Bentuk dan susunan dari pengukuran produktivitas model OMAX berupa matrix, yang terdiri dari :
1 Kriteria Produktivitas. Menyatakan kegiatan dan faktor-faktor yang akan diukur produktivitasnya,
dinyatakan dengan ratio dari produktivitas yang diukur. 2 Performancenilai pencapaian.
Setelah dilakukan pengukuran maka kita dapat mengetahui tingkat produktivitas perusahaan tersebut. Hasilnya ini yang akan dicantumkan pada
baris performance untuk kriteria yang diukur. 3 Butir-butir matrix
Terdapat dalam badan matrix yang disusun oleh besaran-besaran pencapaian mulai dari tingkat 0 hasil yang terjelek smpai dengan tingkat 10 hasil yang
terbaik. Pengukuran dimulai dari tingkat normal yaitu tingkat 3. 4 Skor score
Hasil dari pengukuran performance yang diubah ke dalam skor yang sesuai. 5 Bobot weight
Setiap kriteria yang diukur mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat produktivitas perusahaan. Kriteria yang akan diberi bobot berdasarkan
derajat kepentingannya. Total dari bobot bisa bernilai 100 atau 100 atau 1. 6 Nilai value
Nilai merupakan hasil prkalian dari skor pada kriteria tertentu dengan bobot kriteria tersebut.
7 Performance indicator
Merupakan jumlah nilai 6 dari semua kriteria pengukuran yang dilakukan.
2.2.3 Penyusunan matrix
Menurut Mahendra 2007, penyusunan dan pelaksanaan matrik ini merupakan suatu proses yang jelas dan langsung yang membutuhkan sedikit
keahlian. 1 Menentukan kriteria produktivitas
Langkah pertama ini adalah mengidentifikasikan kriteria produktivitas yang sesuai bagi unit kerja dimana pengukuran ini akan dilaksanakan. Kriteria ini
harus menyatakan kondisi atau kegiatan yang mendukung produktivitas unit kerja yang diukur dan dapat dikontrol oleh unit kerja tersebut. Kriteria ini
menyatakan ukuran efisiensi dari input, efektivitas dari output dan ukuran –
ukuran lainnya inferensial yang secara tidak langsung mendukung proses kegiatan unjuk kerja yang akan diukur. Supaya efektif, kriteria ini harus
sudah dimengerti, mudah diukur, administrasinya dilakukan secara baik dan dapat diterima. Selanjutnya, kriteria ini sebaiknya berdiri sendiri tidak saling
bergantung satu sama lain dan merupakan faktor –faktor yang terukur.
2 Menjelaskan data Setelah seluruh kriteria dapat diidentifikasikan dengan baik, langkah
berikutnya adalah mendefinisikan kriteria tersebut secara terperinci. Tiap –tiap
kriteria memerlukan penjelasan lebih lanjut, misalnya tingkat ketidakhadiran, harus dijelaskan rasio
–rasio yang membentuk kriteria ini. Demikian juga, sumber daya untuk setiap pengukuran tertentu harus pula diidentifikasikan
dengan jelas, laporan yang akurat, orang –orang yang bertanggung jawab dan
terlibat, atau sumber daya lain, untuk setiap bilangan dalam perhitungan matrik harus dispesifikasikan dengan baik.
3 Penilaian pencapaian mula –mula
Setelah menentukan kriteria yang akan diukur, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan pengumpulan data dari tiap
–tiap kriteria. Langkah berikutnya mengolah data tersebut sehingga layak untuk digunakan. Data pencapaian
mula-mula diperoleh dengan cara perhitungan rata –rata dari periode data yang
ditentukan. Pencapaian mula –mula diletakkan pada skor 3 dari skala 0 sampai
10 untuk memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan dari pada untuk terjadinya penurunan. Pencapaian ini juga biasanya tidak diletakkan pada
tingkat yang lebih rendah lagi agar memberikan kemungkinan terjadinya pertukaran dan memberikan kelonggaran apabila sekali
–kali terjadi kemunduran.
4 Menetapkan sasaran skor 10 Apabila skala skor 3 merupakan pencapaian mula
–mula, maka skor 10 merupakan pencapaian yang akan kita tuju nantinya. Skala skor 10 ini
berkenaan dengan sasaran –sasaran yang ingin dicapai dalam waktu
mendatang, dan karenanya harus berkesan optimis. Sasaran yang diambil harus merupakan gambaran yang realistis dan diperhitungkan pula faktor
– faktor yang realistis. Hali ini dikarenakan beberapa waktu mendatang telah
terjadi perubahan atau kemungkinan telah ada peralatan baru. 5 Menetapkan sasaran jangka pendek
Pengisian skala skor yang tersisa lainnya dari matrik dapat dilakukan langsung setelah butir skala skor 0, skor 3 dan skor 10 telah ditetapkan. Butir
–butir yang tersisa yaitu skor 1, 2, 4 sampai dengan 9 merupakan suatu sasaran
antara intermediate sebelum tingkat pencapaian akhir dipenuhi. Biasanya skala linier digunakan untuk pengisian antara pencapaian saat ini dengan
sasaran yang ingin dicapai pada setiap kriteria produktivitas. Oleh sebab itu, jarak bilangan dari setiap tingkat skor 3 ke skor 0 juga dilakukan seperti
pengskoran di atas. Jadi tidak ada syarat yang baku mengenai hal ini dan tergantung pada kesepakatan saja, karena pokok perhatian mengenai struktur
skala ini adalah seberapa baik pengskoran ini dimengerti oleh orang –orang
yang unjuk kerjanya diukur. Dengan demikian, ada sebelas tingkat pencapaian untuk setiap kriteria. Satu kriteria menempati satu kolom dari atas
ke bawah dari badan matrik. Penempatan dari hasil yang diharapkan pada setiap tingkat merupakan bagian yang penting dari pengskalaan, karena hasil
– hasil tersebut membentuk suatu rintangan khusus yang harus di atasi untuk
maju dari satu sasaran jangka pendek ke sasaran jangka pendek berikutnya. 6 Menentukan derajat kepentingan
Semua kriteria tidaklah mempunyai pengaruh yang sama pada produktivitas unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat
kepentingannya tiap kriteria diberi bobot. Pembobotan memberikan suatu kesempatan untuk memberikan perhatian secara langsung pada kegiatan
– kegiatan yang berpotensi besar bagi peningkatan produktivitas. Pembobotan
biasanya dilakukan oleh manajer atau dewan produksi yang dimiliki galangan. Total pembobotan untuk semua kriteria harus sama dengan 100 . Bila
pembobotan telah selesai, maka matrik ini secara teknis dapat digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas dan dapat diketahui bagaimana cara
meningkatkan produktivitas.
2.2.4 Pengoperasian matrix