban. Ada pun angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala pengukuran berbentuk daftar cek skala Likert dan skala Guttman yang bertujuan untuk mengukur variabel-variabel penelitian. Adapun skala Likert memiliki pilihan dari sangat positif sampai sangat negatif, diantaranya: SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Untuk skala Guttman berupa dua pilihan jawaban (ya dan tidak). Pertanyataan yang digunakan berupa pernyataan positif dan negatif. Dapat digambarkan bahwa angket yang digunakan ini akan disebarkan pada siswa setelah pembelajaran selesai.


(32)

3.5 Teknik Pengolahan Data

Setelah data penelitian diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengolah dan data tersebut sesuai dengan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Pada pemberlakuan model, data yang diperoleh merupakan hasil dari evaluasi proses dan hasil evaluasi terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray yang dikembangkan.

Selanjutnya adalah membahas data hasil tes kemampuan membaca dan berbicara, baik data hasil tes pemberlakuan kesatu maupun kedua dengan menggunakan skala penilaian kesalahan berbahasa siswa. Sugiyono (2013: 132) mengatakan untuk menguji hipotesis penelitian, maka diadakan uji perbedaan rata-rata pemberlakuan kesatu dan kedua dengan menggunakan penilaian kemampuan membaca dan berbicara seluruh responden yang terlibat yang hasilnya diolah secara statistik. Data pembelajaran berbicara dalam mengungkapkan pendapat dianalisis dengan melihat perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dengan yang tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray menggunakan rumus uji t, karena melihat perbedaan dua rata-rata dengan sampel kecil. Langkah-langkahnya sebagai berikut.

a) Perhitungan rata-rata (mean) dalam simpangan baku (standar deviasi) skor tes prestasi belajar pada tes awal dan tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol. b) Pengujian hipotesis perbedaan rata-rata tes prestasi belajar siswa kelas eksperimen

dengan kelas kontrol menggunakan Uji t. Rumus Uji t yang digunakan adalah Uji t untuk sampel berkorelasi (correlated sample), yaitu:

t

=

̅

∑ ∑


(33)

Keterangan :

t = koefisien t

̅ = rata-rata selisih tes awal dan tes akhir D = selisih antara tes awal dengan tes akhir N = jumlah subjek

dk = n – 1

c) Menentukan dasar taraf signifikan ( α ) yaitu 5 % atau ),05;

d) Memeriksa t dari tabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk = n – 1; e) Menentukan beda rata-rata, apakah t hitung signifikan atau tidak;

f) Menguji hipotesis dua rata-rata tes akhir masing-masing dikelas eksperimen dengan kelas kontrol, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

t =

̅̅̅̅

̅̅̅̅

√(

(∑ )

)

Keterangan : t = koefisien t

̅1 = Rata-rata nilai pemberlakuan kesatu

̅2 = Rata-rata nilai pemberlakuan kedua X1 = Selisih nilai dikurangi rata-rata kesatu X2 = Selisih nilai dikurangi rata-rata kedua n1 = Jumlah objek pemberlakuan kesatu n2 = Jumlah objek pemberlakuan kedua N = Jumlah subjek


(34)

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon tahun ajaran 2012-2013 yang terdiri dari 3 kelas yaitu kelas VIII-1, kelas VIII-2, dan kelas VIII-3 berjumlah 85 siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat

Arikunto (2010:173), populasi adalah, “keseluruhan subjek penelitian”. Apabila

sesorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Lebih lanjut Surakhmad (1998: 93)

mengemukakan bahwa, “Populasi adalah sasaran yang ingin dicapai atau diselidiki,

baik berupa manusia, gejala-gejala, nilai tes, peristiwa dan sebagainya”.

Sugiyono (2012: 61) mengatakan “Bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Mengingat waktu dan kemampuan peneliti untuk melaksanakan penelitian ini sangat terbatas, tidak mungkin semua populasi dapat diteliti. Oleh karena itu, untuk

memperoleh data yang dapat mewakili semua populasi digunakan sampel. “Mengenai

besarnya sampel tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti. Sebab keabsahan sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya mendekati populasi atau tidak, bukan pada besar atau banyaknya. Adapun sebagian yang diambil dari populasi

disebut sampel” (Sudjana, 2005: 7).

Adapun penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling yaitu menentukan kelas untuk dijadikan sampel penelitian di mana pemilihan kelasnya dilakukan dengan cara undian (Taniredja, 2011:35). Adapun kelas yang digunakan dari hasil random kelas yaitu kelas VIII-1 dan VIII-2 yang terpilih untuk dijadikan sampel penelitian. Kelas VIII-1 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dan kelas VIII-2 menggunakan model pembelajaran konvensional.


(35)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian dan saran yang dikemukakan berdasarkan temuan di lapangan selama penelitian dilakukan berkenaan dengan pengaruh model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon. Penarikan kesimpuan dilakukan sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis.

5.1 Simpulan

Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara merupakan model yang diuji cobakan dalam penelitian ini. Dengan model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray siswa diarahkan pada kemampuan membaca yang efektif agar mereka bisa menguasai bahan bacaan yang dibaca dan dapat memiliki kemampuan berbicara yang bisa terstruktur dengan baik dalam mengungkapkan pendapat yang dikemukakan. Untuk itu tujuan yang ingin dicapai pada pembelajaran membaca dan berbicara ini diharapkan agar siswa memperoleh pengetahuan dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

Temuan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti dapat berpengaruh dalam kemampuan membaca siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012-2013.

Dari hasil kegiatan membaca sebelum dan sesudah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray diberlakukan terhadap pembelajaran berbicara terdapat peningkatan, di mana pada tes awal diperoleh nilai 67,96 skor ini dapat dikategorikan dalam nilai rata-rata cukup. Pada tes akhir rata-rata nilai tes


(36)

kemampuan memahami bacaan yang diperoleh siswa adalah 88,33 terdapat kenaikan sebesar 20,37 %, ada peningkatan dengan kategorisasi baik. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray berdasarkan persentase peningkatan terhadap kemampuan membaca memperoleh nilai rata-rata 0,64%. 2) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti dapat

berpengaruh dalam kemampuan berbicara. Dari hasil kegiatan berbicara sebelum dan sesudah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terdapat peningkatan. Pada tes awal diperoleh nilai rata-rata 68,15 dan tes akhir memperoleh nilai rata-rata 83,93. Dari perhitungan tersebut, terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil pembelajaran berbicara pada tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen. t tabel dengan taraf signifikan 0,05 untuk N = 27 yaitu 4,21. Seperti perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa t hitung yaitu 10,69 dan t tabel 4,21. Jadi dengan kaidah keputusan t hitung > t tabel atau 10,69 > 4,21.

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray berdasarkan persentase peningkatan terhadap kemampuan berbicara memperoleh nilai rata-rata 0,50%.

Pada kelas kontrol juga terdapat peningkatan. Pada tes awal diperoleh nilai rata-rata 65,04 dan tes akhir diperoleh nilai rata-rata-rata-rata 78,36. Dari perhitungan di atas, terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil pembelajaran berbicara pada tes awal dan tes akhir pada kelas kontrol. t tabel dengan taraf signifikan 0,05 untuk N = 28 yaitu 4,20. Seperti perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa t hitung yaitu 6,23 dan t tabel 4,20 . Jadi dengan kaidah keputusan t hitung > t tabel atau 6,23 > 4,20.

3) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti mampu meningkatkan pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara siswa yang dinilai dari segi menjawab pertanyaan tentang bacaan novel yang dibaca serta faktor kebahasaan dan nonkebahasaan siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di Bab IV. Sesudah dilakukan pemberlakuan kedua, nilai siswa jauh lebih baik. Baik dari segi menjawab pertanyaan tentang novel yang dibaca maupun faktor kebahasaan dan nonkebahasaan semua mengalami peningkatan.


(37)

4) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sangat efektif dilakukan karena semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, hal ini disebabkan karena pembelajaran membaca novel yang dikuasai oleh siswa sehingga dalam proses pembelajaran berbicara bisa dilaksanakan dengan baik sehingga mengalami peningkatan.

5) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti memiliki kualitas pembelajaran yang lebih tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan guru, siswa, serta sangat mudah dipraktikkan di kelas.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka maka dalam penelitian ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai upaya meningkatkan kemampuan membaca agar siswa mampu berbicara dengan baik dalam mengungkapkan pendapat, sebagai berikut:

1. Model pembelajaran koooperatif tipe Two Stay-Two Stray layak dipertimbangkan sebagai model pembelajaran alternatif karena dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara.

2. Agar siswa dapat berbicara dengan baik, hendaknya siswa dibekali dengan kemampuan membaca yang optimal sehingga dalam mengemukakan pendapat siswa mampu berbicara dengan baik sesuai dengan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan yang menjadi kriteria dalam penilaian berbicara, dengan banyak membaca akan menambah kosakata siswa, karena itu perlu dukungan dari guru, sekolah, ditambah dengan fasilitas perpustakaan sekolah yang lebih lengkap, dalam hal ini terkait dengan buku-buku yang menjadi sumber bacaan.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sangat cocok digunakan dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia terutama pada pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara. Guru yang akan memerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ini sebaiknya memilih bahan


(38)

materi lain yang dapat menarik minat siswa untuk membaca dan mampu berbicara dengan baik, sehingga menekankan keaktifan siswa dapat membentuk pengetahuan dan pemerolehan pengalaman sehingga kegiatan pembelajaran lebih optimal.

4. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menjawab beberapa persoalan yang belum terungkap dalam hasil penelitian ini. Melalui penelitian lanjutan, maka gambaran fakta empiris mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray akan semakin mendalam. Penelitian lanjutan yaitu mengenai strategi mengatasi kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara.


(39)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. (1988). Evaluasi dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G).

Anderson, J. et. al. (1981). Efficient Reading, a Practical Guide. Sydney: McGraw Hill Book Company.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsjad, M. G. dan Mukti U. S. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Badudu, J. S. (1991). Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar I dan II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Badudu, J. S. (1993). Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar I dan II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Baradja, M. F. (1990). Kapita Selekta Pengajaran Bahasa. Malang: IKIP Malang.

Bond, G. C., et al. (1979). Reading Diffculties. Englewood Chiffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.

Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Dupuis, M. M. (1982). Content Area Reading. Englewood Chiffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.

Furqon dan Emilia E. (2010). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Beberapa Isu Kritis). Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


(40)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Goodman, K. (1988). The Reading Process, Interactive Approaches to Second Language Reading. Leichester: Cambridge University Press.

Harjasujana, A. S., & Misdan, U. (1988). Proses Belajar Mengajar Membaca. Bandung: Yayasan BFH.

Harjasujana, A. S., dkk. (1998). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.

Harris, T. L. & Hodges, E. R. (1981). A Dictionary of Reading and Related Terms. Wasington: Internasional Reading Association.

Iskandarwassid & Sunendar, D. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI dan PT Rosda Karya.

Johnson dan Jhonson. (2003). Cooperative Learning. [on line]. Tersedia: http//edtech. Kennesaw. Edu/ intech/ cooperative learning. Htm [18 November 2012]. Lie, A. (2002). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2009). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nurgiyantoro, B. (1987). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nurhadi. (2008). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?. Bandung: CV. Sinar Baru.

Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.


(41)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Shihabuddin, dkk. (2007). Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Smith, F. (1986). Understanding Reading. Englewood Cliffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.

Smith, N. B. & Robinson, A. (1980). Reading Instructions for Today’s Children. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugono, D. (2003). Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1 dan 2. Jakarta: Pusat Bahasa.

Suharsimi A. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi A. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Technik. Bandung: Tarsito.

Syamsuddin A. R., dan Damaianti V. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: UPI dan PT Rosda Karya.


(42)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Tarigan, H. G. (2008). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Warsono, & Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

. http://furahasekai.wordpress.com/2011/09/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-two- stay-two-stray/ [18 November 2012].

. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran kooperatif-tipe-two.html [18 November 2012].

. http://wvw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-two-stay-two-stray-spencer-kagan1992/ [18 November 2012].

. http://yusiriza.wordpress.com/2011/07/20/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two-stay-two-stray-tsts/ [18 November 2012].


(1)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sangat efektif dilakukan karena semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, hal ini disebabkan karena pembelajaran membaca novel yang dikuasai oleh siswa sehingga dalam proses pembelajaran berbicara bisa dilaksanakan dengan baik sehingga mengalami peningkatan.

5) Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terbukti memiliki kualitas pembelajaran yang lebih tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan guru, siswa, serta sangat mudah dipraktikkan di kelas.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka maka dalam penelitian ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai upaya meningkatkan kemampuan membaca agar siswa mampu berbicara dengan baik dalam mengungkapkan pendapat, sebagai berikut:

1. Model pembelajaran koooperatif tipe Two Stay-Two Stray layak dipertimbangkan sebagai model pembelajaran alternatif karena dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara.

2. Agar siswa dapat berbicara dengan baik, hendaknya siswa dibekali dengan kemampuan membaca yang optimal sehingga dalam mengemukakan pendapat siswa mampu berbicara dengan baik sesuai dengan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan yang menjadi kriteria dalam penilaian berbicara, dengan banyak membaca akan menambah kosakata siswa, karena itu perlu dukungan dari guru, sekolah, ditambah dengan fasilitas perpustakaan sekolah yang lebih lengkap, dalam hal ini terkait dengan buku-buku yang menjadi sumber bacaan.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray sangat cocok digunakan dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia terutama pada pembelajaran membaca dan pembelajaran berbicara. Guru yang akan memerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ini sebaiknya memilih bahan


(2)

materi lain yang dapat menarik minat siswa untuk membaca dan mampu berbicara dengan baik, sehingga menekankan keaktifan siswa dapat membentuk pengetahuan dan pemerolehan pengalaman sehingga kegiatan pembelajaran lebih optimal.

4. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menjawab beberapa persoalan yang belum terungkap dalam hasil penelitian ini. Melalui penelitian lanjutan, maka gambaran fakta empiris mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray akan semakin mendalam. Penelitian lanjutan yaitu mengenai strategi mengatasi kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray terhadap kemampuan membaca dan kemampuan berbicara.


(3)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. (1988). Evaluasi dalam Pengajaran Bahasa. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G).

Anderson, J. et. al. (1981). Efficient Reading, a Practical Guide. Sydney: McGraw Hill Book Company.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik) Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsjad, M. G. dan Mukti U. S. (1988). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Badudu, J. S. (1991). Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar I dan II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Badudu, J. S. (1993). Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar I dan II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Baradja, M. F. (1990). Kapita Selekta Pengajaran Bahasa. Malang: IKIP Malang.

Bond, G. C., et al. (1979). Reading Diffculties. Englewood Chiffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.

Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Dupuis, M. M. (1982). Content Area Reading. Englewood Chiffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.

Furqon dan Emilia E. (2010). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Beberapa Isu Kritis). Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.


(4)

Goodman, K. (1988). The Reading Process, Interactive Approaches to Second Language Reading. Leichester: Cambridge University Press.

Harjasujana, A. S., & Misdan, U. (1988). Proses Belajar Mengajar Membaca. Bandung: Yayasan BFH.

Harjasujana, A. S., dkk. (1998). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.

Harris, T. L. & Hodges, E. R. (1981). A Dictionary of Reading and Related Terms. Wasington: Internasional Reading Association.

Iskandarwassid & Sunendar, D. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI dan PT Rosda Karya.

Johnson dan Jhonson. (2003). Cooperative Learning. [on line]. Tersedia: http//edtech. Kennesaw. Edu/ intech/ cooperative learning. Htm [18 November 2012].

Lie, A. (2002). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (2009). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nurgiyantoro, B. (1987). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nurhadi. (2008). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?. Bandung: CV. Sinar Baru.

Rahim, F. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non- Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.


(5)

Jolanda Dessye Parinussa, 2013

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray Terhadap Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berbicara

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Shihabuddin, dkk. (2007). Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Smith, F. (1986). Understanding Reading. Englewood Cliffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.

Smith, N. B. & Robinson, A. (1980). Reading Instructions for Today’s Children. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugono, D. (2003). Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1 dan 2. Jakarta: Pusat Bahasa.

Suharsimi A. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi A. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Technik. Bandung: Tarsito.

Syamsuddin A. R., dan Damaianti V. S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: UPI dan PT Rosda Karya.


(6)

Tarigan, H. G. (2008). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Warsono, & Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

. http://furahasekai.wordpress.com/2011/09/07/pembelajaran-kooperatif-tipe-two- stay-two-stray/ [18 November 2012].

. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran kooperatif-tipe-two.html [18 November 2012].

. http://wvw1d.wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-two-stay-two-stray-spencer-kagan1992/ [18 November 2012].

. http://yusiriza.wordpress.com/2011/07/20/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two-stay-two-stray-tsts/ [18 November 2012].


Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa

1 4 202

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEI BINGAI TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 19

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB : Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas VIII MTs Nahdhatul Ulama Tasikmalaya.

0 2 44

Pengaruh Model Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

1 0 9