BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis keuangan yang melanda Amerika Serikat memberikan pengaruh yang signifikan pada pasar modal diberbagai negara di dunia, tidak sedikit
indeks harga saham yang jatuh dan mengalami kemerosotan akibat krisis financial global.
Akibatnya, Pasar modal London mencatat rekor kejatuhan terburuk dalam sehari yang mencapai penurunan 8. Sedangkan Jerman dan Prancis
masing-masing ditampar dengan kejatuhan pasar modal sebesar 7 dan 9. Pasar modal emerging market seperti Rusia, Argentina dan Brazil juga
mengalami keterpurukan yang sangat buruk yaitu 15, 11 dan 15. Bursa saham China anjlok 57, India 52, Indonesia 41, dan zona Eropa 37.
1
Dari realitas yang terjadi pada krisis financial yang terjadi pada Amerika dan membawa akibat yang buruk bagi negara-negara di dunia, telah
memberikan gambaran bahkan bukti tentang keburukan yang sebenarnya dari sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan pada perekonomian dunia.
Hilangnya kepercayaan dari kegagalan sistem ekonomi kapitalis ini membuat para intelektual muslim di Indonesia harus melihat kembali
pemikiran-pemikiran dari para pakar ekonomi islam salah satunya seperti Ibnu
1
Anjrah Lelono Broto. Kapitalisme Dan Sukuk. Artikel diakses pada tanggal 29 januari 2010 dari
http:ib-bloggercompetition.kompasiana.com20090708kapitalisme-dan- sukuk
Taimiyah, yang pembahasannya lebih menekankan pada karakter religius dan tujuan dari sebuah pemerintahan : “Tujuan terbesar dari negara adalah
mengajak penduduknya melaksanakan kebaikan dan mencegah mereka berbuat mungkar”.
2
Hingga akhirnya para ahli ekonomi dunia melirik sistem yang ditawarkan dalam ekonomi islam yang konsepnya lebih kepada
membawa keadilan dan kemaslahatan umat. Kebijakan pemerintah untuk menambah pendapatan negara salah
satunya adalah dengan melakukan pinjaman yang diperoleh dari dalam negeri atau luar negeri disamping dari penarikan pajak, pendapatan dari Badan Usaha
Milik Negara dan industri dalam negeri, atau dengan dikeluarkannya Surat Berharga Negara SBN. Pinjaman-pinjaman yang berasal dari luar negerilah
yang paling membahayakan eksistensi suatu negara karena tidak pernah lepas dari bunga sebagai return yang timbul dari adanya pinjaman tersebut. Padahal
Islam dengan tegas telah mengharamkan riba.
3
Jika melihat adanya batasan berhutang dalam kacamata ekonomi islam, dan bagaimana upaya pemerintah untuk menambah pemasukan negara
dan memberikan pendanaan bagi program-program proyek produktif dengan dana yang memadai tanpa adanya beban bunga yang harus di tanggung
negara. Maka, pemerintah harus berupaya melihat kemapuan Negara dalam
2
Euis Amalia, M.Ag. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Granada Press, 2007, h.179.
3
4 kali proses turunnya wahyu yang menyatakan larangan bunga dalam islam, 1 ar Rum: 39, 2 an Nisa: 160-161, 3 Ali Imran: 130-132, 4 al Baqarah: 278-279
memberikan pembiayaan sebelum mengeluarkan uang. Agar terhindar dari beban bunga yang akan membawa kepada kesusahan bagi negara itu sendiri.
Cross border transaction atau transaksi keuangan antar negara sudah mulai marak dibicarakan dan tampaknya merupakan suatu transaksi keuangan
syariah yang ideal untuk dilakukan guna menjaring dan menyerap dana dari Negara-negara di Timur Tengah atau Gulf Corporation Council GCC.
Negara-negara GCC adalah negara-negara kaya penghasil minyak di kawasan Timur Tengah. Salah satu transaksi cross border yang ideal adalah
dengan menerbitkan global sukuk.
4
Dengan merujuk kepada besarnya pembayaran utang dan beban bunga utang yang sangat besar telah mereduksi alokasi anggaran belanja
pembangunan yang seharusnya menjadi prioritas. Sebagai contoh, anggaran negara pada tahun 2004 dari Rp 343,9 triliun, alokasi untuk anggaran belanja
pembangunan hanya 68,1 triliun rupiah, masih lebih kecil dari pada anggaran untuk pembayaran “bunga utang” sebesar 68,5 triliun rupiah. Sebagaimana
telah diketahui bahwa setiap tahunnya negara menanggung pembayaran beban utang baik pokok dan bunganya hampir mencapai 30 persen dari total APBN.
5
Dengan melihat besarnya prosentase pembayaran bunga dalam anggaran
4
Nibra Hosen. Dampak Global Penerbitan Sukuk Pada Perkembangan Ekonomi Syariah. Artikel diakses pada tanggal 23 Maret 2009 dari
http:www.pkesinteraktif.comsukuk dan persyaratan investor
5
Sigit Pramono, dkk. Obligasi Syariah Sukuk Untuk Pembiayaan Infrastruktur: Tantangan Dan Inisiatif Strategis. Artikel diases pada tanggal 16 November 2009 dari
http:konsultasi muamalat.wordpress.com20080311
APBN telah menjelaskan pada kita betapa beratnya terbebani utang luar negeri.
Penerbitan sukuk negara SBSN yang ditawarkan pada tahun 2008 ini diharapkan dapat mengakhiri ketergantungan pembiayaan dengan basis
hutang yang menghasilkan beban bunga, serta mampu mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di bidang pengembangan infrastruktur serta
fasilitas umum yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat, seperti jalan raya, jembatan, pertamanan, gedung kantor, rumah sakit, dan
sebagainya. Sukuk memang diakui sebagai instrumen keuangan publik yang
disarankan dalam ekonomi islam. Sukuk berperan besar dalam menyeimbangkan kekayaan yang terdapat dalam neraca keuangan pemerintah,
otoritas moneter, perusahaan, bank dan lembaga keuangan serta berbagai bentuk entitas lain yang memobilisasi masyarakat.
6
Keputusan Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI nomor B-273DSN-
MUIVIII2009 per tanggal 10 Agustus 2009 menjadi acuan bahwa sukuk telah memenuhi prinsip syariah.
7
Sekalipun SBSN perdana yang dikeluarkan pada tanggal 26 Agustus 2008 belum mampu menarik minat investor asing, namun total permintaan
oleh investor dalam negeri mencapai Rp.7,1 triliun atau oversubscribed
6
Khairunnisa Musari.“Sukuk Untuk Fiskal Sustainability”. Majalah Sharing, Edisi 35 Thn IV November,2009: h. 22
7
ibid
sebesar 1,6 kali dengan target indikatif Rp.5 triliun dan pemerintah berhasil menerbitkan sukuk senilai Rp. 4,699 triliun.
8
Hasil ini ditujukkan untuk membiayai APBN termasuk membiayai pembangunan proyek. Belum lagi
penjualan Sukuk Ritel SR perdana pada tanggal 20 Februari 2008 yang penjualannya lebih dulu dari SBSN, telah mampu menyerap permintaan
hingga Rp.5,556 triliun. Suatu kesuksesan yang harus diakui bahwa Indonesia juga bisa
mensiasati penerimaan negara tanpa bunga melalui penerbitan instrumen sukuk. Sekalipun telah menuai keberhasilan, namun dalam penerbitan sukuk
ini mendapati kritikan tentang perlunya transparansi dari pemerintah dalam menjelaskan untuk kegunaan apa saja sukuk yang diterbitkan tersebut. Pakar
Ekonomi Syariah dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustianto MA, mengungkapkan bahwa pemerintah harus menjelaskan penggunaan dana
sukuk, karena dana sukuk diperoleh dana investor dan masyarakat, maka penggunaannya harus lebih kepada sektor produktif.
9
Konsep keuangan publik dalam islam adalah amanah yang harus diemban. Saat ini penggunaan dana sukuk memang digunakan untuk menutup
defisit APBN, karena untuk menutupi defisit ini sehingga jika sudah masuk anggaran maka dana sukuk akan tercampur menjadi satu dengan dana-dana
8
“Seri IFR 001 dan 002: Belum Mampu Menarik Asing Dan Konvensional”. Majalah Sharing, Edisi 34 Thn IV Oktober,2009: h.37
9
“Penggunaan Dana Sukuk Harus Syariah”. Majalah Sharing, Edisi 35 Thn IV November 2009: h. 24
lain yang diperoleh diluar sukuk. Sehingga, peruntukkan dana sukuk itu tidak jelas alokasinya untuk menutupi defisit dibagian yang bisa dijelaskan secara
detail. Padahal, dalam Undang-Undang SBSN Bab III pasal 4 menyebutkan
bahwa tujuan penerbitan SBSN adalah untuk membiayai APBN yang termasuk juga membiayai pembangunan proyek.
10
Pembangunan proyek disini dijelaskan dalam penjelasan UU SBSN yaitu membiayai pembangunan
proyek-proyek yang telah mendapatkan alokasi dalam APBN, termasuk didalamnya proyek infrastruktur dalam sektor energi, telekomunikasi,
perhubungan, pertanian, industri manufaktur, dan perumahan rakyat. Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana mekanisme pengelolaan dana sukuk yang dalam APBN, sehingga penulis tertarik untuk mengambil
judul “TINJAUAN EKONOMI ISLAM TERHADAP ALOKASI DANA SUKUK DALAM APBN”
B. Batasan dan Rumusan Masalah