Muti’ah Azzahra, 2014 Dimensi kreativitas Four P’s anak usia 12-14 tahun Di SKACI Sekolah Komputer Aku Cinta
Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
rumah nenek subjek yang dekat dengan sekolah sambil menunggu kegiatan les hingga sore hari.
Menurut orang tua subjek, subjek merupakan anak ADHD Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Subjek termasuk anak yang berkebutuhan
khusus, Hal ini terlihat sejak subjek kecil, dan sebelumnya orang tua subjek tidak mengetahui bahwa anaknya mengalami ADHD. Subjek sangat aktif
melakukan kegiatan, kegiatan yang cukup padat setiap harinya membuat subjek melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi diri subjek.
Subjek yang lahir sekitar 12 tahun yang lalu menyukai gadget dari sejak kecil. Subjek senang sekali mengotak atik gadget, baik itu telepon
seluler, komputer ataupun laptop. Sejak pertama kali orang tua subjek memberikan telepon seluler kepada subjek, subjek langsung bisa mengotak-
atik telepon seluler tersebut. Ketertarikan subjek pada gadget ini, membuat subjek tertarik untuk bermain game, terutama game online sehingga subjek
menjadi konsumtif pada produk IT tersebut. Sejak SMP kelas tujuh, subjek pernah mengikuti kegiatan robotik d
sekolahnya, namun karena biaya yang mahal untuk pembelian alat membuat karya robotik, akhirnya orang tua subjek mencari alternatif lain yang bisa
menyalurkan minat subjek terhadap teknologi gadget, sehingga subjek bisa aktif dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi subjek
kedepannya. Orang tua subjek kemudian memberhentikan kegiatan robotik dan
secara tidak sengaja melihat tayangan SKACI di televisi. Kebetulan tempat SKACI berada di sekitar kota Bandung, akhirnya orang tua subjek
mendaftarkan subjek ke SKACI. Subjekpun sudah mengikuti kegiatan SKACI kurang lebih 18 bulan. Subjek sangat senang belajar di SKACI,
karena suasana belajar yang menyenangkan dan bisa bermain game di sela- sela belajarnya. Karena kegiatan sekolah subjek yang padat, subjek saat ini
Muti’ah Azzahra, 2014 Dimensi kreativitas Four P’s anak usia 12-14 tahun Di SKACI Sekolah Komputer Aku Cinta
Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
mengikuti SKACI online di rumah. Sehingga materi di SKACI masih tetap bisa subjek ikuti lewat internet.
d. Hasil Observasi Subjek BA
Peneliti mendapat nomor kontak orang tua subjek dari pihak SKACI. Subjek disarankan oleh SKACI untuk menjadi subjek penelitian, karena
memenuhi kriteria yang peneliti ajukan untuk menjadi subjek dalam penelitian kreativitas. Peneliti menghubungi orang tua subjek dan membuat
janji untuk bertemu. Kemudian orang tua subjek mengizinkan dan akan bertemu pada hari Sabtu tanggal 21 September 2013 di sekolah subjek
daerah Antapani. Pada hari pertama, peneliti datang ke sekolah subjek pada jam 11.00
WIB sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama orang tua subjek. Sesampainya di sekolah peneliti bertanya kepada petugas administrasi yang
berjaga di kantor tentang keberadaan subjek yang bersekolah disana. Setelah itu peneliti menelpon bunda subjek dan kemudian bertemu di dalam kantin
sekolah. Bunda subjek baru saja menjemput adik subjek dari sekolahnya. Peneliti baru pertama kali bertemu dengan bunda subjek, saat itu peneliti
memperkenalkan diri dan menjelaskan kembali maksud dan tujuan peneliti bertemu dengan keluarga subjek untuk menjadi subjek dalam penelitian
tugas akhir peneliti. Karena pada saat itu subjek sedang mengikuti les, jadi peneliti tidak bertemu dengan subjek, hanya bertemu dengan bunda dan adik
subjek saja. Bunda subjek kemudian mengizinkan peneliti untuk melakukan
penelitian kepada putranya. Pada pertemuan awal ini, Bunda subjek langsung terbuka dan menceritakan tentang keberadaan subjek yang
mengalami ADHD, dan kemudian berbincang-bincang tentang kegemaran subjek dan aktivitas subjek setiap harinya.
Muti’ah Azzahra, 2014 Dimensi kreativitas Four P’s anak usia 12-14 tahun Di SKACI Sekolah Komputer Aku Cinta
Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Setelah mendapat gambaran tentang subjek, peneliti meminta jadwal kegiatan subjek agar dapat bertemu dengan subjek di pertemuan berikutnya.
Kemudian Bunda subjekpun mengatur jadwal bertemu untuk pertemuan selanjutnya yang disesuaikan dengan kegiatan subjek. Karena sekolah
subjek sedang direnovasi, proses wawancara hari itu sedikit terganggu dengan suara-suara mesin yang menyala di dalam sekolah.
Pertemuan selanjutnya diadakan seminggu kemudian ditempat yang sama yaitu di kantin sekolah subjek pada pukul 11.00 WIB setelah subjek
pulang sekolah. Peneliti datang terlebih dahulu sebelum orang tua subjek dan subjek datang. Sekitar 5 menit peneliti menunggu dan sebelumnya
peneliti menghubungi orang tua subjek untuk memberitahukan bahwa peneliti sudah sampai di kantin sekolah. Bunda subjekpun datang
menghampiri peneliti, yangs saat itu tidak ditemani oleh subjek, karena subjek masih berada di kelasnya.
Bunda subjekpun akhirnya menghubungi subjek, karena seharusnya pada jam tersebut subjek sudah keluar dari kelasnya. Beberapa menit
kemudian, subjek datang dan peneliti langsung menyapa subjek dengan berjabat tangan dan memperkenalkan diri. Subjekpun menyapa dan bertanya
kepada peneliti, yang sepertinya subjek sudah diberitahu oleh orang tua subjek tentang keberadaan peneliti.
Subjek termasuk anak yang ramah dan menurut orang tuanya subjek sedikit pemalu terhadap orang yang baru dikenalnya. Akan tetapi pada saat
pertemuan berlangsung subjek sudah terlihat akrab dan nyaman dengan peneliti. Seperti yang diungkapkan bunda subjek kepada peneliti, karena
tidak biasanya subjek bisa seperti itu kepada orang yang baru dikenalnya. Pada saat proses wawancara berlangsung, subjek menjawab pertanyaan
yang peneliti ajukan dengan ucapan terbata-bata dan kalimat yang sangat baku. Subjek terkadang butuh waktu cukup lama dalam merespon