e. Harus  bersifat  ekonomis,  artinya  biaya  pengawasan  harus  lebih  kecil
dibandingkan dengan hasilnya, f.
Pelaksanaan pengawasan sesuai dengan struktur organisasi, g.
Harus  sesuai  dengan  arus  kerja  atau  sesuai  dengan  sistem  dan  prosedur  yang dilaksanakan dalam organisasi,
h. Harus luwes dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada,
i. Bersifat memerintah dan dapat dikerjakan oleh bawahan,
j. Sistem  pengawasan  harus  dapat  diterima  dan  dimengerti  oleh  semua  anggota
organisasi Ranupandojo, 2002.
2.4. Teori tentang Prestasi Kerja
2.4.1.   Pengertian Prestasi Kerja
Nawawi 2006 menyatakan bahwa, “prestasi  kerja adalah  pelaksanaan  suatu pekerjaan,  baik  bersifat  fisikmaterial  maupun  nonfisiknon  material  yang  dalam
melaksanakan tugasnya berdasarkan deskripsi pekerjaan perlu dinilai hasilnya setelah tenggang waktu tertentu.
Gomes 2003 menyatakan bahwa “prestasi kerja adalah catatan tentang hasil- hasil yang diperoleh dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode
waktu tertentu“. Prestasi kerja pegawai sangat penting, baik bagi pegawai itu sendiri maupun bagi perusahaan. Prestasi  kerja  yang tinggi akan  memberikan rewards  yang
lebih  baik  bagi  pegawai  baik  itu  mencakup  kenaikan  jabatan  atau  gaji  serta meningkatkan prestasi kerja pegawai.
Universitas Sumatera Utara
Rivai 2006 menyatakan, bahwa prestasi  kerja adalah hasil kerja  yang dapat dicapai  oleh  seseorang  atau  kelompok  orang  dalam  suatu  perusahaan  sesuai  dengan
wewenang  dan  tanggung  jawab  masing-masing  dalam  upaya  pencapaian  tujuan perusahaan  secara  legal,  tidak  melanggar  hukum  dan  tidak  bertentangan  dengan
moral atau etika. Menurut Mangkunegara 2009 bahwa “prestasi kerja adalah hasil kerja secara
kualitas  dan  kuantitas  yang  dicapai  oleh  seorang  karyawan  dalam  melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
2.4.2.   Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian  prestasi  kerja  adalah  proses  melalui  mana  organisasi-organisasi mengevaluasi  dan  menilai  prestasi  kerja  pegawai.  Apabila  penilaian-penilaian  kerja
tersebut  dilaksanakan  dengan  baik,  tertib  dan  benar  dapat  membantu  meningkatkan motivasi  kerja  sekaligus  juga  meningkatkan  loyalitas  organisasional  dari  para
pegawai.  Penilaian  prestasi  kerja  pegawai  pada  dasarnya  merupakan  penilaian  yang sistematik  terhadap  penampilan  kerja  pegawai  itu  sendiri  dan  terhadap  taraf  potensi
pegawai  dalam  upayanya  mengembangkan  diri  untuk  kepentingan  instansi.  Dengan pelaksanaan  penilaian  yang  ada  akan  menimbulkan  suasana  kerja  yang  sehat,
bersemangat, saling menghargai bidang-bidang lain. Menurut  Mangkuprawira  2002,  penilaian  prestasi  kerja  pegawai  memiliki
manfaat  ditinjau  dari  beragam  perspektif  pengembangan  organisasi,  khususnya manajemen sumber daya manusia sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Perbaikan Prestasi Kerja
Umpan  balik  prestasi  kerja  bermanfaat  bagi  pegawai,  manajer  dan  spesialis personal dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki prestasi kerja.
2. Penyesuaian kompensasi
Penilaian  prestasi  kerja  membantu  pengambilan  keputusan  menentukan  siapa yang  seharusnya  menerima  peningkatan  pembayaran  dalam  bentuk  upah  dan
bonus. 3.
Keputusan penempatan Promosi, transfer, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada prestasi kerja
masa lalu dan antisipatif lainnya misalnya dalam bentuk penghargaan. 4.
Kebutuhan pelatihan dan pengembangan Prestasi  kerja  mengindikasikan  sebuah  kebutuhan  dan  melakukan  pelatihan
kembali. Setiap pegawai hendaknya mampu mengembangkan diri. 5.
Perencanaan dan pengembangan karir Umpan  balik  prestasi  kerja  membantu  proses  pengambilan  keputusan  tentang
karir spesifik pegawai. 6.
Defisiensi proses penempatan staf Baik  buruknya  prestasi  kerja  berimplikasi  dalam  hal  kekuatan  dan  kelemahan
dalam prosedur penempatan staf di departemen SDM. 7.
Ketidakakuratan informasi Prestasi  kerja  buruk  dapat  mengindikasikan  kesalahan  dalam  informasi  analisis
pekerjaan,  rencana  SDM  atau  hal  lain  dari  sistem  manajemen  personal.  Hal
Universitas Sumatera Utara
demikian  akan  mengarah  pada  ketidaktepatan  dalam  keputusan  gaji  pegawai, pelatihan dan keputusan konseling.
8. Kesalahan rancang pekerjaan
Prestasi  kerja  buruk  mungkin  sebagai  suatu  gejala  dari  rancang  pekerjaan  yang keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosa kesalahan-kesalahan tersebut.
9. Kesempatan kerja sama
Penilaian  prestasi  kerja  yang  akurat  secara  aktual  menghitung  kaitannya  dengan prestasi  kerja  dapat  menjamin  bahwa  keputusan  penempatan  internal  bukanlah
sesuatu yang bersifat diskriminatif. 10.
Tantangan-tantangan eksternal Kadang-kadang  prestasi  kerja  dipengaruhi  oleh  faktor-faktor  lingkungan
pekerjaan,  seperti  keluarga,  financial,  kesehatan  atau  masalah-masalah  lainnya. Jika  masalah-masalah  tersebut  tidak  di  atasi  melalui  penilaian,  departemen
Sumber Daya Manusia mungkin mampu menyediakan bantuannya. 11.
Umpan balik pada SDM Prestasi  kerja  yang  baik  dan  buruk  diseluruh  organisasi  mengindikasikan
bagaimana baiknya fungsi departemen SDM diterapkan. Terdapat  dua  syarat  utama  yang  diperlukan  guna  melakukan  penilaian
terhadap prestasi kerja menurut Gomes 2003 yakni: 1.
Adanya kriteria prestasi kerja yang dapat diukur secara objektif, 2.
Adanya efektivitas dalam proses evaluasi.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria  prestasi  kerja  dapat  diukur  secara  objektif,  untuk  pengembangannya diperlukan  kualifikasi-kualifikasi  tertentu.  “Ada  tiga  kualifikasi  penting  bagi
pengembangan  kriteria  prestasi  kerja  yang  dapat  diukur  secara  objektif  meliputi: 1 relevancy, 2 reliability dan 3 discrimination”, Gomes, 2003.
Relevansi  menunjukkan  tingkat  kesesuaian  antara  kriteria  dengan  tujuan- tujuan prestasi kerja. Misalnya kecepatan produksi bisa menjadi ukuran prestasi kerja
yang  lebih  relevan  dibandingkan  penampilan  seseorang.  Reliabilitas  menunjukkan tingkat  di  mana  kriteria  menghasilkan  hasil  yang  konsisten  dan  diskriminasi
mengukur  tingkat  di  mana  suatu  kriteria  prestasi  kerja  bisa  memperlihatkan perbedaan-perbedaan  dalam  prestasi  kerja.  Jika  nilai  menunjukkan  cenderung  baik
atau  jelek,  berarti  ukuran  diskriminatif  tidak  membedakan  prestasi  kerja  diantara masing-masing pekerja.
Jika  kriteria  prestasi  kerja  memiliki  kualifikasi-kualifikasi  penting  itu  maka pekerja  akan  lebih  cenderung  menerima  penilaian  prestasi  kerja.  Sebaliknya  jika
pekerja  dinilai  berdasarkan  kriteria-kriteria  yang  tidak  jelas  dan  tidak dispesifikasikan,  maka  para  pekerja  akan  bersikap  menentang  bahkan  menanggap
dirinya terancam. Pendekatan  penilaian  prestasi  kerja  pegawai,  hendaknya  mengidentifikasikan
standar  prestasi  kerja  yang  terkait,  mengukur  kriteria  dan  kemudian  memberikan umpan balik kepada pegawai. Jika standar kerja atau perhitungan terjadi dan tidak ada
kaitannya dengan pekerjaan, evaluasi dapat mengarah pada ketidakakuratan atau hasil yang  bias,  merenggangkan  hubungan  antara  pimpinan  dengan  pegawai  dan
Universitas Sumatera Utara
mengecilkan  peluang  kerjasama.  Tanpa  umpan  balik,  perbaikan  dan  perilaku  SDM tidak mungkin terjadi dan departemen tidak akan memiliki catatan yang akurat dalam
sistem  informasi  SDM-nya.  Dengan  demikian,  keputusan-keputusan  dasar  dalam membuat rancangan pekerjaan  sampai kompensasi akan terganggu.
2.4.3.   Tujuan Penilaian Prestasi Kerja