Jalan Berlubang Jalan Licin

c. Jalan Berlubang

Berdasarkan hasil uji statistik, kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor yang disebabkan oleh jalan berlubang adalah sebanyak 23 kejadian 2,7 dari total kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Nilai ini merupakan nilai terbesar ketiga dari faktor lingkungan fisik penyebab kecelakaan lalu lintas setelah jalan dengan tikungan tajam. Dilihat dari observasi data sekunder, kecelakaan akibat jalan berlubang seringkali disebabkan pengendara sepeda motor berusaha menghindari lubang tersebut. Sedangkan defenisi jalan berlubang berbeda dengan jalan rusak, yaitu kondisi dimana permukaan jalan tidak rata akibat adanya cekungan ke dalam yang memiliki kedalaman dan diameter yang tidak berpola, ini disebabkan sistem pelapisan yang kurang sempurna. Berdasarkan analisis hubungan antara jalan berlubang dan akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan 30,4 dari kecelakaan yang disebabkan oleh jalan berlubang menyebabkan meninggal dunia. Jika dianalisis lebih lanjut, hubungan antara jalan berlubang dan akibat kecelakaan lalu lintas secara statistik terlihat tidak cukup bermakna. Berdasarkan nilai OR juga didapatkan bahwa jalan berlubang tidak berisiko menyebabkan meninggal dunia atau lukacedera pada kejadian lalu lintas. Artinya, jalan berlubang merupakan faktor yang berisiko menyebabkan kecelakaan lalu lintas, namun hanya secara kebetulan menyebabkan kejadian meninggal dunia Universitas Sumatera Utara atau lukacedera. Kejadian meninggal dunia atau lukacedera bisa jadi dipengaruhi faktor lain di luar faktor jalan berlubang.

d. Jalan Licin

Berdasarkan hasil uji statistik, kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor yang disebabkan oleh jalan licin adalah sebanyak 2 kejadian 0,2 dari total kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Dari 2 kejadian tersebut diketahui bahwa jalan licin disebabkan karena cuaca hujan. Berdasarkan penelitian sejenis oleh Kartika 2008, disebutkan pada umumnya jalan yang basah atau licin disebabkan karena air hujan, namun ada juga yang disebabkan faktor lain seperti tumpahan oli kendaraan. Kecelakaan yang disebabkan jalan yang licin sebenarnya tidak berdiri sendiri, hal ini berhubungan dengan faktor penyebab lainnya. Contohnya, interaksi antara faktor pengendara dan faktor kendaraan serta faktor lingkungan fisik lainnya. Jika dilakukan analisis hubungan antara jalan licin dan akibat kecelakaan lalu lintas secara statistik terlihat tidak cukup bermakna. Berdasarkan nilai OR ditemukan bahwa jalan licin berisiko 3,879 kali menyebabkan meninggal dunia atau lukacedera pada kejadian lalu lintas dibandingkan faktor lainnya. Hal ini berarti jalan licin merupakan faktor berisiko menyebabkan kecelakaan dan kejadian meninggal dunia atau lukacedera, namun secara statistik hubungan antara keduanya belum dapat dibuktikan. Hal ini dimungkinkan karena jumlah sampel kejadian meninggal dunia atau lukacedera pada kecelakaan lalu lintas akibat jalan licin terlalu sedikit. Universitas Sumatera Utara

e. Tanpa MarkaRambu