KHAIRUN DAN BABU'LLAH

VIII. KHAIRUN DAN BABU'LLAH

Setelah bangsa Portugis dapat memusatkan kekuasaannya di Goa (India), -dan merebut Malaka, kemudian dapatlah dia meluaskan kekuasaannya sampai ke Maluku. Padahal sebelum bangsa Portugis masuk ke sana, Islam telah lebih dahulu datang. Dua bangsa yang berjasa menyiar dan menanamkan pengaruh Islam di Maluku, yaitu orang Melayu dari Malaka dan Muballigh-muballigh dari Jawa Timur. Maka di pertengah abad keenambelas itu, sedang Portugis meluaskan kuasanya, yang menjadi Sultan di Ternate adalah Sulthan Khairun. Dan yang menjadi gubernur Portugis di sana ialah De Meoquita. Kedua-duanya adalah orang yang sama keras dan teguh mempertahankan agamanya. Ingat sajalah bahwa pertengahan keenambelas itu, masih keras dan nyata pertentangan Islam dengan Kristen. Dan orang Portugis sangatlah bencinya mendengar Agama Islam. Mereka berniat hendak menghapuskan Agama Islam di tanah-tanah yang telah dikuasainya, tetapi langkahnya senantiasa terhambat oleh raja-raja Islam.

Portugis di awal abad keenambelas, telah dapat meruntuhkan Kerajaan Islam Malaka. Sebab itu mereka mencoba pula hendak menghancurkan kekuasaan Islam dari Maluku. Maka penentangnya yang paling kuat, ialah Sultan Khairun.

Payahlah De Mesquita membujuk supaya Sultan Khairun mengakui perlindungan dari Raja Sebastian yang menjadi raja Portugal pada masa itu. Dengan maksud untuk memperteguh kekuasaan di bawah bangsa yang telah mulai menanamkan pengaruh di negerinya, Sultan Khairun pada mulanya menerima ajakan itu. Dia mengakui kekuasaan raja Portugal. Tetapi Gubernur De Mesquita senantiasa membuat pekerjaan-pekerjaan yang akan menyakitkan hatinya. Dia menyangka, bilamana dia telah mengakui kekuasaan raja Portugal akan bebaslah dia di negerinya, dan akan terhentilah kegiatan bangsa Portugis memaksakan Agama Kristen (Katholik) supaya dipeluk oleh anak negeri yang belum beragama. Tetapi harapannya itu selalu dihampakan oleh De Mesquita.

Melihat pengakuannya tunduk itu dipergunakan oleh Portugis buat lebih mempergiat penjajahan dan paksaan agama. Sultan Khairun tidak dapat menahan hatinya lagi, sehingga missionaris Portugis yang bergiat menyiarkan Agama Kristen itu dibinasakannya samasekali (1565), yakni setahun setelah baginda meneken perjanjian mengakui perlindungan Kerajaan Portugal itu.

Karena itu Portugis meminta bantuan ke Goa, dan bantuan armada Portugis pun datanglah dari Goa,. lalu berlabuh di Ambon.

De Mesquita menyangka, kalau kiranya Sulthan telah tahu bahwa bantuan Portugis yang besar telah datang, niscaya Sultan akan tunduk dan tidak berani melawan lagi. Oleh sebab itu Gubernur itu bertambah leluasa melakukan kehendak dan lobanya. Hak-hak sultan mulai dirampasnya. Cukai perniagaan cengkeh untuk sultan mulai ditahannya. Nyaris sultan menghadapi sikap yang demikian dengan kekerasan pula. baginda telah bersiap hendak menyerang segala pertahanan orang Portugis. Tetapi satu perutusan dari pihak Portugis telah dapat membujuk Sultan supaya berdamai saja, dan akan hidup berdampingan secara aman sentosa di antara orang Islam Ternate dengan orang Portugis. Sultan sudi menerima perdamaian itu. Lalu diikatlah janji tidak akan berperang lagi, akan tetap bantu membantu antara kedua belah pihak. Sumpah itu dikuatkan dengan serba kesucian. Gubernur De Mesquita bersumpah dengan mengangkat Kitab Injil dan Sultan Khairun bersumpah dengan mengangkat Kitab Al-Qur'an (17 Februari 1570).

Sehari kemudian (18 Februari 1570), diundanglah sultan oleh Gubernur De Mesquita mengadakan jamuan tanda persahabatan di dalam benteng Portugis. Oleh karena percaya akan janji yang telah disaksikan dengan Al-Quran dan Injil, sultan pun pergilah ke benteng itu. Tetapi baru saja belisu masuk ke dalamnya, baginda pun ditikam oleh seorang pengawal atas pesuruh Gubernur De Mesquita, dan mati pada saat itu juga. Karena memang ada fatwanya daripada "Paus Eugin IV" pada tahun 1444, bahwa tidaklah berdosa menurut agama Katholik jika perjanjian yang telah diikat, walaupun dengan bersaksikan Injil dan Al-Qur'an, terhadap kaum Muslimin, jika dimungkiri! Lantaran fatwa inilah maka Pangeran Huynade dari Hongaria memungkiri janji yang telah dikuatkan dengan Injil dan Al-Qur'an itu pula terhadap Sultan Murad Turki. Bukan main muka putera baginda, Babu'llah, yang menggantikan Khairun menjadi sultan. Babu'llah bersumpah bahwa dia akan tetap berjuang menuntutkan darah ayahnya. Baginda tidak akan berhenti berjuang, sebelum Sehari kemudian (18 Februari 1570), diundanglah sultan oleh Gubernur De Mesquita mengadakan jamuan tanda persahabatan di dalam benteng Portugis. Oleh karena percaya akan janji yang telah disaksikan dengan Al-Quran dan Injil, sultan pun pergilah ke benteng itu. Tetapi baru saja belisu masuk ke dalamnya, baginda pun ditikam oleh seorang pengawal atas pesuruh Gubernur De Mesquita, dan mati pada saat itu juga. Karena memang ada fatwanya daripada "Paus Eugin IV" pada tahun 1444, bahwa tidaklah berdosa menurut agama Katholik jika perjanjian yang telah diikat, walaupun dengan bersaksikan Injil dan Al-Qur'an, terhadap kaum Muslimin, jika dimungkiri! Lantaran fatwa inilah maka Pangeran Huynade dari Hongaria memungkiri janji yang telah dikuatkan dengan Injil dan Al-Qur'an itu pula terhadap Sultan Murad Turki. Bukan main muka putera baginda, Babu'llah, yang menggantikan Khairun menjadi sultan. Babu'llah bersumpah bahwa dia akan tetap berjuang menuntutkan darah ayahnya. Baginda tidak akan berhenti berjuang, sebelum

Tidaklah lama-lama Babu'llah bermenung setelah ayahnya wafat. Segera disusunnya tentaranya dan dikerahkannya mengepung benteng pertahanan Portugis di Ambon, dan terjadilah peperangan yang besar, hebat dan dahsyat, antara tentara Islam Ternate dengan Portugis. Raja Tidore yang tadinya bermusuhan dengan Ternate, segera memberikan pertolongan kepada Babullah. Tetapi Raja Bacan yang telah memeluk Agama Kristen, rupanya memberikan bantuannya kepada Portugis. Bukan main murka Babullah melihat sikap raja Bacan, sehingga diancamnya bahwa jika Raja Bacan tidak segera mundur dari medan perang, untuk sekurang-kurangnya bersikap netral, raja itu jangan menyesal, jika negerinya kelak dijadikan padang tekukur.

Keras juga serangan Ternate atas benteng Ambon, sehingga sebagian musnah terbakar dan pertahanan diangsur memindahkan ke Malaka. Orang-orang Kristen Ambon banyak turut mengungsi ke Malaka, karena takut akan kegagah-perkasaan tentara Ternate di bawah pimpinan Sultan yang gagah perkasa itu.

Lima tahun lamanya benteng pertahanan Portugis di Ternate sendiri dikepung oleh Babu'llah. Kian lama kian habislah kekuatan pertahanan Portugis, karena makanan telah kurang dan bantuan dari Goa tidak kunjung datang, dan kelaparan tidak terderitakan lagi.

Demi setelah Sultan Babu'llah satria Islam itu mendengar khabar, bahwa orang Portugis, termasuk perempuan dan anak-anak sudah sangat lemah karena kekurangan makanan, maka baginda sendirilah yang mengirim utusannya ke benteng mengemukakan usul, bahwa jika mereka tidak sanggup melawan lagi, dan bersedia menyerah dalam masa 24 jam mereka akan dipersilakan berangkat dengan senjatanya sekali. Boleh pulang ke Malaka atau ke Ambon. Mereka boleh menyerah dengan cara terhormat! Bahkan kelak, Sultan Babu'llah bersedia memberikan benteng itu kembali kepada raja Portugal, asal saja orang-orang yang membunuh ayahnya dan yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu, diserahkan dan diganti kerugiannya ....

Tidak ada jalan lain lagi, maka pada tahun 1575 terpaksalah bendera Portugis diturunkan dari atas puncak benteng Ternate itu dan diserahkan kepada Sultan Babu'llah. Dan pada tahun 1580, Sultan mengirim utusan ke Lissabon, menghadap Raja Philip, menuntut kembali keadilan atas kematian ayahnya, sehingga raja Portugis memerintahkan gubernurnya di Ambon menangkap De Mesquita dan menyerahkannya kepada Sultan Babu'llah. Tetapi perahu yang membawa De Mesquita ke Ternate itu diserang lanun di jalan, sehingga dia mati dibunuh bajak laut itu. Maka berkibarlah bendera Islam di Maluku kemudian meluas sampai ke pulau-pulau yang lain atas pimpinan Babu'llah. 72 pulau besar kecil, sampai ke Irian dan ke Mindanao Filipina, sampai ke Bimadani Sulawesi, pernahlah di bawah kekuasaan Ternate. Baginda pulalah yang mengajak Karaeng Tonigallo di Goa supaya memeluk agama Islam, tetapi Karaeng itu belum mau masuk Islam karena ajakan Babu'llah, karena itu berarti mengakui pengaruh Ternate. BarulahTonigallo memeluk Islam, setelah datang guru dari daerah lain, yaitu dari Minangkabau, yang sudah nyata tidak ada maksud politik. Maka nama Khairun dan Babu'llah tetaplah menjadi hiasan sejarah Islam di seluruh kepulauan Indonesia ini, di dalam abad keenam belas, setaraf dengan Raden Patah di tanah Jawa dan Ali Mogayat Syah di Aceh, dan Hasanuddin di Bantam. Itulah raja-raja Islam yang telah dapat menahan gelombang pertama dari bangsa Portugis Kristen-Katholik yang fanatik itu, sehingga nasib Indonesia tidak jadi seperti Filipina ....