Sedangkan Kesulitan mendapatkan keterangan dari korban dan saksi kebakaran bervariasi. Korban biasanya trauma dan tidak ingin mengingat kebakaran yang
sudah terjadi. Sedangkan saksi –saksi kebakaran tidak mau memberikan
keterangan karena takut terkena masalah. Kendala ini dapat diatasi dengan teknik wawancara tersembunyi, yaitu mewawancarai responden dengan obrolan tidak
langsung agar responden merasa nyaman dan memberikan informasi tanpa disadari.
4.5. Analisa Data
4.5.1. Input Data
Masukan data lokasi kebakaran berupa data spasial lokasi titik kebakaran dan data atribut keterangan kebakaran. masukan ini dibentuk menjadi peta dijital
format shapefile dengan langkah-langkah berikut : 1.
Buat shapefile dengan ArcCatalog yaitu mengklik kanan pada folder penyimpanan data lalu klik shapefile.
Gambar 4.1. Proses Pembuatan Shapefile
2. Isi dialog box yang muncul, ganti nama shapefile menjadi lokasi_kebakaran,
tentukan jenis shapefile yaitu point titik, dan atur proyeksi petanya menggunakan WGS 1984 UTM Zone 49S. Setelah selesai maka pada folder
penyimpanan data akan muncul sebuah
shapefile
yang siap digunakan.
Gambar 4.2. Jendela Pengisian Referensi Geografis Peta
3. Tahap selanjutnya adalah membuka ArcMap dan tambahkan shapefile
lokasi_kebakaran dengan tool add data
Gambar 4.3. Penambahan Shapefile ke ArcMap
4. Tambahkan data lokasi titik dengan tool Add XY Data.
Gambar 4.4. Penambahan Data Spasial
5. Menambahkan keterangan atau data atribut pada data dilakukan dengan
tool add field
, untuk menambahkan kolom atribut dan isi kolom atribut dengan keterangan hasil wawancara yang sudah disederhanakan. Dengan cara yang
sama buat shapefile titik_bantu.shp untuk membantu analisis kernel.
Gambar 4.5. Masukan Data Lokasi_Kebakaran Di Kota Surakarta
4.5.2. Editing Peta
Editing peta dilakukan untuk mempersiapkan peta dasar yang ada agar bisa digunakan dalam proses analisis. Gambar berikut memperlihatkan Editor Toolbar
dar software ArcGIS 9.2 beserta keterangan mengenai fungsi masing-masing toolbar tersebut.
Gambar 4. 6.
Editor Toolbar
Dari ArcGIS 9.2
4.5.3. Klasifikasi Sebaran Kebakaran di Kota Surakarta
Sebaran kebakaran di kota Surakarta diklasifikasikan berdasarkan Perda DKI Jakarta no 8 tahun 2008. Berdasarkan klasifikasi ini akan didapatkan frekuensi
kebakaran di kota Surakarta. Klasifikasi kebakaran dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1. Buka ArcMap
↵
a new empty map.
Gambar 4.7. Membuka ArcMap
2. Masukkan shapefile lokasi_kebakaran dan data administrasi kota Surakarta
sebagai acuan 3.
Gunakan tool
select
dengan shapefile lokasi_kebakaran sebagai
input feature class
.
Tool
klik
Arctoolbox
–
analyst tool
–
extract
–
select. Tool
ini akan memisahkan shapefile menjadi beberapa bagian sesuai dengan kategori
klasifikasi kebakaran. 4.
Gunakan SQL untuk melakukan pemilihan sesuai atribut yang diinginkan. Isi query builder dengan ekspresi matematika untuk menentukan pemilihan
attribut berdasarkan klasifikasi yang sudah direncanakan. 5.
Setelah diklasifikasikan, lakukan perhitungan menggunakan
tool frequency
dengan cara klik
Arctoolbox
–
Analyst tools
–
Statistics
–
frequency
untuk menghitung frekuensi kebakaran tiap kategori kebakaran yang terjadi.
Gunakan lokasi_kebakaran.shp sebagai masukan data. 6.
Atur tampilan klasifikasi , klik kanan pada data klasifikasi ↵
properties
↵
symbology
↵
categories
↵
unique values.
Kemudian pilih simbol yang diinginkan
↵ OK.
Gambar 4. 8. Pengaturan
Properties
Klasifikasi Kebakaran 7.
Setelah selesai, simpan pekerjaan pada folder yang diinginkan. Peneliti menyimpan file pekerjaa
n ini dengan nama “peta sebaran kota Surakarta.mxd”.
4.5.4. Pembuatan Peta Rawan Kebakaran