Sehingga akan terlihat konsep dasarnya bahwa obligasi konvensional terletak pada penetapan bunga yang besarnya sudah ditentukan diawal
transaksi, sedangkan pada obligasi syariah yang ditentukan adalah besaranya porsi pembagian hasil apabila emiten mendapatkan keuntungan dimasa yang
akan datang. Akan tetapi hal ini sesuai dengan akad obligasi yang dikeluarkan emiten, dalam artian bahwa pemegang obligasi tidak selalu mendapatkan
imbalan berupa bagi hasil, akan tetapi bisa berupa margin atau fee sesuai dengan akad dalam obligasi yang digunakan yang mana semua itu akan
dijelaskan pada sub bab berikutnya.
2. Jenis-Jenis Sukuk dan Perbedaannya Dengan Obligasi Konvensional
a. Jenis-Jenis Sukuk
1 Sukuk Mudharabah
Mudharabah
49
adalah akad yang telah dikenal sejak jaman Rasulullah bahkan sebelum itu. Praktik mudharabah ini adalah
termasuk akad yang digunakan Rasulullah dalam berdagang
50
pada saat ia membawa barang dagang Khadijah ke Syam untuk di
49
Mudharabah disebut juga Qiradh atau Muqaridh. Makna keduanya sama. Mudharabah adalah istilah yang digunakan di Irak, sedangkan isrilah Qiradh digunakan oleh
masyarakat Hijaz.
50
Pada saat itu Rasulullah belum menikah dengan Khadijah.
perdagangkan. Dengan demikian, jika di tinjau dari segi hukum islam maka praktik mudharabah ini dibolehkan.
51
Sedangkan pengertian mudharabah itu sendiri secara bahasa adalah akad kerjasama antara dua orang atau lebih dimana seorang
diantara mereka memiliki modal dan yang lain adalah yang mengelola modal yang ada.
52
Ikatan yang terdapat dalam akad mudharabah pada hakikatnya adalah ikatan penggabungan atau percampuran berupa hubungan
kerjasama antara pemilik usaha dengan pemilik harta, dimana pemilik harta hanya menyediakan dana secara penuh dalam suatu
kegiatan usaha dan tidak berwenang untuk turut campur daam kegiatan usaha tersebut selain hanya melakukan kontrol. Sedangkan
pemilik usaha adalah yang mengelola harta dalam usahanya secara mandiri. Obligasi syariah atau mudharabah bond ini dijual pada
harga nominal pelunasan jatuh temponya dipasar perdana. Adapun ketentuan atau mekanisme obligasi syariah
mudharabah adalah:
53
1. Kontrak atau akad mudharabah dituangkan dalam perjanjian perwalimatan.
51
Adiwarman A Karim, SE. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, h. 204
52
Nasrun Harun, MA. Fiqih Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, h. 175
53
Dr. Muhammad Firdaus, h. 30
2. Rasio atau persentase nisbah bagi hasil dapat ditetapkan berdasarkan komponen pendapatan revenue sharing atau
keuntungan profit sharing. Namun berdasarkan Fatwa No.15DSN-MUIIX2000 bahwa yang lebih maslahat adalah
penggunaan revenue sharing. 3. Nibah bagi hasil dapat ditetapkan secara konstan, meningkat,
ataupun menurun dengan mempertimbangkan proyeksi pendapatan emiten, tetapi sudah ditetapkan diawal kontrak.
4. Pendapatan bagi hasil merupakan jumlah pendapatan yang dibagihasilkan yang menjadi hak dan oleh karenanya harus
dibayarkan oleh emiten kepada pemegang obliges syariah. Bagi hasil yang dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah
pemegang obligasi syariah dengan pendapatankeuntungan yang dibagihasilkan yang jumlahnya tercantum dalam laporan
keuangan konsolidasi emiten. 5. Pembagian hasil pendapatan atau keuntungan dapat dilakukan
scara periodik tahunan, semesteran, kwartalan, maupun bulanan.
6. Karena besarnya pendapatan bagi hasil akan ditentukan oleh kinerja emiten, maka obligasi syariah memberikan indicative
return ternetu.
Jika merujuk pada Fatwa DSN No. 32DSN-MUIIX2002, jelas bahwa obligasi syariah mudharabah memakai akad bagi hasil
pada saat pendapatan emiten telah diketahui dengan jelas. Juga penerapan sistem mudharabah pada obligasi yang cukup sederhana.
Membuat obligasi mudharabah termasuk jenis obligasi yang banyak diminati investor.
Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan struktur obligasi mudharabah, diantaranya:
54
1. Obligasi syariah mudharabah merupakan bentuk pendanaan yang paling sesuai untuk investasi dalam jumlah besar dan
jangka waktu yang relative panjang. 2. Obligasi syariah mudharabah dapat dipergunakan untuk
pendanaan umum general financing, seperti pendanaan modal kerja atatupun capital expenditure.
3. Mudharabah merupakan campuran kerjasama antara modal dan jasa kegiatan usaha, sehingga membuat strukturnya
memungkinkan untuk tidak memerlukan jaminan collateral atas asset yang spesifik. Hal ini berbeda dengan struktur yang
menggunakan dasar akad jual beli yang mensyaratkan jaminan atas asset yang didanai.
54
Umi Karomah Yaumidin, Sukuk sebuah Alternatif Instrumen Investasi, dalam Jusmailani, ed., Investasi syari’ah Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik, cet.I,
Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008, h. 352
4. Kecenderungan regional dan global, dari penggunaan struktur mudharabah dan bai’ bi’tsaman ajil menjadi mudharabah dan
ijarah.
Gambar 2.1 Contoh Skema Sukuk Mudharabah
Modal Keterampilan
Nisabah Nisbah
Pengembalian Modal Pokok
Investor Pemodal Shohibul Mal
Emiten Penerbit
Bagi Hasil Pendapatan
Modal Kegiatan Usaha
1 Sukuk Istishna
55
Istisna adalah perjanjian kontrak untuk barang-barang industri yang memperbolehkan pembayaran tunai dan pengiriman di masa
depan atau pembayaran di masa depan dan pengiriman di masa depan dari barang-barang yang dibuat berdasarkan kontrak tertentu.
Hal ini dapat digunakan untuk menghasikan fasilitas pembiayaan pembuatan atau pembangunan rumah, pabrik, proyek, jembatan,
jalan, dan jalan tol.
55
Prof. Dr H. Abdul Manan, SH, S.IP, M.Hum. “Obligasi Syariah” . Artikel di akses pada tanggal 24 April 2010 dari
http:www.badilag.netdataARTIKELEKONOMI20SYARIAHOBLIGASI20SYARIA H.pdf
2 Sukuk Musyarakah
Yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian akad Musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama
menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan
usaha. Keuntungan ataupun kerugian yang timbul ditanggung bersama dengan jumlah partisipasi modal masing-masing.
3 Sukuk Ijarah
Sukuk ijarah adalah obligasi syariah berdasarkan akad ijarah. Akad ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat
dengan jalan penggantian. Artinya, pemilik harta memberikan hak untuk memanfaatkan objek dengan manfaat tertentu dengan
membayar imbalan kepada pemilik objek. Sedikitnya, ijarah mirip dengan leasing, tetapi tidak sepenuhnya sama. Dalam akad ijarah
disertai dengan adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan.
Sukuk ijarah merupakan sekuritas yang mewakili kepemilikan asset yang keberadaannya jelas dan diketahui, yang melekat pada
suatu kontrak sewa beli leas, sewa dimana pembayaran return
pada pemegang sukuk.
Ada beberapa yang melekat pada ketentuan sukuk ijarah, diantaranya adalah:
1. Objeknya dapat berupa barang harta fisik yang tidak bergerak, bergerak, maupun harta perdagangan dan juga dapat berupa
jasa. 2. Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan
disepakati oleh kedua belah pihak. 3. Ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya harus
dinyatakan secara spesifik. 4. Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya
dalam bentuk imbalan atau sewaupah. 5. Pemakai manfaat penyewa haruslah pemilik mutlak.
Secara teknis sukuk ijarah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
56
: 1. Investor dapat bertindak sebagai penyewa mustajir,
sedangkan emiten dapat bertindak sebagai wakil investor dan Property Owner dapat bertindak sebagai orang yang
menyewakan mu’jir. 2. Selanjutnya setelah investor memperoleh hak sewa, maka
investor menyewakan kembali obyek sewa tersebut kepada emiten. Atas dasar transaksi sewa menyewa tersebut, maka
56
Umi Karomah Yaumidin, hal. 356
terbitlah surat berharga jangka panjang obligasi syari’ah ijarah, di mana emiten wajib membayar pendapatan kepada
investor berupa fee serta membayar kembali dana saat jatuh tempo.
Gambar 2.2 Contoh Mekanisme Penerbitan Sukuk Al Ijarah Muntahiya Bittamlik Sale and Leaseback
Purchase and sales 2 Purchase
4 Perjanjian sewa Undertaking
Agreement Ijarah
1 pembetukan SPV
5 Servicing
Agent Agrement
3 penerbitan sukuk Pemerintah
ObligorPenjual
SPV PenerbitLessor
Pemegang Sukuk Investor
1 SPV dibentuk untuk penerbitan sukuk
2 SPV melakukan perjanjian pembelian dengan pemerintah obligor
untuk membeli aset tertentu seperti tanah, bangunan dan lain-lain Aet SBSN. Dalam waktu yang sama pemerintah membuat Purchase
Undertaking dimana pemerintah menjamin untuk membeli kembali Aset SBSN dari SPV pada saat akhir periode sewa atau apabila terjadi
default.
3 SPV menerbitkan sukuk untuk membiayai pembelian Aset Pool.
4 Pemerintah melakukan perjanjian sewa IjarahLease Agreement
dengan SPV untuk menyewa aset SBSN untuk periode yang sama dengan tenor sukuk yang diterbitkan.
5 SPV melakukan perjanjian keagenan Serving agency agreement
dengan pemerintah dimana pemerintah ditunjuk sebagai agen yang antara lain bertanggung jawab untuk melakukan perawatan dan
perbaikan serta penyediaan asuransi terhadap aset SBSN.
Gambar 2.3 Pembayaran Imbalan
Pemegang Sukuk Investor
SPV Pemerintah
Obligor
1 Obligor membayar sewa Imbalan secara periodik kepada SPV selama
masa sewa. Imbalan dapat bersifat tetap fixed rate ataupun mengambang floating rate.
2 SPV melalui agen yang ditunjuk akan mendistribusikan imbalan kepada
investor. Gambar 2.4 Saat Jatuh Tempo
1 2
SPV Pemegang Sukuk
Investor Pemerintah
Obligor
1 Penjualan kembali aset oleh SPV kepada obligor sebesar nilai nominal
sukuk, pada saat sukuk jatuh tempo. 2
Hasil penjualan aset, digunakan oleh SPV untuk melunasi sukuk kepada investor.
b. Perbedaan Obligasi Syariah Sukuk Dengan Obligasi