oleh kelompok tertentu untuk belajar mengatasi problem-problem kelompok dari adaptasi eksternal dan integrasi internal yang telah bekerja dengan baik. Hal itu cukup
relevan untuk dipertimbangkan sebagai suatu yang bernilai, dan oleh karenanya pantas diajarkan oleh para anggota baru sebagai cara yang benar untuk berfikir, dan
berperasaan dalam hubungannya dengan problem-problem tersebut. Menurut Robbins dalam Riani 2011: 7 budaya organisasi adalah nilai-nilai
dominan yang disebarluaskan dalam organisasi yang dijadikan filosofi kerja karyawan yang menjadi panduan bagi kebijakan organisasi dalam mengelola
karyawan dan konsumen. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengetian budaya
organisasi adalah perekat organisasi dimana para anggotanya memiliki kesamaan visi, misi, tujuan, dan cara berfikir yang diaktualisasikan dalam perilaku oleh setiap
anggota oleh sebuah organisasi. Budaya organisasi inilah yang harus dikendalikan pemimpin untuk menjadikan karyawannya berprilaku seperti kehendaknya, dan
tujuan organisasipun dapat tercapai.
2.2.2. Sumber-sumber Budaya Organisasi
Menurut Tosi seperti yang dikutip oleh Munandar 2001:264, budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pengaruh umum dari luar yang luas. Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat. Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan
kebersihan. c. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi. Organisasi selalu berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang
berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.
2.2.3. Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins 1996 : 294, fungsi budaya organisasi sebagai berikut : a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang
lain. b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh
karyawan. e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2.4. Karakteristik Budaya Organisasi
Karakteristik Budaya Organisasi menurut Robbins dalam Tika 2008:10: 1. Inisiatif Individual
Yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan atau independensi yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Inisiatif
individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan organisasi
atau perusahaan. 2. Toleransi terhadap tindakan beresiko
Budaya organisasi dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota untuk dapat bertindak agresif dan inovatif dalam memajukan
organisasi atau perusahaan. 3. Pengarahan
Yaitu sejauh mana organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi.
4. Integrasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Yaitu sejauh mana organisasi dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara terkoordinasi, kekompakan unit-unit tersebut dapat
mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan.
5. Dukungan manajemen Yaitu sejauh mana para manajer dapat memberikan arahan atau komunikasi,
bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan. 6. Kontrol
Alat yang dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku di dalam organisasi. Diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas
yang dapat mengawasi dan mengendalikan perilaku anggota organisasi atau karyawan.
7. Identitas Yaitu sejauh mana para anggota suatu organisasi atau perusahaan dapat
mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional tertentu.
8. System imbalan Sejauh mana alokasi imbalan kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya
didasarkan atas dasar prestasi kerja karyawan, bukan didasarkan sinioritas, sikap pilih kasih dan sebagainya.
9. Toleransi terhadap konflik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sejauh mana para karyawan didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering
terjadi di suatu organisasi, namun perbedaan pendapat dan kritikan dapat digunakan sebagai perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan. 10. Pola komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal. Kadang- kadang hirarki ini dapat menghambat terjadinya pola komunikasi
antara atasan dan bawahan atau antar karyawan itu sendiri. Dengan menilai organisasi itu berdasarkan sepuluh karakteristik ini, akan
diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi
itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku.
2.2.5. Cara-cara Budaya Organisasi Terbentuk