utama dalam pergerakan asap. Kebakaran bekerja seperti pompa yang menyedot oksigen dari bagian bawah dan karena pemanasan yang terjadi di udara, maka
terjadi pengurangan kerapatan udara dan menghasilkan gas sebagai hasil dari pembakaran di atas api. Hasil dari kebakaran ini memiliki
initial momentum
yang bekerja untuk membuat aliran udara di atas api dan kemudian mennggalkan
struktur kebakaran yang terjadi.
Parameter-parameter yang berkaitan dengan kekuatantingkat kebakaran adalah tinggi api, tingkat penyebaran api, pemicu kebakaran, lama waktu pengaktifan
detektor kebakaran, dan tingkat penghamburan asap.
Kenyataannya, mencegah kebakaran dari penyebab awal munculnya api adalah sebuah tujuan proteksi yang penting. Walaupun pencegahan kebakaran tidak akan
pernah terjamin seratus persen, kemungkinan untuk mencegah kebakaran meningkat dengan memastikan bahwa:
1. Desain dan konstruksi sesuai dengan peraturan pendirian bangunan
2. Pengerjaan bangunan mengikuti regulasi tentang proteksi kebakaran.
b. Pemeriksaan kejadian kebakaran
Pemeriksaan kejadian kebakaran dapat dikatakan aman dan berhasil jika dilakukan dengan tata cara tahapan yang beralasan dan sistematis mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan. Indikator keberhasilan dari pemeriksaan kejadian kebakaran adalah:
1. Menentukan lokasi titik mula api.
2. Menentukan penyebab sumber pemicu kebakaran.
3. Menemukan, mendokumentasikan, dan melindungi bukti-bukti yang
menunjukkan penyebab kebakaran atau keterkaitan dengan tindakan kriminal.
Tahap investigasi kejadian kebakaran yaitu: 1.
Wawancara saksi mata 2.
Pemeriksaan fisik bangunan 3.
Analisis forensik atau analisis keteknikan.
Pemahaman mendasar akan sifat fisis dari fenomena kebakaran akan membantu penyelidik kebakaran untuk menginterpretasikan prosesmekanisme kebakaran.
Ini penting mengingat kebakaran termasuk fenomena yang singkat. Kebakaran dapat berkembang, menyusut, dan bergerak. Selain itu, mekanisme kebakaran
merupakan rekaman dari setiap fenomena dari kebakaran tersebut. Petunjuk dan indikator yang tertinggal setelah kebakaran secara langsung menunjukkan berapa
lama kebakaran terjadi.
c. Klasifikasi kebakaran
Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 8 tahun 2008 tentang pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran mengklasifikasikan kebakaran berdasarkan
jenis saranaprasarana yang terbakar dan tingkat potensi bahaya kebakaran.
Berdasarkan potensi bahayanya, kebakaran diklasifikasikan menjadi: 1.
Bahaya kebakaran ringan adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai dan kemudahan terbakar rendah, apabila kebakaran melepaskan panas
rendah, sehingga penjalaran api lambat. 2.
Bahaya kebakaran sedang 1 adalah ancaman bahaya Bangunan yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang ; penimbunan bahan yang
mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 dua koma lima meter dan apabila terjadi, kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api
sedang. 3.
Bahaya kebakaran sedang 2 adalah ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai jemlah dan kemudahan terbakar sedang; penimbunan bahan yang
mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 empat meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga penjalaran api sedang.
4. Bahaya kebakaran sedang 3 adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar agak tinggi, menimbulkan panas agak tinggi serta penjalaran api agak cepat apabila terjadi kebakaran.
5. Bahaya kebakaran berat 1 adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan kebakaran terbakar tinggi, menimbulkan panas tinggi dan serta penjalaran api cepat apabila terjadi kebakaran.
6. Bahaya kebakaran berat 2 adalah ancaman bahaya kebakaran yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sangat tinggi, menimbulkan panas yang sangat tinggi serta penjalaran api sangat cepat apabila terjadi
kebakaran. Sedangkan berdasarkan jenis saranaprasarananya, kebakaran diklasifikasikan
menjadi: 1.
Bangunan gedung adalah wujud hasil fisik pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
danatau di dalam tanah danatau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. 2.
Bangunan perumahan adalah bangunan gedung yang peruntukannya sebagai tempat tinggal orang dalam lingkungan permukiman baik yang tertata maupun
yang tidak tertata. 3.
Kendaraan bermotor umum adalah moda angkutan penumpang yang diperuntukan untuk melayani masyarakat umum.
4. Kendaraan bermotor khusus adalah moda angkutan yang khusus diperuntukan
untuk mengangkut bahan berbahaya.
Peneliti menganggap klasifikasi jenis saranaprasarana ini kurang mewakili untuk klasifikasi kebakaran di kota Surakarta. Maka peneliti membuat 2 tambahan
kriteria untuk membantu penelitian ini. Berdasar pada peraturan diatas, 2 kriteria tersebut adalah:
1. Bangunan non gedung : bangunan yang tidak dapat dikriteriakan sebagai
bangunan gedung. 2.
Kendaraan bermotor pribadi : moda angkutan penumpang selain kendaraan bermotor umum atau kendaraan bermotor khusus.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria klasifikasi kebakaran adalah sebagai berikut:
1. Bangunan perumahan di lingkungan permukiman yang tertata seperti: real
estate dan kompleks perumahan, mempunyai potensi bahaya kebakaran ringan.
2. Bangunan perumahan di lingkungan yang tidak tertata seperti perkampungan
padat hunian yang tidak ada akses mobil pemadam kebakaran mempunyai potensi kebakaran sedang 3.
3. Kendaraan umum seperti bis mempunyai potensi kebakaran sedang 1.
4. Kendaraan khusus yaitu kendaraan pengangkut bahan berbahaya mempunyai
potensi kebakaran berat 2. 5.
Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran sedang 1 antara lain: tempat penjualan dan penampungan susu, restoran, pabrik gelas
kaca, pabrik asbestos, pabrik balok beton, pabrik es, pabrik kaca cermin, pabrik garam, restoran kafe, penyepuhan, pabrik pengalengan ikan, daging,
buah-buahan, dan tempat pembuatan perhiasan. 6.
Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran sedang 2 antara lain: penggilingan produk biji-bijian, pabrik rotikue, pabrik minuman,
pabrik permen, pabik destilasi penyulingan, minyak atsiri, pabrik makanan
ternak, pabrik pengolahan bahan kulit, pabrik mesin, pabrik baterai, pabrik bir, panrik susu kental manis, konveksi, pabrik bohlam dan neon, pabrik
filmfotografi, pabrik kertas ampelas, laundry dan dry cleaning, penggilingan dan pemanggangan kopi, tempat parkir mobil dan motor, bengkel mobil,
pabrik mobil dan motor, pabrik the, took biranggur dan spiritus, perdagangan retail, pelabuhan, kantor pos, penerbitan dan percetakan, pabrik ban, pabrik
rokok, pabrik perakitan kayu, teater dan auditorium, tempat hiburandiskotik, karaoke, sauna, klab malam.
7. Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran sedang 3
antara lain: pabrik yang membuat barang dari karet, pabrik yang membuat barang dari plastik, pabrik karung, pabrik pesawat terbang, pabrik peleburan
metal, pabrik sabun, pabrik gula, pabrik lilin, pabrik pakaian, took dengan pramuniaga lebih dari 50 orang, pabrik tepung terigu, pabrik kertas, pabrik
semir sepatu , pabrik sepatu, pabrik karpet, pabrik minyak ikan, pabrik dan perakitan elektronik, pabrik kayu lapis dan papan partikel, tempat
penggergajian kayu. 8.
Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran berat 1 antara lain: bangunan bawah tanah basement, subway, hangar pesawat
terbang, pabrik korek api gas, pabrik pengelasan, pabrik foam plastik, pabrik foam karet, pabrik resin dan terpentin, kilang minyak, pabrik wool kayu,
tempat yang menggunakan fluida hidrolik yang mudah terbakar, pabrik pengecoran logam, pabrik yang menggunakan bahan baku dengan titik nyala
37,9 ⁰ C 100⁰ F, pabrik tekstil, pabrik benang, pabrik yang menggunakan
bahan pelapis dengan foam plastik. 9.
Bangunan gedung yang diklasifikasikan dalam bahaya kebakaran berat 2 antara lain: pabrik selulosa nitrat, pabrik yang menggunakan danatau
menyimpang bahan berbahaya.
2.2.2. Peta
a. Pengertian peta
Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada pada
suatu bidang datar dengan skala tertentu PP no 10, 2000.
b. Jenis peta
Berdasarkan PP no 10 tahun 2000, peta dibedakan menjadi tiga jenis yaitu peta dasar dan peta wilayah, dan peta tematik wilayah:
1. Peta dasar adalah peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan atau buatan
manusia, yang berada di permukaan bumi, digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala, penomoran, proyeksi dan georeferensi. Peta dasar
digunakan sebagai dasar bagi pembuatan peta wilayah. 2.
Peta wilayah adalah peta yang berdasarkan pada aspek administratif yang diturunkan dari peta dasar. Peta wilayah digunakan sebagai dasar bagi
pembuatan peta tematik wilayah dan peta rencana tata-ruang wilayah. 3.
Peta tematik wilayah adalah: peta wilayah yang menyajikan data dan informasi tematik. Peta tematik wilayah digambarkan berdasarkan pada
kriteria, klasifikasi dan spesifikasi unsur-unsur tematik yang ditetapkan oleh instansi yang mengadakan peta tematik wilayah.
c. Tingkat ketelitian peta rencana tata ruang wilayah