3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengumpulan data di lapangan dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Maret 2012. Lokasi pengambilan data dilaksanakan di galangan kapal
Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan KPNDP DKI Jakarta di Muara Angke, Jakarta.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode studi kasus, dengan contoh kasus pengukuran produktivitas pada galangan kapal KPNDP DKI Jakarta,
Muara Angke. Pengukuran produktivitas ini, diukur dengan menggunakan metode Objective Matrix OMAX.
3.2.1 Pengumpulan data
Data diambil dari perusahaan company galangan kapal KPNDP DKI Jakarta, berupa data sekunder serta data primer dari hasil kuesioner dan
wawancara. Data sekunder yang digunakan adalah data produksi reparasi kapal
galangan kapal KPNDP, Muara Angke, Jakarta dari selang dari selang periode 5 lima tahun terakhir.
Data primer yang digunakan berupa : 1
Data jumlah tenaga kerja yang telibat dalam aktivitas reparasi di galangan kapal KPNDP;
2 Data pemakaian mesin yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP;
3 Data jam kerja aktual produksi yang dibutuhkan untuk mereparasi satu buah
kapal di galangan kapal KPNDP; 4
Data jam kerja efektif yang ditetapkan oleh pihak galangan kapal KPNDP; 5
Data jumlah ketidakhadiran karyawan di galangan kapal KPNDP
3.2.2 Pengolahan dan analisis data
Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis dengan menggunakan model Objective Matrix OMAX, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1 Penetapan kriteria
Kriteria yang digunakan dalam menghitung produktivitas dengan menggunakan model OMAX adalah kriteria efisiensi, efektivitas, dan inferensial.
Kriteria yang digunakan adalah sebanyak tiga belas indikator kinerja, seperti yang telah yang dilakukan oleh Mahendra 2007 dalam penelitiannya yang berjudul
“Produktivitas Galangan Kapal Menggunakan Model OMAX Studi Kasus: di PT. BEN SANTOSA Surabaya”. Namun, setelah dilakukan wawancara dan pengisian
kuesioner kepada tim manajemen perusahaan diperoleh hanya tujuh indikator kinerja yang dapat digunakan. Ketujuh indikator tersebut disajikan pada Tabel 2.
Kriteria indikator kinerja mengacu kepada tujuh indikator kinerja tersebut. Tabel 2 Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengukuran produktivitas dengan
menggunakan model OMAX oleh Mahendra 2007.
Kriteria Indikator Kinerja
Efisiensi Man hours KgJO
Material Pemakaian mesin
Jumlah tenaga kerja
Efektivitas Jam kerja aktual produksi
Jam kerja efektif Inferensial
Jumlah ketidakhadiran karyawan
2 Perhitungan rasio-rasio
Perhitungan rasio ditentukan berdasarkan rumus-rumus di bawah ini, perhitungan rasio digunakan terhadap kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
1 Man hours KgJO Adalah formasi tenaga kerja perunit produksi KgJO.
2 Material Rasio yang digunakan untuk menghitung kriteria material :
100 x
kg terpakai
material kg
tersedia material
3 Kriteria pemakaian tenaga kerja Rasio yang dugunakan untuk menghitung kriteria pemakaian tenaga kerja :
100 x
orang ada
yang kerja
Tenaga orang
digunakan yang
kerja Tenaga
4 Kriteria pemakaian mesin Rasio yang dugunakan untuk menghitung kriteria pemakaian mesin :
100 x
tersedia yang
rata -
rata kerja
jam Jumlah
mesin pemakaian
jam Jumlah
5 Kriteria jam kerja aktual produksi Rasio yang dugunakan untuk menghitung kriteria jam kerja aktual produksi :
100 x
jam time
working jam
produksi aktual
kerja Jam
6 Kriteria jam kerja efektif Rasio yang dugunakan untuk menghitung kriteria jam kerja aktual produksi :
100 x
jam time
Working jam
time Operating
7 Kriteria ketidakhadiran karyawan 100
x hari
kerja hari
Jumlah x
kerja tenaga
Jumlah hari
hadir tidak
kerja tenaga
Jumlah 3
Pengukuran kinerja standar Kinerja standar diperoleh dari hasil rata-rata rasio dari masing-masing
kriteria pada periode yang telah ditetapkan. Periode yang telah ditetapkan pada penelitian ini adalah lima tahun terakhir, dari tahun 2007 hingga 2011.
4 Penetapan sasaran akhir
Penetapan akhir diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara Lampiran 1. Penetapan akhir ditentukan oleh pihak manajemen galangan kapal KPNDP setelah
memperoleh nilai kinerja standar. Penetapan akhir terdiri dari 3 tiga skala skor. Skor tersebut adalah skor 0, skor 3 dan skor 10. Skor 0 merupakan level terbawah
dari rasio terburuk yang mungkin terjadi. Skor 3 merupakan pencapaian mula- mula, dan skor 10 merupakan pencapaian yang ingin dicapai pada masa
mendatang. 5
Penetapan bobot rasio Sama halnya dengan penetapan akhir, penetepan bobot rasio diperoleh dari
hasil kuesioner dan wawancara Lampiran 2. Pembobotan memberikan suatu kesempatan untuk memberikan perhatian secara langsung pada kegiatan
–kegiatan yang berpotensi besar bagi peningkatan produktivitas. Pembobotan dilakukan
oleh pihak manajemen galangan. Total pembobotan untuk semua kriteria harus bernilai 100 . Untuk mempermudah pembobotan ini, dapat dilakukan dengan
memulai pembobotan ini dengan membagi 100 untuk prosentase efisiensi, efektivitas, dan inferensial. Misalnya :
Efisiensi : A
Efektivitas : B Inferensial : C
Total 100
Berdasarkan persentasi di atas, kemudian dibagi lagi pembobotannya sesuai dengan jumlah dan kepentingan kriteria yang termasuk didalamnya, misalnya :
1 Kriteria yang termasuk dalam efisiensi - Pemakaian mesin
: a3 - Pemakaian tenaga kerja
: a4 Total
: 100 2 Kriteria yang termasuk dalam efektivitas
- Jam kerja aktual : b1
- Jam kerja efektif : b2
Total : 100
3 Kriteria yang termasuk dalam inferensial - Jumlah ketidakhadiran
: c Total
: 100 6
Pembentukan matriks sasaran Setelah skor 0, skor 3 dan skor 10 ditentukan yang tersisa adalah skor 1, 2,
4, sampai 9. Butir –butir pada skor 1, 2, 4 sampai 9 merupakan tingkat pencapaian
antara intermediate sehingga tingkat pencapaian akhir atau skor 10 dapat dicapai. Untuk pembetukan matrik sasaran, penentuan skor sisa ini dengan
menggunakan interpolasi. Kenaikan nilai pada skor 1 dan 2 dilakukan dengan cara interpolasi, yaitu :
- 3
skor -
3 skor
Kenaikan pada skor 4 sampai dengan 9 dilakukan dengan cara interpolasi, yaitu : 3
- 10
3 skor
- 10
skor 7
Penentuan skor aktual Skor aktual ditentukan berdasarkan hasil pengukuran rasio masing-masing
kriteria pada periode tertentu yang diubah kedalam skor pada matriks sasaran yang sesuai.
8 Penentuan nilai aktual
Setiap skor yang didapat untuk setiap kriteria atau rasio, dikalikan dengan besarnya bobot masing
–masing. 9
Penentuan performence indicator Merupakan jumlah nilai aktual dari semua kriteria pengukuran yang
dilakukan. 10 Perhitungan index produktivitas
Menghitung nilai index priduktivitas IP menggunakan rumus di bawah ini
100 x
a sebelumny
periode pengukuran
Hasil a
sebelumny periode
pengukuran Hasil
- sekarang
periode pengukuran
Hasil IP
Peningkatan produktivitas ditentukan dari besarnya kenaikan indikator pencapaian yang terjadi antara yang baru dengan yang lama.
11 Bentuk tabel matriks
Kriteria Efisiensi
Efektivitas Inferensial
Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4
Rasio 5 Skor
Keterangan Nilai Aktual
10 Sangat Baik
9 8
7 Baik
6 Target
5 4
3 Sedang
2 Buruk
1 0 Sangat Buruk
Skor Aktual Bobot
Nilai Produktivitas Keterangan
Saat ini Periode Dasar
Index Indikator Performasi
Saat ini Periode Dasar
Index Indikator Performasi
Gambar 3 Contoh bentuk tabel matriks Pada Gambar 3 di atas, rasio 1 adalah pemakaian tenaga kerja; rasio 2
adalah pemakaian mesin; rasio 3 adalah jam kerja aktual produksi; rasio 4 adalah jam kerja efektif; dan rasio 5 adalah jumlah ketidakhadiran karyawan. Hasil akhir
dari matrik adalah nilai indeks prestasi dengan interpretasi bahwa semakin besar nilai indeks pada suatu periode tertentu maka produktivitas suatu perusahaan pada
periode tersebut semakin tinggi juga.
4 KEADAAN UMUM GALANGAN
Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan KPNDP terletak di Jalan Mandala Bahari No.1 Muara Angke, Jakarta Utara. Galangan
kapal KPNDP berada satu wilayah komplek dengan UPT Balai Teknologi Penangkapan Ikan BTPI Muara Angke. Galangan kapal ini merupakan salah
satu tempat reparasi kapal ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke PPI Muara Angke. Galangan kapal KPNDP pertama kali didirikan oleh koperasi.
Lahan yang sekarang digunakan oleh galangan kapal KPNDP merupakan tanah milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan luas kurang lebih sebesar 9000m
2
. Jumlah galangan kapal yang terdapat di wilayah ini sebanyak empat galangan
kapal. Galangan kapal tersebut yaitu Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan KPNDP, Balai Teknologi Penangkapan Ikan BTPI, Karya Teknik Utama
KTU, Fan Marine Shipyard FMS. Galangan kapal KPNDP aktif melayani kegiatan reparasi kapal. Bagan alir
reparasi kapal disajikan pada Gambar 4. Secara umum kegiata reparasi kapal terdiri dari delapan tahap. Tahapan tersebut ialah persiapan, pemeriksaan,
pembersihan, pergantian kayu yang rusak berat, pemakalan, pembakaran, pendempulan, dan pengecatan. Reparasi kapal berbeda tergantung pada jenis
kerusakan kapal. Jenis kerusakan kapal terdiri dari kerusakan ringan dan kerusakan berat.
Proses reparasi untuk kerusakan ringan adalah penambalan pada bagian- bagian yang rusak, penambalan ke rongga antar papan dengan memasukan serat
goni mak‟jun, penggantian paku, pendempulan, pengecatan. Reparasi berat biasanya dilakukan untuk mengganti bagian konstruksi kapal yang mengalami
kerusakan berat. Proses-proses dalam reparasi berat diantaranya adalah: penggantian lunas, gading-gading, papan lambung kapal, linggi haluan, dan linggi
buritan Natapraja 2010.
Reparasi ringan Reparasi berat
Ya
Tidak
Sumber : Natapraja 2010 Gambar 4 Alur kegiatan reparasi
Persiapan
Pemeriksaan
Pembersihan
Pendempulan
Pengecatan Pembakaran
Pemakalan Pembersihan
Penggantian kayu yang rusak berat
pecah, retak, lapuk
Pembakaran
Pendempulan
Pengecatan Pemakalan
Selesai kapal siap diturunkan
Proses Laminasi
Pendempulan Pelapisan
Fiber
Pada aktivitas reparasi mulai dari penaikkan kapal, penyekrapan, pengecatan dan penurunan kapal dikerjakan oleh tenaga kerja yang berasal dari galangan kapal
KPNDP. Untuk aktivitas lainnya seperti kerusakan kapal, dikerjakan oleh tenaga kerja yang berasal dari luar galangan kapal KPNDP. Tenaga kerja ini biasanya
dibawa oleh pemilik kapal. Berdasarkan pengamatan pada ketiga galangan kapal lainnya, galangan
kapal KPNDP termasuk ke dalam galangan kapal yang ramai dikunjungi oleh para pemilik kapal. Hal ini, ditunjang dengan fasilitas-fasilitas serta luasnya tempat
yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP. Perbedaan tersebut dapat disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Galangan kapal yang berada dilingkungan UPT BTPI
Nama galangan Kapasitas
Fasilitas yang dimiliki Jumlah
slipway
KPNDP 10 kapal
Slipway, kantor, mess karyawan, gudang
8 buah UPT BTPI
6 kapal Slipway, kantor las dan
bongkar pasang mesin, bengkel bubut
3 buah FMS
6 kapal Slipway, kantor
4 buah KTU
5 kapal Slipway, kantor,
bongkar pasang mesin, bengkel las, bubut
4 buah
Galangan kapal KPNDP mampu menaikkan kapal dengan bobot maksimal sebesar 200 GT Berdasarkan jumlah slipway yang dimiliki, jumlah kapal yang
dapat ditampung di galangan ini sebanyak sepuluh kapal. Fasilitas lain yang dimiliki oleh galangan ini selain slipway yaitu kantor, gudang, mess karyawan dan
peralatan-peralatan penunjang reparasi kapal. Jumlah slipway yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP sebanyak delapan buah. Saat ini, dari delapan buah
slipway hanya tujuh buah yang aktif digunakan. Hal ini dikarenakan satu buah slipway sedang dalam proses peninggian landasan tarik. Pada tahun 2007 telah
dilakukan peninggian landasan tarik untuk ke tujuh slipway untuk mempermudah proses penarikan dan penurunan kapal.
Setiap satu jalur slipway memiliki panjang rata-rata sebesar 90 meter. Jumlah tenaga kerja di galangan kapal KPNDP lebih banyak dibandingkan
galangan kapal lainnya. Galangan kapal KPNDP memiliki jumlah tenaga kerja langsung sebanyak 15 orang, sedangkan di galangan kapal lainnya paling banyak
hanya 6 orang. Luasnya lahan yang dimiliki galangan kapal KPNDP serta kondisi landasan tarik yang lebih baik dibandingkan galangan kapal lainnya,
membuat para pemilik kapal lebih tertarik untuk mereparasi kapalnya di galangan kapal KPNDP.
Peralatan-peralatan lain untuk menunjang kegiatan reparasi terdiri atas peralatan manual, mekanik, dan elektrik. Peralatan yang digunakan secara
mekanik dan elektrik akan mempermudah para pekerja untuk melakukan kegiatan reparasi. Peralatan yang dimiliki oleh galangan kapal KPNDP Lampiran 3 serta
kegunannya, disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Peralatan yang dimiliki di galangan kapal KPNDP
No. Peralatan yang dimiliki
Jenis peralatan Kegunaan
1. Mesin penarik
Mekanik A
2. Mesin las
Mekanik B
3. Mesin adukan semen
Mekanik B
4. Kompresor
Mekanik A
5. Rantai
Mekanik A
6. Lori
Mekanik A
7. Lopper
Mekanik A
8. Sling
Mekanik A
9. Sekrap
Manual B
Ket : A = penarikanpenurunan kapal B = reparasi kapal
Berdasarkan Tabel 4 di atas, peralatan yang dimiliki galangan kapal KPNDP lebih banyak peralatan yang dioperasikan secara mekanik. Peralatan yang
dimiliki galangan kapal KPNDP lebih banyak untuk kegiatan penaikkan dan penurunan kapal. Peralatan yang dioperasikan secara mekanik tidak
membutuhkan suatu keahlian khusus sehingga semua para pekerja dapat menggoperasikannya secara bergantian. Peralatan lain seperti gerinda mesin,
gergaji mesin, bor listrik dan dongkrak hidrolik merupakan peralatan yang dioperasikan secara elektrik, hanya saja peralatan tersebut dibawa langsung oleh
pemilik kapal yang akan mereparasi. Sama halnya dengan peralatan elektrik, peralatan manual lainnya seperti pahat, palu, meteran, kapak, kuas cat, gergaji,
pahat besi, dan linggis dibawa langsung juga oleh pemilik kapal yang akan mereparasi.
Perawatan fasilitas dan peralatan yang ada, harus dilakukan secara rutin untuk menghindari kerusakan pada alat. Perawatan tersebut berbeda untuk setiap
alat. Perawatan untuk alat yang digunakan secara manual dapat dilakukan dengan
cara membersihkannya setiap selesai menggunakan. Perawatan rutin setiap bulan dilakukan untuk alat-alat yang digunakan secara mekanik. Perawatannya seperti
dengan memberikan oli, atau mengganti bagian-bagian yang telah rusak. Galangan kapal KPNDP memiliki gudang sebagai tempat penyimpanan
peralatan-peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk reparasi. Selain itu, galangan kapal KPNDP juga memberikan fasilitas untuk para karyawannya, yaitu
mess karyawan. Mess karyawan ini digunakan untuk para karyawan galangan kapal KPNDP yang berasal dari daerah luar Jakarta atau yang jauh dari rumah
asal. Layout galangan kapal disajikan pada Gambar 5.
Keterangan gambar: 1. Rumah mesin
9. Pelataran dok 2. Mesin penarik
10 . Kolam galangan 3. Tali sling untuk menarik lori
11. Tembok pembatas galangan 4. Landasan tarik slipway
12. Gudang 5. Lori
13. Mess karyawan 6. Rantai penghubung lori
Patok loper 7. Bantalan kapal
Loper pengatur sling 8. Kapal di atas lori
Sumber : Galangan Kapal KPNDP Muara Angke, 2010
Gambar 5 Layout galangan kapal KPNDP Muara Angke
4.1 Produksi Galangan