49
memberikan manfaat kepada individu untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah yang ada.
D. Kerangka Pikir
Remaja dalam masa perkembangannya menuju dewasa sering menghadapi permasalahan. Masalah remaja sering sulit ditangani karena
pada masa sebelumnya permasalahan mereka diatasi oleh orangtua atau guru. Masa ini remaja merasa bahwa dirinya sudah mandiri dan ingin
menyelesaikan masalahnya sendiri. Ketidakmampuan remaja dalam menghadapi masalahnya menurut cara yang mereka yakini, membuat remaja
menemukan bahwa penyelesaian masalah tidak sesuai dengan harapan remaja Hurlock, 1980: 208.
Pada umumnya remaja menghadapi permasalahan dalam proses perkembangan di masa remaja. Hal ini dikarenakan pertumbuhan fisik yang
cepat namun emosi yang belum satabil dan meledak-ledak sehingga permasalahan sering muncul pada masa ini. Hurlock 1980: 212-213
menganalogikan masa remaja sebagai masa badai dan tekanan yaitu masa dimana ketegangan emosi meningkat yang merupakan dampak dari
perubahan fisik dan kelenjar. Selain itu penyebab meningkatnya emosi pada remaja adalah berada dalam tekanan sosial, mengahadapi kondisi baru, dan
kurangnya persiapan selama masa kanak-kanak. Remaja sering menghadapi permasalahan di dalam bidang akademik,
hubungan sosial, pengaruh perubahan fisik, emosi yang meledak-ledak dan belum strabil. Setiap remaja memiliki cara masing-masing dalam menangani
50
masalah yang dihadapi. Cara seseorang menghadapi atau menangani situasi yang menekan, mengancam, atau membebani disebut sebagai coping. Salah
satu bentuk coping adalah strategi coping berfokus masalah. coping berfokus masalah adalah coping yang dilakukan individu untuk menghadapi masalah
dan berusaha menyelesaikannya. Meskipun perkembangan emosi remaja masih labil namun jika dilihat
dari perkembangan kognitifnya menurut Piaget Mohammad Ali Mohammad Asrofi, 2012: 29 remaja berada pada tahap operasional formal.
Tahap operasional formal merupakan tahap dimana remaja sudah dapat berfikir berpikir logis, rasional, dan mampu menggunakan abstraksi. Dalam
tahap oprasional formal ini remaja dipandang telah mampu berpikir dan mempertimbangkan hal-hal disekitarnya secara logis dan mampu mengambil
sebuah kesimpulan. Begitu pun saat mengahadapi situasi yang menekan, remaja dirasa sudah mampu menggunakan strategi coping berfokus masalah.
Remaja pada dasarnya juga memiliki tugas perkembangan yang mengharuskan mereka bersikap menuju ke arah dewasa. Salah satu tugas
perkembangan remaja adalah mampu memecahkan permasalahan nyata yang mereka hadapi. Oleh karena itu, sangat penting bagi remaja untuk
menggunakan strategi coping berfokus masalah disaat mengahadapi masalah dan berada pada situasi yang menekan.
Pemilihan bentuk strategi coping dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah dukungan sosial. Oleh karena itu dukungan sosial orang tua
juga menjadi faktor strategi coping berfokus masalah. Dukungan yang nyata
51
akan membuat individu mengupayakan penanggulangan masalah yang ada melalui strategi coping berfokus masalah. Ketika remaja mendapat dukungan
sosial dari orang tua, akan mempengaruhi efikasi diri yang dengan demikian remaja memiliki keyakinan pada dirinya yang selanjutnya akan
menghasilkan solusi saat menghadapi situasi yang menekan, dan kemudian bertindak secara langsung. Dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa
dengan adanya dukungan sosial orang tua yang diterima remja dapat memunculkan aspek strategi coping berfokus masalah Planful
Problem-solving atau tindakan instrumental. Secara umum dukungan sosial dapat mendorong individu untuk
menghadapi dan menangani situasi yang menekan. Menurut Feldman 2012: 222 dukungan sosial dapat membuat individu mengalami tingkat stres yang
lebih rendah dan dapat mengatasi stres yang sedang dihadapi. Selain itu, Gottlieb Smet, 1994: 137-138 mengungkapkan bahwa dukungan sosial
yang diberikan oleh keluarga, teman dekat, dan lingkungan sekitar, mampu membantu individu memiliki harapan di masa depan, menjaga gaya hidup
sehat, dan mengupayakan coping untuk mengatasi stress. Dengan adanya dukungan sosial khususnya dari orang tua, akan membuat remaja merasa
nyaman pada dirinya sendiri yang kemudian meningkatkan keyakinan pada dirinya. Ketika remaja merasa yakin pada dirinya tentu ketika remaja
menghadapi situasi yang menekan akan berusaha menghadapi dan mengatasi permasalahan yang ada. Dengan kata lain dengan adanya dukungan sosial
orang tua, remaja yang tengah menghadapi situasi yang menekan akan
52
mengupayakan strategi coping berfokus masalah. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian
remaja memiliki masalah. Meskipun remaja dalam perkembangan emosinya masih labil, karena emosi pada diri remaja berkobar-kobar dan berubah-ubah.
Namun jika dilihat dari perkembangan kognitifnya, remaja berada pada tahap operasional formal yang memungkinkan remaja melakukan strategi coping
berfokus masalah. Untuk itu remaja diharapkan mampu memliki strategi coping berfokus masalah untuk mengahadapi masalah dengan tepat. Salah
satu faktor yang mempengaruhi strategi coping berfokus masalah adalah dukungan sosial. Lingkungan sosial terdekat ada remaja adalah keluarga.
Figur dalam keluarga yang mampu mengayomi dan membimbing remaja adalah orang tua. Oleh karena, itu remaja memerlukan dukungan sosial orang
tua agar memiliki strategi coping berfokus masalah yang tinggi sehingga dapat menghadapi masalahnya dengan tepat.
E. Hipotesis