”PERISTIWA" SEBELUM PEMBERONTAKAN CILEGON

B. ”PERISTIWA" SEBELUM PEMBERONTAKAN CILEGON

Pada pangkal kedua dari abad kesembilan belas, terkenallah di negeri Mekkah seorang Ulama basar. Beliau ialah salah seorang Guru Besar dalam Mazhab Syafi'i. Murid beliau beratus-ratus datang setiap tahun mengambil pelajaran Agama Islam dari beliau, terutama dari Jawa Barat, yaitu tanah Bantam, Cirebon dan Sunda. Dan ada juga muridnya dari tanah Melayu dari Minangkabau, dari Ternate dan lain-lain. Banyak beliau menulis buku pelajaran Islam, terutama dalam bahasa

Arab, sehingga terkenallah nama beliau sampai ke Mesir, Syam, Turki dan Hindustan. Pernah beliau diundang ke Mesir disambut oleh para ulama Mesir dengan sambutan yang mulia.

Nama beliau ialah Syekh Nawawi Al Bantani Al Jawiy. Anak-anak Bantam sendiri jika belajar ke Mekkah, beliaulah yang didapati. Karena beliau pun

mengajar dalam bahasa Sunda. Dan bila telah mendapat ijazah dari beliau, pulanglah mereka ke Bantam, lalu mengajar pula, mendirikan pondok dan madrasah. Sehingga walaupun telah lama Kerajaan Bantam dihapuskan Belanda, dan negeri Bantam seakan-akan dipisahkan dari daerah yang lain, namun pertahanan dan kekayaan jiwa penduduk Bantam, masih terpelihara. Yaitu Agama Islam.

Di Lebak Kelapa, kecamatan Pulau Merak, terdapatlah desa Cilegon. Di sanalah salah seorang murid Syekh Nawawi Bantam yang baru pulang dari Mekkah itu mengajar pula. Kian lama kian ramai pondoknya didatangi santri dari mana-mana. Pelajaran yang beliau berikan lebih banyak ditekankan kepada TAUHID!

Adat istiadat dan kebiasaan lama, pengaruh animisme dan kehinduan hendaklah segera dibersihkan. Tempat menyembah dan mengabdi, hanyalah kepada Allah Subhanahu wa Ta' ala. Jangan sampai membesarkan makhluk yang lain, sehingga membuat pelajaran Tauhid jadi kabur.

Nama guru yang masyhur dan besar itu ialah Haji Wasit. Ketiga ilmu yang sangat perlu bagi seorang pemimpin agama matang pada dirinya. Pertama Ilmu

Kalam, kedua Ilmu Fiqhi, ketiga Ilmu Tasauf. Oleh sebab itu dia disegani dan dicintai. Kawan- kawannya yang sama pulang dari Mekkah, memandang Kiyahi Haji Wasit sebagai "pimpinan pusat" bagi gerakan mereka, menebarkan Agama Islam di bumi Bantam. Di antaranya ialah Haji Abdurrahman, Haji Haris, Haji Arsyad Thawil, Haji Arsyad Qashir, Haji 'Akib dan Haji lsmail.

Pada tahun 1883 gunung Krakatau meletus. Bukan main dahsyatnya malapetaka yang menimpa ummat, baik di Bantam ataupun di Lampung. Pada tahun 1885 datang pula malapetaka lain, yang tidak kurang hebatnya, yaitu penyakit menular menimpa sapi dan kerbau. Beribu-ribu sapi dan kerbau yang mati, bergelimpangan kena penyakit wabah hebat itu. Dan kematian sapi dan kerbau ini meliputi sebagian besar tanah Indonesia, sehingga di dalam catatan sejarah orang Makassar, tahun 1885 itu disebut tahun "matina tedonge”.

Pemerintah Kolonial Belanda bertindak cepat. Tetapi tindakan yang cepat tidak didahului dengan penerangan yang jelas, sehingga menimbulkan salah terima rakyat. Yaitu di mana-mana dijalankan penembakan kerbau. Walaupun kerbau atau sapi yang sehat ditembaki juga. Sehingga di Bantam ada yang memelihara kerbau berpuluh ekor, datang serdadu Belanda, tidak ba tidak bu, kerbau-kerbau itu ditembaki. Dan rakyat tidak dapat berbuat apa-apa. Karena kalau dia melawan atau nenghalangi, maka moncong bedil akan dihadapkan pula kepada mereka.

"Tuan-tuan Haji" di Bantam itu berusaha juga memberikan penerangan kepada rakyat, supaya sabar memikul cobaan Ilahi. Kalau perlu adakanlah "ratib tolak bala", adakan ratib membaca tahlil dan lakukan dengan mengadakan demonstrasi pada setiap kampung, untuk menolak bala itu. Dan tidak ada tempat memohon pertolongan, melainkan kepada Allah!

Tetapi ada rakyat yang masih belum mengerti agama, datang berduyun-duyun kepada sebatang pohon kayu di desa Lebak Kelapa. Yang empunya tanah tempat tumbuhnya "kayu . keramat" itu mendapat banyak keuntungan daripada kekeramatan pohon kayunya. Katanya pohon kayu itu sakti, segala bala dan bencana, segala wabah dan kolera akan dapat dimusnahkan oleh "Jin" penghuni pohon kayu itu, asal dibakar kemenyan, diantarkan sajen. Dan bahkan kalau ada nelayan hendak berlayar mencari ikan, bila terlebih dahulu menuju ke tempat kayu itu tumbuh, maka dewa lautan akan memberinya banyak ikan. Kalau ada gadis lama baru mendapat jodoh, datanglah ke pohon kayu keramat itu, memohonlah di sana, niscaya akan segera dapat suami. Hutang pun akan lekas terbayar, dan piutangpun akan lekas menerima, jika pohon kayu itu dipuja. Berdagang pun akan mendapat untung.

Menurut pengajian yang telah diterima oleh Kiyahi Wasit di Mekkah, perbuatan ini adalah musyrik. Lalu bersama kawan-kawannya yang lain beliau meramaikan pengajian, mengajar orang kampung Ilmu Tauhid yang Khalis. Beliau mengatakan bahwasanya perbuatan itu samalah dengan menyembah berhala. Pernah dia menyampaikan permohonan kepada kanjeng bupati, agar beliau Menurut pengajian yang telah diterima oleh Kiyahi Wasit di Mekkah, perbuatan ini adalah musyrik. Lalu bersama kawan-kawannya yang lain beliau meramaikan pengajian, mengajar orang kampung Ilmu Tauhid yang Khalis. Beliau mengatakan bahwasanya perbuatan itu samalah dengan menyembah berhala. Pernah dia menyampaikan permohonan kepada kanjeng bupati, agar beliau

Suatu perbuatan yang salah menurut ajaran Ulama-ulama itu ialah jika meminta dan berkaul kepada suatu benda selain Allah. Di dalam satu desa, dekat Beji, kampungnya Haji Wasit terdapat satu pohon kayu yang dipandang keramat.

Menurut kepercayaan penduduk, segala kesusahan hati, segala niat dan nazar, akan dapat terkabul jika orang pergi memuja ke pohon kayu itu. Haji Wasit menerangkan bahwa perbuatan itu salah! Beliau telah menyiarkan fatwa, bahwa perbuatan itu musyrik hukumnya. Tetapi orang yang empunya tanah tempat kayu itu tumbuh, amat keberatan apabila perbuatan itu diharamkan! Sebab sudah nyata banyak keuntungan yang didapatnya daripada pemujaan kayu itu !

Berkali-kali beliau peringatkan haramnya perbuatan itu dan banyak orang yang telah taubat, tetapi banyak pula orang yang berkeras tidak mau menghentikan. Apatah lagi karena propaganda- propaganda yang diadakan oleh yang empunya tanah dan kaki tangannya, bahwa banyak orang yang sembuh dari sakitnya, telah banyak gadis dapat suami, telah banyak perniagaan yang berolah untung lipat ganda, sejak memuja kepada kayu itu.

Akhirnya beliau lakukan suatu perbuatan yang menurut anggapan beliau oleh agama, tetapi tidak beliau indahkan bahwa perbuatan itu dilarang oleh peraturan negeri! Beliau suruhkan murid- muridnya pergi menebang pohon kayu itu malam hari, sehingga seketika orang yang hendak pergi memuja mendapati pagi-paginya hanyalah tunggul bekasnya, sebab batang dan dahannya telah diperserak-serakkan. Dan sebelum orang ribut-ribut mencari siapa yang bersalah, beliau sendiri mengakui bahwa perbuatan itu adalah atas suruhan beliau. Karena memuja kayu sama saja dengan memuja berhala.

Yang empunya tanah tempat pohon kayu tumbuh niscaya sangat berkeberatan. Dia pun datang mengadu kepada asisten wedana setempat. Di sanapun dia mendapat sokongan batin dari pihak- pihak yang berkuasa, bahwasanya orang tidak boleh masuk saja ke dalam harta pekarangannya kalau tidak mendapat izin daripadanya. Maka diaturlah perkara dan diadukanlah Haji Wasit kepada Jaksa, melanggar hak orang lain. Beliau dihadapkan ke muka Pengadilan!

Meskipun dikemukakannya berbagai alasan menurut hukum agama, bahwa perbuatannya itu adalah melakukan perintah agama, Amar ma'ruf Nahyi munkar, namun undang-undang tidaklah dapat menyetujui perbuatannya itu. Beliau dihukum, yaitu didenda! Banyaknya F 7,50 (tujuh rupiah limapuluh sen).

Dendaan yang dijatuhkan kepada guru agama ini, meninggalkan kesan yang tidak baik bagi murid-murid beliau, sebagai tambahan daripada kesan tidak baik yang telah timpa-bertimpa dahulunya.

Inilah benih utama yang menjadi sebab timbulnya pemberontakan, menurut keterangan dari beberapa teman kaum pergerakan Islam di Bantam. Satu di antaranya ialah Sdr. H.Syadely Hasan, bekas anggota Konstituante dari Fraksi Masyumi.

Tetapi menurut catatan dari Pangeran Ahmad Jayadiningrat, bekas regen Serang dan salah seorang pegawai tinggi pemerintah Belanda yang amat terkenal, sebab pemberontakan ialah karena di belakang rumah asisten resident Goebels di Jombang Tengah ada sebuah langgar. Langgar itu bermenara. Seketika waktu Maghrib orang selalu membaca shalawat atau tarhim dan azan dengan suara keras, sehingga selalu mengganggu beliau yang sedang nyenyak tidur. Maka oleh karena kesenangan beliau sangat terganggu, beliau perintahkan kepada Patih, supaya dibuat surat edaran, melarang shalawat , tarhim dan azan itu tidak dilakukan keras-keras, karena "Tuhan Allah tidak pekak!" Dan menurut penyelidikan Tuan Patih, menara langgar di belakang rumah tuan asisten residen itu telah tua, lebih baik diruntuhkan saja. Lalu diperintahnya opas-opas meruntuhkan!

Kedua sebab itu dapat digabungkan. Pihak Ambtenaar Pemerintah Belanda lebih menampak perbuatan meruntuh menara dan Sdr. Syadely Hasan lebih melihat denda yang dijatuhkan kepada Haji Wasit, sebab menebang "Pohon Kayu Keramat"! Dalam keduanya telah tampak bukti, bahwasanya Pemerintah Kolonial dengan perantaraan Ambtenaarnya, telah sangat menyinggung perasaan ke-Islaman.

Apabila jiwa berontak telah tumbuh, orang tidak mengingat lagi perimbangari kekuatan. Baik denda kepada Haji Wasit sebab menebang pohon berhala itu, atau surat edaran Patih melarang shalawat, tarhim dan azan dengan keras, dan menara langgar yang diruntuh … semuanya telah tersiar diseluruh kalangan kaum Santri di Bantam!

Kalau telah begini yang terjadi sekarang, betapa lagi selanjutnya? Apalah lagi artinya menjadi orang Islam, di tanah air sendiri pula, kalau perbuatan musyrik

mendapat perlindungan dari pemerintah, dan pegawai pemerintah sendiri telah berani berlancang tangan meruntuh menara sebuah langgar? Niscaya akan datang lagi larangan lain, sehingga hapuslah agama Islam dari negeri kita ini.

Haji Wasit menemui temannya Tubagus Haji Isma'il, hendak memperbincangkan bahaya yang menimpa agama ini. Haji Ismail pun telah merasa. Kawan yang lain, Ulama yang lain pun merasa! Apa akal? Berontak!