Penilaian Faktor Rentabilitas Earnings

Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor kualitas asset pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004, standar untuk rasio NPA didapatkan sebagai berikut : Peringkat 1 : Perkembangan rasio sangat rendah. Peringkat 2 : Perkembangan rasio rendah. Peringkat 3 : Perkembangan rasio moderat atau rasio berkisar antara 5 persen sampai dengan 8 persen. Peringkat 4 : Perkembangan rasio cukup tinggi. Peringkat 5 : Perkembangan rasio tinggi.

3.4.3. Penilaian Faktor Rentabilitas Earnings

Empat rasio yang digunakan sebagai acuan penilaian faktor Rentabilitas Earnings adalah rasio ROA, ROE, NIM dan BOPO. Faktor Rentabilitas merupakan faktor yang menentukan laba yang diperoleh oleh bank. 1. Return On Assets ROA Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rasio ROA dirumuskan berdasarkan SE BI No.330DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut : Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004, standar untuk rasio ROA adalah sebagai berikut : Peringkat 1 : Perolehan laba sangat tinggi. Peringkat 2 : Perolehan laba tinggi. Peringkat 3 : Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROA berkisar antara 0,5 persen sampai dengan 1,25 persen. ROA = Laba Sebelum Pajak : Rata-rata Total Aset x 100 …………….3 Peringkat 4 : Perolehan laba bank rendah atau cenderung mengalami kerugian ROA mengarah negatif Peringkat 5 : Bank mengalami kerugian yang besar ROA negatif 2. Return On Equity ROE ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ROE banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Dengan demikian, rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Berdasarkan SE BI No.330DPNP tanggal 14 Desember 2011, rumus ROE didapatkan sebagai berikut : Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio ROE sebagai berikut : Peringkat 1 : Perolehan laba sangat tinggi. Peringkat 2 : Perolehan laba tinggi. Peringkat 3 : Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROE berkisar antara 5 persen sampai dengan 12,5 persen. Peringkat 4 : Perolehan laba bank rendah atau cenderung mengalami kerugian ROE mengarah negatif. Peringkat 5 : Bank mengalami kerugian yang besar ROE negatif 3. Net Interest Margin NIM Net Interest Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola Aktiva Produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka semakin ROE = Laba Setelah Pajak : Rata-rata Ekuitas x 100 ………………4 meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil Hariani Iswi, 2010. Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.330DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonseia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk NIM sebagai berikut : Peringkat 1 : Marjin bunga bersih sangat tinggi. Peringkat 2 : Marjin bunga bersih tinggi. Peringkat 3 : Marjin bunga besih, atau rasio NIM berkisar antara 1,5 persen sampai dengan 2 persen. Peringkat 4 : Marjin bunga bersih rendah mengarah negatif. Peringkat 5 : Marjin bunga bersih sangat rendah atau negatif. 4. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional BOPO BOPO adalah rasio efisiensi. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.330DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut : Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio BOPO sebagai berikut : Peringkat 1 : Tingkat efisiensi sangat baik. Peringkat 2 : Tingkat Efisiensi baik. NIM = Pendapatan Bunga Bersih : Aktiva Produktif x 100 ………… 5 BOPO = Biaya Operasioanal : Pendapatan Operasional x 100 ………6 Peringkat 3 : Tingkat efisiensi cukup baik atau rasio BOPO berkisar antara 94 persen sampai dengan 96 persen. Peringkat 4 : Tingkat efisiensi buruk. Peringkat 5 : Tingkat efisiensi sangat buruk.

3.4.4. Penilaian Faktor Likuiditas Liquidity