serta masyarakat dalam dalam proses kebijakan, penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan.
Selanjutnya Osborne 1996:23-24 mengungkapkan sesuatu yang perlu menjadi pegangan dalam menerapkan prisip-prinsip kewirausahaan bahwa
organisasi bisnis tidak bisa disamakan dengan lembaga pemerintah dan memang terdapat banyak perbedaan satu dengan yang lainnya. Pemerintah tidak dapat
dijalankan seperti sebuah bisnis, tentu saja tidak berarti bahwa pemerintah tidak bisa bergaya wirausaha.
Menurut Dwiyanto 1996 Reinventing Government adalah suatu pemikiran dan gerakan untuk mengembangkan pemerintah yang memiliki jiwa
dan semangat entrepreneurial. Ciri penting dari pemerintah yang entrepreneurial adalah kemampuannya menggunakan resourses yang ada secara efisien, inovatif
dan responsif terhadap kebutuhan masyarakatnya. Pemerintah hanya akan bisa mengembangkan semangat entrepreneurial jika membuang jauh-jauh sifat dan
mental birokratis yang selama ini mengangkanginya. Karakteristik birokrasi pemerintah yang sentralistik, hirarkhis, monopolistik, reaktif dan formalistik harus
diganti dengan desentralistik, organik-adaptif, kompetitif, antisipatif dan partisipatif.
Selanjutnya Osborne dan Gaebler 1996 mengungkapkan bahwa prinsip-prinsip pemerintahan wirausaha yaitu :
1. Pemerintahan Katalis : Mengarahkan ketimbang mengayuh
Pemerintah diibaratkan sebuah perahu, peran pemeritah bisa sebagai pengemudi yang mengarahkan jalannya perahu atau sebagai pendayung yang
Universitas Sumatera Utara
mengayuh untuk membuat perahu bergerak. Pemerintahan yang lebih banyak mengarahkan dan lebih sedikit mengayuh
jelas merupakan pemerintahan yang lebih kuat. Bagaimanapun, mereka yang mengarahkan perahu mempunyai kekuasaan jauh lebih banyak atas tujuannya
ketimbang mengayuh. Pemerintahan yang memfokuskan pada mengarahkan, secara akitif akan
membentuk masyarakat , negara dan bangsanya. Mereka membuat lebih banyak keputusan yang menjadi kebijakan. Mereka menggerakkan lebih banyak lembaga
social dan ekonomi. Sebagian bahkan lebih banyak mengatur.
2. Pemerintah milik masyarakat : memberi wewenang ketimbang melayani
Dimana upaya pemberdayaan masyarakat akan memberikan hasil yang lebih optimal ketimbang sekedar melayani. Adapun ide dasarnya adalah untuk
menjadikan keselamatan umum sebagai tanggung jawab masyarakat, bukan hanya tanggung jawab para profesional. Pemberian wewenang kepada masyarakat tidak
hanya mengubah harapan dan membangkitkan kepercayaan, biasanya justru memberikan solusi-solusi yang jauh lebih baik terhadap setiap masalah mereka
ketimbang terhadap layanan umum biasa.
3. Pemerintahan yang kompetitif : menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan
Prinsip ini berupaya menciptakan adanya iklim kompetisi bagi organisasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Persoalannya adalah bukan negeri versus swasta, melainkan kompetisi versus monopoli. John Moffitt. Karena tidak ada kebenaran pada pandangan
Universitas Sumatera Utara
lama bahwa sektor bisnis selalu lebih efisien dibanding pemerintahan. “Di mana ada persaingan, Anda akan memperoleh hasil yang lebih baik, kesadaran akan
adanya biaya yang lebih besar, dan pemberian pelayanan yang lebih unggul.” Kompetisi tidak akan memecahkan semua masalah tetapi mungkin
kompetisi memegang kunci pembuka kisi-kisi birokrasi yang melumpuhkan begitu banyak lembaga pemerintah. Ini tidak bermaksud mengesahkan persaingan
yang tajam, yang dapat berdampak buruk dan juga baik. Jika kompetisi menghemat uang hanya dengan jalan mengurangi upah dan tunjangan,, misalnya,
pemerintah harus mempersoalkan nilainya. Osborne juga mengatakan bahwa dia juga tidak mengesahkan kompetisi antar-individu, melainkan kompetisi antartim –
antarorganisasi dapat membangun semangat dan emndorong kreativitas.
4. Pemeritahan yang digerakkan oleh Misi : Mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan