Implimentasi Penerbitan Sukuk Dalam APBN

D. Implimentasi Penerbitan Sukuk Dalam APBN

Sejauh ini, penerintah Indonesia telah menuai keberhasilan dalam penerbitan SBSN dan mendapatkan dana yang tinggi dari sejumlah investor. Realisasi penerbitan SBSN sampai dengan Mei 2010 mencapai Rp. 35,1 Triliun 74 , bukan nominal yang sedikit untuk kategori pemenuhan kebutuhan pembiayaan bagi negara Indoensia dalam kurun waktu 2 tahun. Di Indonesia kehadiran SBSN sangat strategis mengingat pesatnya perkembangan pasar syariah dalam negeri kini menjadi salah satu pilar pengautan ekonomi nasional. Dengan disahkannya UU No 19 tahun 2008 tentang SBSN, instrumen di pasar keuanganpun menjadi kian terdiversifikasi. Terlebih lagi setiap produk dalam negeri yang dikeluarkan berdasarkan prinsip syariah selalu di awali dengan fatwa DSN-MUI untuk menjamin kehalalannya. Sampai saat ini, pemerintah menempatkan sukuk sebagai salah satu instrumen untuk mengelola Keuangan Negara dan sumber pemenuhan kebutuhan defisit anggaran. Dibanding dengan Surat Utang Negara SUN, struktur investasi sukuk dan tingkat transparansinya yang lebih pasti, hal ini tercermin dari adanya kewajiban negara dalam menyediakan asset sebelum melakukan proses penerbitan SBSN, penghitungan tingkat pengembalian dan kepastian proyek-proyek yang dibiayai. 74 Agus P. Laksono. “Sukuk Negara SBSN: Instruemn Investasi Pembiayaan dan Investasi Berbasis Syariah”. Makalah disampaikan dalam ‘Sukuk Goes To Campus’ yang diselenggarakan Ditjen Pengelolaan Utang Bekerja Sama Dengan Universitas Trisakti, Jakarta 7 Mei 2010, h. 32 Meski demikian, implimentasi sukuk bukan tidak memiliki kelemahan. Secara nyata, sukuk bisa menjadi solusi pebiayaan yang adil, jauh dari syubhat, maisir, dan gharar. Khairunnisa Musari, Mahasiswa S3 dari Prodi Ekonomi Islam dari Unair menyatakan, bahwa sekalipun penerbitan sukuk sudah sesuai dengan konteks syariah, akan tetapi implimentasi sukuk dalam konteks ke- Indonesiaan masih cukup rentan. Menurutnya, jika melihat pada tata kelola fiskal dalam perspektif islam, kondisi dan paradigm tata kelola fiskal di Indonesia sudah banyak terjadi ketidaktepatan dan ketidakbenaran. 75 Kebijakan defisit anggaran harusnya menjadi kebijakan yang dihindari. Defisit anggaran menunjukkan sebuah perilaku “besar pasak dari pada tiang”. Ekonomi Islam menuntun agar belanja anggaran disesuaikan dengan besarnya penerimaan dan bukan mencari-cari sumber penerimaan untuk menutupi defisit. Dalam Undang-Undang SBSN Pasal 4 menyatakan bahwa penerbitan sukuk untuk membiayai APBN termasuk membiayai pembangunan proyek, dalam penjelasan UU SBSN di jelaskan bahwa pembangunan proyek yang dimaksud adalah sektor-sektor yang produktif. Sehingga hakikat sukuk itu 75 Khairunnisa Musari. “Rentannya Implimentasi Sukuk di Indonesia”. Artikel di akses pada tanggal 31 Maret 2010 dari http: khairunnisamusari .blogspot.com200809rentannya-implementasi-sukuk-di.html benar-benar untuk pembiayaan pada sektor riil, bukan hanya untuk menabal defisit. Dalam konteks ekonomi islam, pemerataan tingkat ekonomi menjadi saran utama bagi masyarakat dalam suatu negara. Jika orienasi penerbitan SBSN di upayakan untuk mendorong pertumbuhan pada sektor riil, upaya ini dapat menstimulasi tingkat pemerataan dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga sukuk negara bisa dijadikan sebagai gerbang investasi di sektor riil, termasuk dalam pembangunan infrastruktur, transportasi dan pembangunan industri yang dapat memberikan peluang terciptanya lapangan baru dengan mengoptimalkan pemanfaatan Sumber Daya Alam yang dimiliki Indonesia. 76

E. Potensi Dana Sukuk SBSN Untuk Membiayai APBN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Lain – Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Desentralisasi Fiskal Sebagai Variabel Moderating di Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Utara.

3 59 139

Analisis Dampak Penggunaan Dana Bantuan Program Optimasi Lahan Dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

1 44 163

Desentralisasi fiskal dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi Yogyakarta

1 12 14

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dengan Belanja K

0 4 16

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal (Studi Empiris Pada Kabupate

0 2 14

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal (Studi Empiris Pada Kabu

0 5 25

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Belanja P

1 6 15

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan Belanja P

0 7 18

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengaloka

0 3 22

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengaloka

0 5 15