trade agreement dengan salah satu negara atau lebih. Pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu yang akan diekspor ke negara lain dan sebaliknya dari
negara lain akan diimpor sejumlah jenis barang yang dihasilkan di negara tersebut dan kiranya yang kita butuhkan juga. Cara ini pada prinsipnya hamper sama
dengan barter, tetapi cara ini ditetapkan bebagai macam komoditi. e.
Penyelundupan Smuggling Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari suatu negara ke
negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyelundupan atau smuggling. Bahaya dari setiap penyelundupan terletak pada
adanya pelarian pelarian kekayaan ke luar negeri assets flight tanpa mendapatkan suatu kompensasi. Hal itu berarti suatu pengurasan atas kekayaan
negara dan masyarakat.
2.2.4. Impor
1. Defenisi Impor
Impor adalah pengiriman barang dagangan dari luar negeri ke pelabuhan di seluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar negeri,
yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki di dalam negeri dicatat sebagai barang impor meskipun barang
olahan tersebut akan kembali ke luar negeri Pelly,2010: 25. Pengertian impor secara yuridis menurut UU No. 10 Tahun 1995 Pasal 2
Ayat 1, yaitu pada saat barang memasuki Daerah Pabean dan menetapkan saat
Universitas Sumatera Utara
barang tersebut wajib Bea Masuk serta merupakan dasar yuridis bagi pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan pengawasan.
2. Kebijakan Impor
Pelly 2010: 26 mengartikan kebijakan perdagangan internasional di bidang impor sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan
pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk
melindungimendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa.
Menurut Pelly 2010: 26, kebijakan impor dapat dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan, yaitu :
a. Kebijakan Tariff Barrier TB dalam bentuk bea masuk yang terdiri dari:
1. Pembebasan bea masuktarif yang rendah, yaitu antara 0 sampai
dengan 5. Tarif ini dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti
beras, mesin-mesin vital, alat-alat militerpertahanankeamanan, dan lain-lain.
2. Tarif sedang antara 5 sampai dengan 20.
Tarif ini dikenakan untuk barang setengah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri.
Universitas Sumatera Utara
3. Tarif tinggi diatas 20.
Tarif ini dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang
kebutuhan pokok. b.
Kebijakan Non Tariff Barrier Kebijakan non tariff barrier adalah berbagai kebijakan perdagangan selain
bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional.
2.2.5. Perekonomian Terbuka