Pemeriksaan Operasional Atas Dana Pensiun pada Kantor DAPENBUN Cabang PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa

(1)

SKRIPSI

PEMERIKSAAN OPERASIONAL ATAS DANA PENSIUN PADA KANTOR DAPENBUN CABANG PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA II (PERSERO) TANJUNG MORAWA

OLEH :

NAMA : HENI TRIANA

NIM : 070503001

Program Studi Strata 1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Medan 2011


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Pemeriksaan Operasional Atas Dana Pensiun pada Kantor DAPENBUN Cabang PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (Persero) TANJUNG MORAWA”, adalah hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari penyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh pihak universitas.

Medan, Juni 2011

Yang Membuat Pernyataan

Heni Triana NIM : 070503001


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan tak lupa penulis mengucapkan Shalawat dan Salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan syafaat kepada kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan penulis baik mengenai materi, teknik penyusunan maupun analisisnya. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan di masa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang paling dalam kepada kedua orang tua yang tercinta dan terkasih ayahanda Sugito dan ibunda Misriani serta adik tersayang Dicky dan khusus untuk orang tercinta Pratu. Maman Suriaman. Skripsi ini ananda persembahkan untuk mereka sepenuhnya sebagai ungkapan terima kasih buat semuanya atas cinta dan kasih sayang, didikan, dukungan, baik moral maupun material. Serta temen-temen seperjuangan khususnya Achy, Adeq, Igus, dan Dita terimah kasih atas dukungan dan perhatiannya.

Penulis juga menghaturkan terima kasih yang sebesar-sebarnya kepada, 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi


(4)

2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi. Ak, selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekertaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA. Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sucipto, MM. Ak, selaku dosen pembanding/penguji I dan Bapak Drs. Wahidin Yasin MSi. Ak, selaku dosen pembanding/penguji II yang telah memberikan sumbangan saran dan pemikirannya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Ir.H. Tambah Karo-Karo, MM selaku Kepala Dapenbun Cabang pada PTPN-II serta kepada seluruh staff yang telah membantu dan memberikan data-data yang dibutuhkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Medan, Juni 2011 Penulis ,

Heni Triana NIM. 070503001


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pemeriksaan operasional atas dana pensiun pada kantor Dapenbun Cabang PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (Persero) Tanjung Morawa.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analisis deskriptif dan metode komparatif, yaitu mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menginterprestasikan, dan menganalisis data untuk memberikan gambaran dan jawaban yang jelas dan akurat dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas kemudian membuat kesimpulan dan saran-saran yang di pandang penting. Penulis mengambil data-data yang berhubungan dengan pemeriksaan operasional atas dana pensiun. Jenis data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian yang dalam hal ini adalah kantor Dapenbun Cabang PTPN-II secara langsung melalui teknik wawancara kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu bagian satuan pengawasan internal, kantor Dapenbun dan SDM urusan pensiun, sedangkan data skunder seperti sejarah perusahaan, sejarah Dapenbun, struktur organisasi perusahaan dan Dapenbun serta dokumen-dokumen pendukung lainnya. Lokasi dan jadwal penelitian dilakukan pada kantor Dapenbun Cabnag PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) yang beralamat di jalan Medan – Tanjung Morawa KM 15,5.

Hasil penelitian yang dapat disimpulkan adalah Pemeriksaan operasional atas dana pensiun ini juga sudah berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sesuai denga teori yang ada di buku melalui tahap pendahuluan, tahap pemeriksaan mendalam, dan tahap pelaporan. Penyaluran dana pensiun yang dilakukan oleh Dapenbun cabang PTPN-II ini telah berjalan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan program pensiun. Keefektifan dan keefisiensian penyaluran dana pensiun pada Dapenbun adalah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan Dapenbun yang efektif dan efisien dalam rangka kesejahteraan peserta. Pada pengendalian internal atas dana pensiun ini telah berjalan sebagaiman semestinya karena sudah dilakukan pengawasan fisik. Tujuan dan peranan auditor internal juga sudah baik dalam melakukan tuga-tugas. Selain itu auditor juga diwajibkan memberikan masukan-masukan atau rekomendasi yang dapat dijadikan pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan kinerja di masa yang akan datang.


(6)

ABSTRACT

This research intent to know about operational audit on pension fund on Dapenbun's Branch office PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II (Persero) Tanjung Morawa.

Analysis method used by descriptive and comparability method, that is collect, compiling, clasification, interpreting, an analysing data to give the clean answer and picture is accurate that the problem formulation and leter than conduct the comparison to exiting theory of its relation with the problem studied to later. Writer takes data that is engaged operational check on pension fund. Data type use is primary data, which is data which is gotten from research object that in this case is Dapenbun Branch office PTPN-II directly through interview technique to interested parties that is part internal observation, Dapenbun's office and SDM pension business, and olso skunder's data as history of company, Dapenbun's history, corporate organization chart and Dapenbun and another supporting documents. Location and research schedule is done on Dapenbun’s Branch office PT.Perkebunan Nusantara II (Persero) which have address in stret Medan-Tanjung Morawa KM 15,5.

Result of research which can be concluded to operational audit on pension fund was running according to rule which applies and accord with theory that is at bind books through advance phase, visceral probing phase, and reporting phase. Pension fund channelizing that did by Dapenbun Branch office PTPN-II it was running effective and efficient according to emeritus program regulation. Effectiveness and efficiented is pension fund channelizing on Dapenbun is subject to be increase Dapenbun's management quality that effective and efficient in order to well-being participant. On internal operation on this pension fund was running with necessarily because was done physical observation. To the effect and internal auditor role was well in make task. Besides auditor also being made compulsory give entries or recommendation who can make guidance for corporate deep going performance at proximately.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 8

1. . Pemeriksaan... 8


(8)

b. Jenis-jenis pemeriksaan ... 10

c. Tujuan pemeriksaan ... 13

2. Pemeriksaan operasional ... ....14

a. Pengertian pemeriksaan operasional ... 14

b. Perbedaan pemeriksaan operasional dengan pemeriksaan keuangan ... 16

c. Tujuan pemeriksaan operasional ... 17

d. Jenis-jenis pemeriksaan operasional ... 17

e. Manfaat pemeriksaan operasional ... 18

f. Penentuan kriteria pemeriksaan operasional ... 19

g. Mekanisme atau tata cara pemeriksaan operasional ... 22

3. Dana Pensiun ... 23

a. Pengertian dana pensiun ... 23

b. Jenis-jenis dana pensiun ... 24

c. Sumber kekayaan dana pensiun pemberi Kerja ... 27 d. Penggunaan dan pengelolaan kekayaan dana


(9)

pensiun pemberi kerja ... 28

4. Program Pensiun ... 29

a. Pengertian dan fungsi program pensiun ... 29

b. Jenis program pensiun menurut PSAK NO.18 Tahun 2009 ... 30

c. Akuntansi untuk dana pensiun ... 32

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 35

C. Kerangka Konseptual ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat/lokasi Penelitian ... 41

B. Jenis penelitian ... 41

C. Jenis data ... 41

D. Metode analisis data ... 42

E. Teknik pengumpulan data... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 44


(10)

1. Gambaran umum perusahaan ... 44

a. Sejarah singkat PT.Perkebunan Nusantara II (Persero) ... 44

b. Sejarah dan struktur organisasi Dapenbun Cabang PTPN-II (Persero) ... 47

c. Pemungutan, usia, dan perhitungan dana yang Dilakukan Dapenbun ... 51

d. Pengakuan dan Pencatatan/Jurnal Iuran Dana Pensiun ... 57

2. Pelaksanaan Pemeriksaan operasional atas Dana Pensiun ... 59

a. Langkah awal pemeriksaan operasional... 59

b. Persiapan pemeriksaan operasional ... 60

c. Pelaksanaan pemeriksaan operasional ... 65

d. Pelaporan hasil pemeriksaan ... 66

e. Tindak lanjut hasil pemeriksaan operasional .... 67

B. Analisis Hasil Penelitian ... 69

1. Pemeriksaan operasional atas dana pensiun ... 69


(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 73

B. Keterbatasan penelitian ... 74

C. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu ... 38 Tabel 4.1 Perincian iuran dan pembayaran pensiun golongan

IA s/d IID ... 55 Tabel 4.2 Perincian iuran dan pembayaran pensiun golongan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Standar auditing ... 21

Gambar 2.2 Jenis-jenis Dana pensiun ... 26

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ... 39


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran I Jadwal penelitian... 79

Lampiran II Audit progran untuk pembayaran gaji/dana pensiun ... 80

Lampiran III NERACA PTPN-II ... 83

Lampiran IV Laporan hasil pemeriksaan auditor independen... 85

Lampiran V Struktur organisasi PTPN-II Tanjung Morawa ... 85


(15)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pemeriksaan operasional atas dana pensiun pada kantor Dapenbun Cabang PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (Persero) Tanjung Morawa.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analisis deskriptif dan metode komparatif, yaitu mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menginterprestasikan, dan menganalisis data untuk memberikan gambaran dan jawaban yang jelas dan akurat dari perumusan masalah dan kemudian melakukan perbandingan terhadap teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas kemudian membuat kesimpulan dan saran-saran yang di pandang penting. Penulis mengambil data-data yang berhubungan dengan pemeriksaan operasional atas dana pensiun. Jenis data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian yang dalam hal ini adalah kantor Dapenbun Cabang PTPN-II secara langsung melalui teknik wawancara kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu bagian satuan pengawasan internal, kantor Dapenbun dan SDM urusan pensiun, sedangkan data skunder seperti sejarah perusahaan, sejarah Dapenbun, struktur organisasi perusahaan dan Dapenbun serta dokumen-dokumen pendukung lainnya. Lokasi dan jadwal penelitian dilakukan pada kantor Dapenbun Cabnag PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) yang beralamat di jalan Medan – Tanjung Morawa KM 15,5.

Hasil penelitian yang dapat disimpulkan adalah Pemeriksaan operasional atas dana pensiun ini juga sudah berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sesuai denga teori yang ada di buku melalui tahap pendahuluan, tahap pemeriksaan mendalam, dan tahap pelaporan. Penyaluran dana pensiun yang dilakukan oleh Dapenbun cabang PTPN-II ini telah berjalan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan program pensiun. Keefektifan dan keefisiensian penyaluran dana pensiun pada Dapenbun adalah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan Dapenbun yang efektif dan efisien dalam rangka kesejahteraan peserta. Pada pengendalian internal atas dana pensiun ini telah berjalan sebagaiman semestinya karena sudah dilakukan pengawasan fisik. Tujuan dan peranan auditor internal juga sudah baik dalam melakukan tuga-tugas. Selain itu auditor juga diwajibkan memberikan masukan-masukan atau rekomendasi yang dapat dijadikan pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan kinerja di masa yang akan datang.


(16)

ABSTRACT

This research intent to know about operational audit on pension fund on Dapenbun's Branch office PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II (Persero) Tanjung Morawa.

Analysis method used by descriptive and comparability method, that is collect, compiling, clasification, interpreting, an analysing data to give the clean answer and picture is accurate that the problem formulation and leter than conduct the comparison to exiting theory of its relation with the problem studied to later. Writer takes data that is engaged operational check on pension fund. Data type use is primary data, which is data which is gotten from research object that in this case is Dapenbun Branch office PTPN-II directly through interview technique to interested parties that is part internal observation, Dapenbun's office and SDM pension business, and olso skunder's data as history of company, Dapenbun's history, corporate organization chart and Dapenbun and another supporting documents. Location and research schedule is done on Dapenbun’s Branch office PT.Perkebunan Nusantara II (Persero) which have address in stret Medan-Tanjung Morawa KM 15,5.

Result of research which can be concluded to operational audit on pension fund was running according to rule which applies and accord with theory that is at bind books through advance phase, visceral probing phase, and reporting phase. Pension fund channelizing that did by Dapenbun Branch office PTPN-II it was running effective and efficient according to emeritus program regulation. Effectiveness and efficiented is pension fund channelizing on Dapenbun is subject to be increase Dapenbun's management quality that effective and efficient in order to well-being participant. On internal operation on this pension fund was running with necessarily because was done physical observation. To the effect and internal auditor role was well in make task. Besides auditor also being made compulsory give entries or recommendation who can make guidance for corporate deep going performance at proximately.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan kegiatan usaha, berbagai cara dikembangkan untuk meningkatkan kepuasan pihak-pihak yang terkait, tak terkecuali pada tenaga kerja. Tak dapat dipungkiri bahwa pemberian fasilitas kepada tenaga kerja menjadi salah satu faktor penting untuk memotivasi, menumbuhkan loyalitas dan semangat kerja.

Selain itu tenaga kerja juga merupakan aset perusahaan yang sangat berharga karena memberikan kontribusinya demi pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu sudah selayaknya tenaga kerja tersebut mendapat perhatian dari perusahaan. Perhatian tersebut sangan dibutuhkan ketika mereka memasuki usia lanjut dimana mereka sudah tidak produktif lagi atau dapat dikatakan mereka tidak dapat mengandalkan kekuatan fisik atau kegiatan berfikirnya untuk memperoleh penghasilan.

Imbalan dan fasilitas perusahaan yang ada yang diberikan pada saat tenaga kerja masih aktif bekerja atau diberikan pada saat telah pensiun. Sesuai dengan UU No. 11 Tahun 1992 tentang dana pensiun menunjukkan perlunya jaminan hari tua. Pada dasarnya, program pensiun merupakan suatu program yang diadakan oleh perusahaan atau pemberi kerja maupun pemerintah untuk menyediakan manfaat pada para pekerja. Tujuan dibentuknya program pensiun adalah untuk


(18)

menyisihkan sebagian dana selama masa produktif, sehingga pada saat masa keja berakhir dana tersebut dapat dikembalikan kepada setiap tenaga kerja.

Dana pensiun merupakan sarana penghimpun dana guna meningkatkan kesejahteraan peserta dana pensiun. Peserta merupakan orang yang memenuhi persyaratan Peraturan Dana Pensiun untuk menjadi penerima manfaat pensiun. Penyelenggaraan program pensiun selain memberi manfaat bagi para tenaga kerja juga bermanfaat bagi para pemberi kerja dan pemerintah. Bagi pemberi kerja atau perusahaan, program pensiun merupakan salah satu cara yang dapat perusahaan lakukan untuk mengoptimalkan kineja tenaga kerja, karena keberhasilan perusahaan dalam memcapai tujuannya tidak lepas dari kineja tenaga kerjanya. Program pensiun juga bermanfaat bagi pemerintah, karena dengan adanya program pensiun dapat membantu meringankan beban pemerintah dalam menghadapi masalah sosial yang mungkin akan timbul apabila anggota masyarakat memasuki usia lanjut dan mereka tidak lagi memiliki penghasilan.

Ada dua jenis program pensiun, yaitu program pensiun manfaat pasti dan program pensiun iuran pasti. Kedua jenis program ini memiliki cara perhitungan yang berbeda, demikian juga dengan pengakuan beban priode berjalan.

Pemberian tunjangan pensiun sangat tergantung pada kebijaksanaan masing-masing perusahaan. Tunjangan pensiun dapat dibagikan dalam sekali waktu yaitu pada saat tenaga kerja tersebut pensiun atau ada pula yang diberikan atau dibagikan setiap bulan sepanjang umur pensiunan yang bersangkutan. Hal ini juga menimbulkan biaya yang berbeda pula.


(19)

Dalam menyelenggarakan pembayaran dana pensiun, perusahaan harus memperhitungkan tingkat inflasi di masa depan. Hal ini dikarenakan tunjangan pensiun akan dibagikan pada tenaga kerja dalam kurun waktu yang relatif lama. Meskipun banyak manfaat yang dapat di ambil dari pemberian pensiun ternyata dalam pelaksanaanya masih banyak kendala yang dialami oleh perusahaan yaitu dengan jumlah tenaga kerja yang besar akan lebih sulit untuk memproyeksikan pemberian dana pensiun ini dan tentu akan menambah biaya perusahaan terkait dengan perhitungan dan pembagian dana.

Semakin optimal kinerja perusahaan dan tenaga kerja maka diperlukan juga pengoptimalan terhadap pemeriksaan perusahaan dan tenaga kerja serta dana pensiun agar dapat tercapainya tujuan dan manfaat pensiun yang diharapkan oleh kedua belah pihak. Dengan demikian kinerja tenaga kerja berkaitan dengan dana pensiun yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Evaluasi terhadap pembagian dana pensiun perlu dilakukan secara cermat yaitu dengan melakukan pemeriksaan operasional atas dana pensiun. Pemeriksaan operasional dilakukan sebagai alat bantu untuk membantu manajemen dalam menilai apakah dana pensiun ini telah disalurkan sesuai kepada penerima yang tepat dan besarnya nominal telah sesuai dengan jabatan atau golongan setiap tenaga kerja, serta untuk mengurangi resiko penyimpangan-penyimpangan yang mungkin saja bisa terjadi.

Pemeriksan operasional atas dana pensiun perlu dilakukan pada dapenbun PTPN-II ini dikarenakan PTPN-II merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang perkebunan dan memproduksi hasil perkebunan. Dana pensiun yang di kelolah oleh dapenbun PTPN-II ini menggunakan dua sistem


(20)

yaitu sistem dana pensiun yang langsung di bayar sekaligus ketika tenaga kerja pensiun dan sistem pembayaran per bulan. Maka dalam hal diperlukan pemeriksaan, masalah yang akan timbul jika tidak dilakukan pemeriksaan akan terlalu kompleks bagi perusahaan dan bagi tenaga kerja itu sendiri. Masalah yang timbul bagi perusahaan adalah perusahaan akan merugi jika biaya yang mengalir untuk dana pensiun terlalu besar begitu pula sebaliknya bagi tenaga kerja. Dan mencoba meneliti dan melihat perbedaan manfaat pensiun yang langsung di bayar sekaligus dengan pembayaran per bulan dengan pensiun manfaat pasti.

Alasan peneliti melakukan penelitian tentang ini adalah untuk mengetahui dan menilai tentang pemeriksaan operasional yang ada di dapenbun PTPN-II ini sudah berjalan dengan baik, hal ini dilakukan guna untuk meningkatkan pengendalian internal terhadap pemberian dana pensiun dan melihat manfaat pemberian dana pensiun bagi pensiunan serta untuk membantu manajemen perusahaan dalam menilai sekaligus meningkatkan keefektifan penyaluran dana pensiun yang ada.

Pengendalian internal yang perlu dilakukan oleh Dapenbun sendiri adalah dengan memiliki auditor internal tidak menjadi satu dengan perusahaan. Hal ini yang perlu dilakukan sebagai alat pemisahaan tugas, agar tidak terjadi ketimpangan hasil pemeriksaan yang kemungkinan dapat di rekayasa.

Selain itu pemeriksaan juga dilakukan bertujuan untuk meningkatkan pengendalian internal pada dapenbun PTPN-II. Pengendalian internal juga sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas pengumpulan dana seperti ini. Untuk itu


(21)

perusahaan perlu meningkatkan pengendalian internal agar tidak terjadi penyelewengan dan kecurangan terhadap dana yang telah ada. Dari sinilah diperlukannya pemeriksaan, agar pengotorisasian dapat terjaga dan berjalan sebagaimana mestinya. Selain itu pengendalian internal juga dapat berguna sebagai alat meningkatkan kinerja perusahaan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas , penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi dengan judul “Pemeriksaan

Operasional atas Dana Pensiun pada Kantor Dapenbun Cabang PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa”.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pelaksanaan pemeriksaan operasional atas dana pensiun pada Dapenbun PTPN-II telah dilaksanakan secara memadai?

2. Apakah pelaksanaan penyaluran dana pensiun yang dilakukan Dapenbun PTPN-II telah efektif dan efisien?

3. Bagaimana peranan auditor internal dalam pemeriksaan operasional atas dana pensiun?


(22)

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan operasional atas dana pensiun telah dilaksanakan secara memadai.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan penyaluran dana pensiun yang dilakukan Dapenbun PTPN-II telah efektif dan efisien.

3. Untuk mengetahui peranan auditor internal dalam pemeriksaan operasional atas dana pensiun.

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian yang dilaksanakan dalam penyusunan skripsi ini diharapkan akan menberikan manfaat antara lain :

1. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan , pemahaman dan perbandingan antara teori dan praktek yang sebenarnya mengenai peranan pemeriksaan operasional atas dana pensiun dalam suatu perusahaan.

2. Bagi perusahaan (Dapenbun/PTPN-II)

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan yang dapat membantu pihak manajemen dalam menjalankan operasinya dan memberikan gambaran tentang pentingnya pemeriksaan operasional


(23)

dalam menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan aktivitas manajemen perusahaan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis dan sebagai bahan pembanding dan pengkaji untuk pihak yang memerlukan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Pemeriksaan

a. Pengertian Pemeriksaan

Secara umum pengertian pemeriksaan adalah proses perbandingan antara kondisi dan kriteria. Kondisi yang dimaksud disini adalah kenyataan yang ada atau keadaan yang sebenarnya yang melekat pada objek yang diperiksa. Sedangkan kriteria adalah tolak ukur, yaitu hal yang seharusnya terjadi atau hal yang seharusnya melekat pada objek yang diperiksa.

Menurut Mulyadi (2002:40) , definisi pemeriksaan adalah :

Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengvaluassi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuain antara pernyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Menurut Arens,dkk (2003:11), pemeriksaan di defenisikan sebagai berikut:

Auditing is accumulation and evaluationof evidence about information to determind and report on the degree of coresspondence between the information and estabilish criteria. Auditing should be done by a competent and independent person.

Pemeriksaan dilakukan dalam rangka pengendalian suatu kegiatan yang dijalankan oleh perusahaan tertentu. Pemeriksaan merupakan sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen didalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan


(25)

operasional perusahaan. Pemeriksaan tersebut membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas proses pengelolaan resiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan beberapa karakteristik pemeriksaan :

1. Pemeriksaan merupakan suatu proses yang sistemetis, dilakukan terhadap suatu asersi (pernyataan/informasi) yang menjadi tanggung jawab pihak tertentu.

2. Adanya suatu proses yaitu membandingkan assertion (informasi perusahaan yang dapat dikuantifikasi) dengan estabilished criteria (kritetia yang talah ditetapkan sebelumnya).

3. Adanya proses mengumpulkan Dan mengevaluasi secara objektif bukti-bukti yang diperlukan untuk menilai kesesuaian antar informasi yang di periksa dengan estabilish criteria.

4. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Kompeten berarti pemeriksa harus mengerti atas kriteria yang digunakan dan mamapu menentukan jumlah dan jenis bukti yang dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang memadai. Sedangkan independen berarti pemeriksa diharapkan dapat memberikan peneilaian yang objektif atas objek yang di periksa.


(26)

5. Mengkomunikasikan penemuan hasil pemeriksaan kepada pemakai laporan pemeriksaan sehingga dapat menyampaikan tingkat kesesuaian antara informasi yang diperiksa dengan estabilished criteria.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pemeriksaan secara umum adalah untuk menilai apakah kondisi yang di periksa telah sesuai dengan apa yang diharapkan (kriteria). Bilamana kondisi tersebut tidak sesuai dengan kriteria yang dimaksud, maka kondisi tersebut dikatakan menyimpang.

Pemeriksaan dilakukan dalam rangka pengendalian suatu kegiatan yang dijalankan oleh suatu unit usaha tertentu. Pengendalian terdiri dari pengawasan dan tindak lanjut. Suatu pengawasan akan menghasilkan temuan-temuan yang memerlukan tindak lanjut. Apabila tindak lanjut dilaksanakan, maka keseluruhan pekerjaan tersebut merupakan pengendalian. Akan tetapi bilamana tindak lanjut tidak dilaksanakan maka tetap dinamakan pengawasan.

b. Jenis-jenis Pemeriksaan

Jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh aoditor cukup banyak, seperti pemeriksaan operasional, pemeriksaan ketaatan, dan pemeriksaan laporan keuangan. Perbedaan antara jenis pemeriksaan ini dapat dilihat dari objek yang akan di periksa. Jenis-jenis pemeriksaan Menurut Arens,dkk (2008:16), membedakan jenis pemeriksaan sebagai berikut :

1. Operational audits (pemeriksaan operasional)

Pemeriksaan operasional adalah salah satu pemeriksaan yang dilakukan terhadap prosedur,metode dan operasi kegiatan suatu entitas untuk menilai efektivitas dan efisiensi kegiatan entitas tersebut. Pada akhir pemeriksaan operasional diajukan saran-saran atau rekomendasi yang ditujukan kepada pihak manajemen perusahaan. Tujuannya untuk


(27)

memperbaiki jalannya operasi perusahaan tersebut. Ruang lingkup pemeriksaan operasional tidak terbatas pada maslah-masalah akuntansi saja, malainkan dapat meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi, metode produksi, pemasaran hasil produksi, dan bidang lainnya yang menjadi keahlian pemeriksa.

2. Compliance audits (pemeriksaan ketaatan)

Pemeriksaan ketaatan adalah suatu proses pemeriksaan atas ketaatan perusahaan yang bersangkutan terhadap pelaksanaan peraturan, prosedur dan kontrak yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang baik pemerintah maupun manajemen perusahaan itu sendiri. Hasil pemeriksaan ketaatan seluruhnya dilaporkan kepada pimpinan perusahaan. Contoh pemeriksaan jenis ini adalah pemeriksaan terhadapa ketentuan pajak penghasilan (PPh), pemeriksaan sistem upah apakah telah sesuai dengan Undang-Undang Perburuhan, dan yang lainnya.

3. Financial statement audits ( pemeriksaan laporan keuangan)

Pemeriksaan laporan keuangan adalah proses pemeriksaan yang dilakukan atas laporan keuangan suatu organisasi atau perusahaan dengan tujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut dimana kriteria yang belaku adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk indonesia atau secara internasional lebih di kenal dengan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Hasil pemeriksaannya berupa pemberian opini oleh auditor atas kewajaran penyajian laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.

Selain itu, menurut Agoes (2004:10), membagi pemeriksaan ke dalam beberapa jenis :

Ditinjau dari jenis luasnya pemeriksaan, pemeriksaan dibedakan atas :

1. General audits (pemeriksaan umum)

Merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan ini harus dilakukan sesuai dengan standar profesi akuntan publik dan memperhatikan kode etik akuntan indonesia, atura etika KAP yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia serta Standat Pengendalian Mutu.

2. Special audits (pemeriksaan khusus)

Suatu pemeriksaan terbatas ( sesuai dengan permintaan auditee ) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan


(28)

keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang di periksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.

Dari beberapa jenis pemeriksaan yang di jelaskan diatas, Agoes (2004:10) membedakan jenis pemeriksaan atas beberapa jenis, yaitu :

1. Manajement audits ( pemeriksaan manajemen)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasitersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. 2. Compliance audits (pemeriksaan ketaatan)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah menaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen dan pihak komisaris) maupun pihak eksternal (pemerintah,Bapepam, Bank Indonesia, Derektoral Jenderal Pajak dan lainnya). Pemeriksaan dapat dilakukan oleh KAP maupun bagian internal auditor.

3. Internal audit (pemeriksaan internal)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan KAP. Lapaoran internal auditor berisi temuan pemeriksaan mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian internal, beserta saran-saran perbaikannya.

4. Computer audits (pemeriksaan komputer)

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronic Data Processing) system.

Dari jenis-jenis pemeriksaan di atas dapat di simpulkan bahwa pemeriksaan dibedakan menjadi tiga yaitu : pemeriksaan operasional, pemeriksaan ketaatan, pemeriksaan laporan keuangan. Walaupun jenis pemeriksaan terbagi lagi seperti dilihat dari luas dan jenis pemeriksaannya tetapi dalam hal ini memeliki persamaan dalam tujuan dari jenis pemeriksaan tersebut.


(29)

Seperti dilihat dari luasnya terbagi dua yaitu : pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus, yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Jika di tinjau dari jenis pemeriksaannya terbagi menjadi : pemeriksaan manajemen, pemeriksaan ketaatan, pemeriksaan internal dan pemeriksaan komputer yang bertujuan untuk melihat bagaimana kegiatan operasi seperti kebijakan akuntansi dan operasional serta melihat apakah perusahaan telah menaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku umum.

c. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan (audit) merupakan salah satu perencanaan pemeriksaan yang harus di buat oleh auditor agar dapat melakukan proses pemeriksaan dengan tepat dan sesuai, tujuan pemeriksaan dapat di uraikan sebagai berikut :

1. Tujuan keterjadian (occurrence), maksudnya adalah auditor memeriksa apakah butir-butir laporan keuangan atau transaksi yang di catat perusahaan memang benar telah terjadi.

2. Tujuan kelengkapan (completeness),maksudnya adalah auditor memeriksa apakah jumlah atau pengungkapan (disclosures) yang disajikan dalam laporan keuangan telah lengkap.

3. Tujuan ketelitian (accuracy), maksudnya adalah auditor memeriksa apakah angka, jumlah, atau hitungan yang ada di laporan keuangna sudah akurat.


(30)

4. Tujuan posting dan pengikhtisaran (summarization),maksudnya adalah auditor memeriksa apakah transaksi-transaksi yang di jurnal secara akurat telah di posting ke buku besar tambahan dan buku besar.

5. Tujuan klasifikasi (clasification), maksudnya adalah auditor memeriksa apakah butir-butir yang ada di laporan keuangan sudah sesuai klasifikasinya.

6. Tujuan pisah batas (cut-off), maksudnya adalah auditor memeriksa apakah transaksi-transaksi telah di catat sesuai dengan tanggal/waktu pisah batas yang telah ditentukan sehingga pencatatan telah dilakukan pada priode akuntansi atau tahun buku yang tepat.

7. Tujuan ketepatan waktu, maksudnya adalah suditor memeriksa apakah pencatatan transaksi telah tepat waktunya.

2. Pemeriksaan Operasional

a. Pengertian Pemriksaan Operasional

Menurut Agoes (2004:175), pengertian pemeriksaan operasional adalah “Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu peerusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis”.

Selain itu, pengertian pemeriksaan operasional menurut Arens,dkk (2008:17) adalah “Penelaahan atas fungsi yang bervariasi dalam perusahaan untuk


(31)

menilai efisiensi dan efektifitas fungsi-fungsi tersebut dalam mencapai tujuannya”.

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemeriksaan operasional merupaka proses yang sistematis, menyangkut serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan terorganisir. 2. Pemeriksaan operasional dilakukan untuk mengevaluasi operasi organisasi

telah berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif. Proses evaluasi itu sendiri adalah proses perbandingan antara kondisi yang ada dengan kriteria atau standar yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen perusahaan tersebut sebelumnya.

3. Hasil akhir pemeriksaan operasional akan dikomunikasikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (umumnya pihak-pihak manajemen) dan pemeriksa memberikan rekomendasi yang bermanfaat untuk di tidak lebih lanjut guna perbaikan dan peningkatan efektivitas dan efisiensi aktivitas operasi yang dijalankan oleh perusahaan.

Selain itu istilah efektivitas dan efisiensi sangat penting dalam pemeriksaan oleh karena pemeriksa berorientasi pada usaha untuk menilai dan meningkatkan unsur efisiensi dan efektivitas.

Menurut Guy (2002:10), definisi dari efektivitas dan efisiensi adalah “Efektivitas mengukur seberapa berhasil suatau organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. Efisiensi mengukur seberapa baik suatu entitas menggunakan sumberdaya dalam mencapai tujuannya”.


(32)

b. Perbedaan Pemeriksaan Operasional dengan Pemeriksaan keuangan

Perbedaan pemeriksaan operasional dengan pemeriksaan keuangan dapat dilihat dari objek yang akan di periksa, dalam pemeriksaan operasional hanya melakukan pemeriksaan terhadap metode, prosedur dan operasi kegiatan suatu entitas untuk menilai keefektifan dan keefisiensian kegiatan entitas tersebut. Sedangkan pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap laporan keuangan suatu entitas dan menilai kewajaran atas laporan keuangan. Arens,dkk (2008:18), menjelaskan perbedaan pemeriksaan operasional dengan pemeriksaan keuangan yang terletak pada :

1. Tujuan pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan merupakan perbedaan utama antara pemeriksaan operasional dengan pemeriksaan keuangan. Pemeriksaan keuangan menekankan apakah informasi historis telah dicatat secara benar serta pada penilaian dan pemberian pendapat mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan, sedangka pemeriksaan operasional menekankan pada efektivitas dan efisiensi. Pemeriksaan keuangan lebih berorientasi pada masa lalu sedangkan pemeriksaan operasional menyangkut kinerja operasi di masa yang akan datang.

2. Distribusi laporan

Pada pemeriksaan keuangan, biasanya dibagikan kepada pemakai laporan keuangan, misalnya pemegang saham dan bankir. Sedangkan laporan pemeriksaan operasional terutama ditujukan kepada manajemen.

3. Keikutsertaan bagian nonkeuangan

Pemeriksaan operasional mencakup seluruh aspek dari efisiensi dan efektivitas suatu organisasi sehingga berkaitan dengan berbagai macam efektivitas. Pemeriksaan keuangan terbatas cakupannya pada hal-hal yang berdampak langsung pada kewajaran penyajian laporan keuangan.


(33)

c. Tujuan Pemeriksaan Operasional

Tujuan pemeriksaan operasional dapat dilihat dari bagaimana kinerja atau aktivitas suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan cara menilai efektivitas dan efisiensi suatu perusahaan. Untuk memperjelas tujuan pemeriksaan operasional, Agoes (2004:175) menjelaskannya sebagai berikut :

1. Untuk menilai kinerja (performance) dan manajemen dann berbagai fungsi dalam perusahaan.

2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia,mesin,dana, harta lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.

3. Untuk menilai apakah efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objectives) yang telah ditetapkan oleh top management.

4. Untuk dapat memeberikan rekomendasi kepada top management untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur operasional perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi keekonomisan dan efektifitas dari kegiatan operasi perusahaan.

d. Jenis – jenis Pemeriksaan Operasional

Jenis pemeriksaan operasional terbagi tiga yaitu pemeriksaan fungsional. Pemeriksaan organisasional, dan pemeriksaan khusus. Semua jenis pemeriksaan operasional ini memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda sesuai dengan jenisnya. Menurut Arens,dkk (2008:19), jenis-jenis pemeriksaan operasional adalah:

1. Fungsional audits (pemeriksaan fungsional)

Pemeriksaan berdasarkan fungsi ini memiliki keuntungan, yaitu memungkinkan adanya spesialisasi oleh pemeriksa sehingga pemeriksa dapat mengembangkan keahlian dalam suatu bidang tertentu dan secara tidak langsung berarti mereka dapat menggunakan waktu pemeriksaan secara lebih sedikit / hemat dalam bidang tersebut. Kelemahan pemeriksaan fungsional ini adalah kegagalan dalam melakukan evaluasi fungsi-fungsi yang saling berhubungan.


(34)

2. Organizational audits (pemeriksaan organisasional)

Pemeriksaan ini berhubungan dengan unit organisasi secara keseluruhan, seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Pemeriksaan organisasional menekankan pada seberapa efektif dan efisien fungsi yang ada saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Rencana dan metode-metode dalam organisasi untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas merupakan hal yang penting dalan jenis pemeriksaan ini.

3. Special assignment (pemeriksaan khusus)

Dalam pemeriksaan operasional pemeriksaan ini memiliki tujuan dan ruang lingkup dan khusus. Penugasan khusus ini muncul berdasarkan drap permintaan pihak manajemen untuk menyelidiki suatu masalah dalam organisasi.

e. Manfaat Pemeriksaan Operasional

Pemeriksaan operasional memiliki banyak manfaat bagi perusahaan dan entitas tertentu, salah satunya adalah untuk mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi tujuan dan sasaran, merekomendasi, memeriksa dan menilai suatu kegiatan operasi perusahaan atau entitas tertentu. Guna memperjelas manfaat pemeriksaan operasional, Reider (2002:34) menjelaskan manfaat pemeriksaan operasional adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah, sebab-sebab yang berhubungan dan alternatif untuk perbaikan.

2. Mencari kesempatan untuk menghilangkan pemborosan dan inefisiensi yang disebut cost reduction.

3. Mencari kesempatan untuk meningkatkan pendapatan yang disebut income improvement.

4. Mengidentifikasi tujuan, sasaran, kebijaksanaan dan prosedur organisasi yang belum diidentifikasikan sebelumnya.

5. Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.

6. Merekomendasikan perbaikan dalam kebijaksanaan, prosedur, dan struktur organisasi.

7. Melakukan uji prestasi atas individu-individu atau unit-unit organisasi. 8. Memeriksa kesesuaian dengan syarat-syarat hukum serta tujuan,


(35)

9. Menguji adanya tindakan-tindakan yang tidak diotorisasi, kecurangan atau tindakan lain yang tidak teratur.

10. Menilai informasi dan sistem pengendalian manajemen.

11. Mengidentifikasi kemungkinan titik kritis pada operasi masa yang akan datang.

12. Menyediakan saluran komunikasi tambahan antara operating level dengan top management.

13. Melakukan evaluasi atas operasi secara independen dan objek.

Dari penjelasan kutipan diatas, telah jelas bahwa manfaat pemeriksaan operasional sangat berguna bagi perusahaan maupun entitas. Sehingga perusahaan ataupun entitas dapat melakukan evaluasi terhadap kegiatan operasinya secara objektif.

f. Kriteria Pemeriksaan Operasional

Penentuan kriteria pemeriksaan operasional merupakan kesulitan utama yang dihadapi dalam setiap melakukan pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya standar dan kriteria tertentu yang pasti untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu organisasi.

Dalam menetukan dan kriteria yang diperlukan untuk suatu kondisi tertentu, pemeriksa harus melakukan review pada bidang-bidang tertentu seperti misalnya existing contracts, policy statement,system and procedures, internal and external regulations, responsibility and authority relationships, standards, schedules, plans and budgets, principles of good management and administration, dan sebagainya.

Setelah melakukan review, auditor (pemeriksa) harus menentukan dan kriteria-kriteria yang tepat untuk kondisi dimana pemeriksa tersebut melakukan


(36)

pemeriksaan. Arens,dkk (2008:30), menyebutkan beberapa dan kriteria yang digunakan dalam pemeriksaan operasional yaitu :

1. Kinerja Historis (Historical Performance)

Kriteria yang sederhana dapat didasarkan pada hasil aktual atau hasil pemeriksaan dari periode sebelumnya. Manfaat kinerja ini adalah mudah dibuat, tapi seringkali tidak memberikan gambaran yang tepat mengenai keadaan organisasi sesungguhnya, karena kemungkinan adanya perubahan keadaan dari dua periode yang yang berbeda. 2. Kinerja yang dapat diperbandingkan (Comparable Performance)

Sebagian besar kesatuan yang menjalani pemeriksaan operasional tidak bersifat unik, terdapat banyak kesatuan yang sama di dalam keseluruhan organisasi atau di luarnya. Data kinerja dari kesatuan yang dapat diperbandingkan merupakan sumber yang sangat baik untuk untuk mengembangkan kriteria.

3. Standar rekayasa (Engineered Standard)

Kriteria ini seringkali memakan waktu dan biaya yang besar dalam pengembangannya, karena memerlukan banyak keahlian, akan tetapi hal ini mungkin sangat efektif dalam memecahkan masalah operasional yang utama dan harga yang dikeluarkan juga mahal.

4. Diskusi dan kesepakatan (Discussion and Agreement)

Kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan bersama antara manajemen dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam pemeriksaan operasional. Kriteria ini umumnya digunakan karena pembuatan kriteria yang lain seringkali sulit dan membutuhkan biaya tinggi.

Selain itu standar auditing juga di perlukan dalam proses pemeriksaan (audit). Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam mengaudit. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitasa profesional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan dan bukti.

Standar auditing yang berlaku umum dibagi menjadi tiga kategori yaitu : 1. Standar umum


(37)

3. Standar pelaporan

Penjelasan standar auditing yang berlaku umum dapat telihat pada ilustrasi gambar di bawah ini:

Gambar 2 . 1 Standar auditing

Sumber : Arens,dkk (2008)

Standar auditing yang berlaku umum

Umum klasifikasi dan perilaku

Meliputi :

• Pelatihan dan

kecakapan yang memadai

• Independensi dalam sikap mental • Kemahiran profesional Pekerjaan lapangan pelaksanaan audit Meliputi :

• Perencanaan dan

pengawasan yang tepat

• Pemahaman yang

mencukupi atas entitas,

lingkungan dan pengendalian internal

• Bukti yang mencukupi dan tepat

Pelaporan hasil Meliputi :

• Apakah laporan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

• Keadaan bila prinsip akuntansi tidak diikuti secara konsisten • Memadainya

pengungkapan informatif


(38)

g. Mekanisme atau Tata Cara Pemeriksaan Operasional

Dalam melakukan pemeriksaan operasional pemeriksa melakukan kerangka kerja yang dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Pedoman ini harus disertai pula dengan program pemeriksaan yang terperinci sehingga dapat menjadi suatu pedoman kerja yang baik.

Mekanisme atau tata cara pemeriksaan operasional menurut Raider (2002:39) dibagi menjadi lima tahap yaitu :

1. Perencanaan.

Pemeriksaan mengumpulkan informasi mengenai jenis-jenis aktifitas perusahaan itu, sifat dan penting atau tidaknya aktivitas tersebut, dan informasi umum lainnya untuk membantu rencana di bagian awal pemeriksaan.

2. Program Kerja

Pemeriksa menyiapkkan program pemeriksaan operasional dan rencana kerja untuk pemeriksaan pendahuluan dari setiap ativitas yang akan diperiksa pada tahap perencanaan. Program pemeriksaan yang dikonsep dengan baik penting untuk mengadakan pemeriksaan operasional dengan efektif dan efisien. Setiap organisasi harus dibuat khusus untuk tiap situasi dan langkah kerja harus ditulis dengan jelas untuk setiap pekerjaan yang akan dikerjakan.

3. Kerja Lapangan

Pemeriksa menganalisa operasi-operasi untuk menentukan tingkat efekktivitas dari manajeman kontrol yang bersangkutan. Fungsi dan kontrol diuji pada operasi akrual, dengan penekanan tertentu pada dearah yang sulit di kontrol dan mempunyai potensi yang tinggi akan kelemahan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan apakah sebuah situasi membutuhkan peningkatan.

4. Pengembangan Temuan dan Rekomendasi

Berdasarkan atas daerah yang penting yang diidentifikasi selama tahap kerja lapaangan, temuan khusus dikembangkan untuk hal:

a) Condition :apa yang ditemukan pemeriksa? b) Criteria :apa yang seharusnya terjadi?

c) Effect :apa pengaruhnya terhadap operasi perusahaan? d) Cause : mengapa hal itu terjadi?

e) Recommendation :apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki


(39)

5. Laporan

Pemeriksa menyiapkan hasil pelaporan tergantung pada hasil pemeriksaan. Tujuan Laporan ini adalah untuk membawa hasil pemeriksaan untuk diperhatikan oleh orang-orang yang berkepentingan atau bertanggungjawab atas temuan-temuan tersebut.

3. Dana Pensiun

a. Pengertian Dana Pensiun

Istilah Dana Pensiun sebagai Badan Hukum mulai dikenal setelah lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. Undang-undang tersebut sebagai dasar penyelenggaraan Dana Pensiun bagi karyawan atau tenaga kerja suatu perusahaan.

Pengertian Dana Pensiun menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1992 adalah sebagai badan hukum yang mengelolah dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya, janda/duda/anak, yang dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu dan memiliki status sebagai badan hukum serta memulai kegiatan sejak tanggal pengesahan oleh Menteri Keuangan.

Peserta adalah setiap orang yang memenuhi persyaratan peraturan Dana Pensiun. Peraturan Dana Pensiun adalah peraturan yang berisi ketentuan yang menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun. Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun. Besarnya manfaat pensiun peserta tergantung pada :

a) Akumulasi dana yang telah disetor b) Jangka waktu kepesertaan


(40)

c) Hasil pengembangan dana yang terkumpul

Menurut Wahab (2001:12), maksud dan tujuan dibentuknya Dana Pensiun, dapat dilihat dari beberapa sisi :

1. Sisi pemberi kerja

Dana Pensiun sebagai usaha untuk menarik atau untuk memepertahankan karyawan atau tenaga kerja perusahaan yang memiliki potensi, cerdas, terampil.dan produktif yang diharapkan dapat meningkatkan atau mengembangkan perusahaan, disamping tanggung jawab moral dan sosial Pemberi Kerja kepada karyawan atau tenaga kerja serta keluarganya pada saat karyawan tidak lagi mampu bekerja atau pensiun meninggal dunia.

2. Sisi karyawan atau tenaga kerja

Dana Pensiun memberikan rasa aman terhadap masa yang akan datang dalam arti tetap mempunyai penghasilan pada saat memasuki masa pensiun.

3. Sisi pemerintah

Dengan adanya Dana Pensiun akan mengurangi kerawanan sosial. Kondisi tersebut merupakan unsur yang sangat penting dalam menciptakan kestabilan negara.

4. Sisi masyarakat

Adanya Dana Pensiun merupakan salah satu lembaga pengumpul dana yang bersumber dari iuran dan hasil pengembangan. Terbentuknya akumulasi dana yang bersumber dari dalam negri tersebut dapat membiayai pembangunan nasional dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat.

b. Jenis – jenis Dana Pensiun

Dana pensiun terbagi dua, yaitu dana pensiun lembaga keuangna dan dana pensiun pemberi kerja. Penjelasan berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992, jenis Dana Pensiun adalah :

1. Dana Pensiun Lembaga Keuangan

Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan


(41)

Program Pensiun Iuran Pasti bagi perorangan, baik karyawan atau tenaga kerja maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.

Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti. Bank dan perusahaan asuransi jiwa dapat bertindak sebagai pendiri DPLK dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Untuk dapat mendirikan DPLK, bank atau perusahaan asuransi jiwa wajib mengajukan permohonan pengesahan kepada Menteri, dengan melampirkan peraturan Dana Pensiun.

2. Dana Pensiun Pemberi Kerja

Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran Pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai Peserta, dan yang menimbulkan kewajiban terhadap Pemberi Kerja.

Istilah “Pemberi Kerja” dan “Pendiri” merupakan istilah baku dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 maupun didalam peraturan peleksanaanya. Pengertian Pemberian Kerja dan Pendiri pada dasarnya sama, yaitu istilah Pemberi Kerja dilihat dari sisi orang/badan yang mendirikan Dana Pensiun untuk karyawannya itu.


(42)

a. Pernyataan tertulis pendiri yang menyatakan keputusannya untuk mendirikan Dana Pensiun dan memnerlakukan Peraturan Dana Pensiun.

b. Peraturan Dana Pensiun yang ditetapkan oleh Pendiri.

c. Penunjukkan pengurus, dewan pengawas, dan penerimaan titipan. Jenis Dana Pensiun yang telah dijelaskan di atas dapat di ilustrasikan pada gambar di bawah ini :

Gambar 2 . 2

Jenis – jenis dana pensiun

Sumber : PSAK NO.18, 2009

DANA PENSIUN

DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN

DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

PROGRAM PENSIUN IURAN

PASTI

PROGRAM PENSIUN IURAN

PASTI

PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI


(43)

c. Sumber Kekayaan Dana Pensiun Pemberi Kerja

Sumber kekayaan dana pensiun pemberi kerja biasanya dapat bersumber dari iuran wajib pemberi kerja sendiri/perusahaan dan dari iuran peserta pensiun, selain itu dapat bersumber dari hasil investasi serta bersumber dari pengalihan dana pensiun. Untuk memperjelas sumber Kekayaan Dana Pensiun Pemberi Kerja, menurut Wahab (2001:39) dapat dihimpun dari :

1. Iuran pemberi kerja

Iuran pemberi kerja terdiri dari iuran normal (bulanan) dan iuran tambahan dalam hal terdapat defisit. Defisit yang dimaksud adalah :

• Iuran tambahan dalam rangka menelusuri Defisit pra Undang-undang.

• Iuran tambahan dalam rangka menutup kekurangan solvabilitas. • Iuran tambahan dalam rangka melunasi defisit masa kerja lalu

selain yang diperhitungkan sebagai kekurangan solvabilita. 2. Iuran peserta

Iuran peserta merupakan iuran wajib dibayar oleh peserta setipa bulannya. Besarnya iuran ditentukan dalam peraturan dana pensiun.

3. Hasil investasi

4. Pengalihan dari Dana Pensiun Lain (apabila ada)

Faktor lain yang menunjang terbentuknya kekayaan Dana Pensiun adalah fasilitas keringan pajak yang diberikan Pemerintah yaitu pembebasan pajak terhadap iuran yang disetorkan ke Dana Pensiun maupun hasil investasi yang dilakukan oleh Dana Pensiun dalam bentuk deposito


(44)

berjangka, sertifikat deposito, tabungan di bank, sertifikat BI, obligasi, reksa dana dan saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

d. Penggunaan dan Pengelolaan Kekayaan Dana Pensiun Pemberi Kerja

Sesuai penjelasan umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992, sebagi badan hukum maka kekayaan Dana Pensiun terpisah dari kekayaan Pendirinya, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 ini menegaskan, DPPK tidak diperkenankan melekukan pembayaran apapun, kecuali pembayara yang ditetapkan dalan Peraturan Dana Pensiun.

Dengan demikian berbeda dengan perusahaan pada umumnya yang memberikan dividen kepada pemegang sahamnya, maka pada DPPK tidak satu bagianpun kekayaan maupun hasil usaha DPPK yang dapat dibayarkan atau di setor kepada Pemberi Kerja/pendiri Dana Pensiun. Seluruh kekayaan DPPK termasuk hasil usaha, sepenuhnya digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan Dana Pensiun yaitu memelihara kesinambungan pengahsilan Pesreta.

Pengelolaan kekayaan Dana Pensiun harus dilakukan pengurus sesuai dengan :

1. Arahan investasi yang di tetapkan oleh pendiri

2. Ketentuan tantang investasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Menurut Wahab (2001:40), pengelolaan kekayaan Dana Pensiun tersebut dapat dialihkan kepada perusahaan yang memiliki izin untuk bertindak sebagai manajer. Pada prinsipnya pengelolaan kekayaan Dana Pensiun harus


(45)

mengutamakan dan memperhatikan faktor keamanan guna memenuhi kewajiban pembayaran Manfaat Pensiun.

4. Program Pensiun

a. Pengertian dan Fungsi Program Pensiun

Program Pensiun adalah setiap program yang mengupayakan manfaat pensiun bagi peserta.

Program pensiun mempunyai dua fungsi, yaitu : 1. Fungsi asuransi

Penyelenggaraan program pesiun mengandung azas kebersamaan sebagaimana halnya dengan program asuransi. Sebagai contoh, seorang peserta program pensiun mengalami cacat atau meninggal dunia karena kecelakaan ayang menyebabkan peserta tersebut kehilangan pendapatan sebelum memasuki masa pensiun, kepada peserta tersebut akan diberikan manfaat pensiun sebesar yang dijanjikan atas beban Dana Pensiun.

2. Fungsi tabungan

Dana pensiun bertugas mengumpulkan dan mengembangkan dana, sehingga dana tersebut merupakan akumulasi dari iuran pemberi kerja, kemudian iuran itu akan diperlakukan sebagai tabungan. Selanjutnya dana yang terkumpul akan dikembangkan yang nantinya akan digunakan untuk membayar manfaat pesiun peserta.


(46)

b. Jenis Program Pensiun Sesuai PSAK NO.18 Tahun 2009

Program pensiun dapat dibedakan menjadi dua (PSAK no.18) tahun 2009, yaitu Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Dana Pensiun Pemberi Kerja dapat menyelenggaran PPIP atau PPMP, sedangkan Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat menyelenggarakan PPIP.

1. Program Pensiun Manfaat Pasti

Program Pesiun Manfaat Pasti (PPMP) adalah program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun atau program pensiun lain yang bukan merupakan Program Pensiun Iuran Pasti.

Dalam PMPP, besarnya pembayaran manfaat pensiun yang dijanjikan kepada peserta ditentukan dengan rumus manfaat pensiun yang telah ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. Rumus tersebut dipengaruhi oleh masa kerja, faktor penghargaan per tahun masa kerja dan penghasilan dasar pensiun. PPMP memnutuhkan bantuan aktuaris secara priodik untuk menentukan besarnya nilai kewajiban aktuaria, mengkaji kembali asumsi aktuarial yang digunakan dan merekomendasikan tingkat iuran yang seharusnya.

Kelebihan dan kelemahan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) menurut Wahab (2001:7) dapat dilihat sebagai berikut :

Kelebihan :

a. Lebih menekankan pada hasil akhir

b. Manfaat pensiun dapat ditentukan terlebih dahulu dikaitkan dengan penghasilan karyawan.


(47)

c. Masa kerja lalu karyawan dapat diakomodasi, terutama apabila program pensiun dibentuk jauh setelah Pemberi Kerja beroperasi.

d. Karyawan/peserta lebih dapat menemtukan besarnya manfaat pensiun yang akan diterima pada saat mencapai usia pensiun.

Kelemahan :

a. Pemberi kerja mengurangi risiko atas kekurangan dana apabila hasil pendapatan tidak dapat mencukupi untuk pembayaran manfaat pensiun.

b. Relatif lebih sulit mengadministrasikan.

2. Program Pensiun Iuran Pasti

Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) adalah program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun.

Dalam PPIP, jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari pemberi kerja, atau iuran peserta dan pemberi kerja atau iuran peserta, dan hasil usaha. Kewajiban dari pemberi kerja adalah membayar iuran sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun. Bantuan aktuaris biasanya tidak diperlukan, meskipun nasehat aktuaris kadang-kadang digunakan untuk memeperkirakan manfaat pensiun yang akan diterima peserta pada saat pensiun, berdasarkan jumlah iuran saat ini dan dimasa datang serta Dana Pensiun yang ada.


(48)

Kelebihan dan kelemahan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) menurut Wahab (2001:7) daapat dilihat sebagai berikut :

Kelebihan :

a. Pendanaan (biaya atau iuran) dari Pemberi Kerja lebih akurat diperhitungkan atau diperkirakan.

b. Karyawan dapat memperhitungkan besarnya iuran setipa bulan. c. Lebih mudah mengadministrasikan.

Kelemahan :

a. Penghasilan pada saat usia pensiun lebih sulit diperkirakan. b. Tidak dapat mengakomodasikan masa kerja karyawan.

c. Akuntansi Untuk Program Pensiun

Akuntansi atau pencatatan pembayaran dana pensiun dapat di lihat pada contoh ilustrasi jurnal dibawah ini menurut Kieso,dkk (2002:159) :

Asumsikan bahwa tanggal 1 januari 2000, PT.X untuk mempertanggungjawabkan program pensiun iuran pasti. Fakta-fakta berikut untuk program pensiun tersebut selama tahun 2009:

• Aktiva program, 1 januari 2009 adalah Rp 100.000.000 • Proyeksi kewajiban iuran Rp 100.000.000

• Biaya jasa tahunan adalah Rp 9.000.000 • Suku bunga penyelesaian 10%

• Pengembalian akrual atas aktiva program adalah Rp 10.000.000 • Kontribusi (pendanaan) adalah Rp 8.000.000


(49)

Pos Ayat jurnal umum Catatan memo

Saldo 1 jan 2009 Biaya jasa Biaya bunga

Pengembalian akrual Kontribusi

Tunjangan

Ayat jurnal untuk tahun 2009

Saldo 31 des 2009

9.000.000 – 8.000.000 = 1.000.000

beban pensiun kas biaya dibayar tahunan di muka

9.000.000 10.000.000(D) 10.000.000(K)

8.000.000(K)

9.000.000(D) 8.000.000(K) 1.000.000(K)

8.000.000(K)

112.000.000 – 111.000.000 = 1.000.000

Proyeksi aktiva Kewajiban program 100.000.000 100.000.000 9.000.000

10.000.000

10.000.000 8.000.000 7.000.000 7.000.000 112.000.000 111.000.000

Jurnal untuk mencatat beban pensiun adalah :

Beban pensiun 9.000.000

Kas 8.000.000

Biaya pensiun di bayar di muka/akrual 1.000.000 Keterangan :

Ayat jurnal kredit ke biaya pensiun di bayar di muka /akrual sebesar 1.000.000 menunjukkan adanya perbedaan antara beban pensiun tahun 2000 sebesar 9.000.000 dan jumlah yang didanai sebesar 8.000.000. biaya pensiun di bayar dimuka /akrual merupakan kewajiban karena program kuarang didanai sebesar 1.000.000 juga sama dengan saldo bersih dalam akun memo. Rekonsiliasi pos-pos dengan biaya pensiun di bayar di muka/akrual di laporkan dalam neraca. Neraca dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini.

Skedul rekonsiliasi pensiun per 31 desember 2000

Proyeksi kewajiban tunjangan (kredit) (112.000.000) Aktiva program sebesar nilai wajar (debet)

Biaya pensiun di bayar dimuka/akrual (kredit) ( 1.000.000) 111.000.000


(50)

Contoh Jurnal yang paling sederhana dapat di lihat di bawah ini

Hutang iuran pensiun xxx

Jurnal pembayaran dana pensiun

Kas xxx

Kas xxx

Jurnal penerimaan dana pensiun

Piutang iuran pensiun xxx

Keterangan :

Hal ini dikarenakan iuran dana pensiun merupakan kewajiban tidak lancar yang dapat dicarikan sesuai dengan priode/waktu tertentu. Dan biasanya pembayaran kewajiban tidak lancar ini dilakukan setiap bulan sesuai dengan besarnya dana yang akan dikelurkan.

Dalam akuntansi untuk program pensiun terdapat hal yang dapat menjelaskan beberapa kesepakatan umum. Menurut Kieso,dkk (2002:257) adalah sebagai berikut :

1. Ukuran alternatif kewajiban

Sebagaian besar akuntan setuju bahwa kewajiban pensiun pemberi kerja adalah kewajiban kompensasi yang ditangguhkan kepada para karyawannya atas jasa-jasa mereka menurut persyaratan dalam program pensiun, tetapi ada cara alternatif untuk mengukur kewajiban itu. Beberapa ukuran kewajiban itu adalah

a) Mendasarkannya hanya kepada tunjangan yang di jamin sepenuhnya kepeda karyawan. Tunjangan terjamin adalah tunjangan yang berhak di terima karyawan sekali pun karyawan itu tidak memberikan jasa tambahan dalam program.

b) Mendasarnya perhitungan jumlah kompensasi yang ditangguhkan itu dengan seluruh tahun masa kerja yang dijalani karyawan setelah mengikuti program baik yang terjamin maupun yang tidak terjamin dengan menggunakan tingkat gaji yang sekarang berlaku. Ukuran ini disebut akumulasi kewajiban tunjangan.


(51)

c) Mendasarkan perhitungan jumlah kompensasi yang ditangguhkan atas masa kerja yang terjamin maupun yang tidak terjamin dengan menggunakan gaji masa depan. Ukuran ini disebut proyeksi kewajiban tunjangan.

2. Kapitalisasi lawan Nonkapitalisasi 3. Komponen Beban Pensiun

Ada kesepakatan umum bahwa biaya pensiun harus dipertanggungjawabkan dengan dasar akrual. Akan tetapi, penentuan biaya pensiun ini sangat rumit karena merupakan fungsi dari komponen-komponen. Komponen-komponen beban pensiun adalah sebagai berikut :

a) Biaya Jasa.

Biaya jasa merupakan beban yang disebabkan oleh kenaikan hutang tunjangan pensiun (proyeksi kewajiban tunjangan) kepada karyawan atau jasa yang mereka berikan selama tahun berjalan. Aktuaris menghitung biaya jasa sebagai nilai sekarang tunjangan baru yang diperoleh karyawan selama tahun berjalan.

b) Bunga atas kewajiban

Karena pensiun adalah perjanjian kompensasi yang ditangguhkan, maka terdapat faktor nilai waktu dari uang. Akibatnya, pensiun dicatat atas dasar setelah didiskontokan. Beban bung setiap akrual setiap tahun atas proyeksi kewajiban tunjangan terjadi tepat seperti pada beban bunga atas hutang yang didiskontokan. Akuntan menrima bantuan dari aktuaris dalam memilih suku bunga, yang dikenal dengan suku bunga penyelesaian.

c) Pengembalian aktual atas aktiva program.

Pengembalian yang dihasilkan oleh akumulasi aktiva dana pensiun selama tahu tertentu adalah relevan dengan pengukuran biaya bersih bagi pemberi kerja yang mensponsori program pensiun karyawan.

d) Amortisasi biaya jasa sebelumnya yang belum diakaui. e) Keutungan atau kerugian.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu atau tinjauan terdahulu yang telah diteleti oleh peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan Dana Pensiun adalah sebagai berikut :


(52)

a. Rafika Sari (2008)

“Pengaruh Sistem Pemberian Tunjangan Dana Pensiun Terhadap Manfaat Pensiun dan Tingkat Kepuasan pensiunan pada PTPN IV (Persero) Medan”

Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan sistem pembayaran per bulan dengan sistem bayar langsung sekaligus terhadap tingkat kepuasan pensiunan. Rata-rata kepuasan pensiunan lebih tinggi terhadap sistem pembayaran per bulan. Dan terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan sistem pembayaran per bulan denga sistem sekaligus langsung bayar terhadap besarnya manfaat pensiun. Apabila dibandingkan besarnya manfaat pensiun sistem pembayaran per bulan dengan sistem langsung sekaligus bayar untuk satu priode saja, akan terlihat perbedaan yang mencolok damana manfaat pensiun sekaligus langsung bayar.

Metode atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal. Penelitian ini ditunjukkan untuk melihat hubungan antar dua variabel atau lebih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan hubungan antara sistem pemberian tunjangan pensiun terhadap manfaat pensiun dan kepuasan pensiunan.

b. Felisya Dewi Meilika (2006)

“Fungsi Pengendalian Investasi Guna Meningkatkan Kecukupan Dana Pensiun pada PT. Krakatau Steel”

Menyimpulkan bahwa Pengendalian pada Dana Pensiun perusahaan memiliki kualifikasi : Hasil analisis secara keseluruhan adalah 75,60 % sehingga


(53)

dapat ditarik kesimpulan bahwa kualifikasi pengendalian cukup tinggi. Dan hasil analisis efektivitas pengendalian investasi adalah 80,83% sehingga dapat ditarik kesimpulan pengendalian investasi sangat efektif. Dan hasil analisis fungsi pengendalian adalah sebesar 76,16 % sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa pengendalian berfungsi dalam pengendalian investasi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yang bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki secara terperinci untuk menghasilkan rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.

Adapun yang menjadi perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian penulis adalah penulis disini menekankan pada pemeriksaan operasional yang terfokus pada dana pensiun yang terdapat pada perusahaan. Selain itu penulis juga menggunakan pengendalian internal (internal control) dalam menjaga kinerja perusahaan agar tidak terjadi kecurangan dan penyelewengan. Sesuai dengan komponen – komponen pengendalian internal yaitu : 1) lingkungan pengendalian, 2) penilaian risiko (risk assessment), 3)aktivitas pengendalian (control activities), 4) informasi dan komunikasi, 5)aktivitas pemantauan. Dan bagaimana cara menilai pelaksanaan pemeriksaan operasional atas dana pensiun sudah memadai, cara penyaluran dana pensiun, dan pengaruh pemeriksaan operasional dana pensiun terhadap efektivitas Dapenbun PTPN-II.


(54)

Tabel 2 . 1 Penelitian terdahulu No. Nama

peneliti

Judul penelitian Metode penelitian

Hasil penelitian 1. RafikaSari

(2008)

Pengaruh Sistem Pemberian

Tunjangan Dana Pensiun Terhadap Manfaat Pensiun dan Tingkat Kepuasan pensiunan pada PTPN IV (Persero) Medan

asosiatif kausal

Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan sistem pembayaran per bulan dengan sistem bayar langsung sekaligus terhadap tingkat kepuasan pensiunan. Dan terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan sistem pembayaran per bulan dengan sistem sekaligus langsung bayar terhadap besarnya manfaat pensiun. Apabila dibandingkan besarnya manfaat pensiun sistem pembayaran per bulan dengan sistem langsung sekaligus bayar untuk satu priode saja, akan terlihat perbedaan yang mencolok damana manfaat pensiun sekaligus langsung bayar.

2. Felisya Dewi Meilika (2006) Fungsi Pengendalian Investasi Guna Meningkatkan Kecukupan Dana Pensiun pada PT. Krakatau Steel

Deskriptif analitis

Hasil Menyimpulkan bahwa Pengendalian pada Dana Pensiun perusahaan memiliki kualifikasi : Hasil analisis secara keseluruhan adalah 75,60 % sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kualifikasi pengendalian cukup tinggi. Dan hasil analisis efektivitas pengendalian investasi adalah 80,83% sehingga dapat ditarik kesimpulan pengendalian investasi sangat efektif. Dan hasil analisis fungsi pengendalian adalah sebesar 76,16 % sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa pengendalian berfungsi dalam pengendalian investasi.


(55)

C. Kerangka Konseptual

Ilustarsi gambar kerangka konseptual dapat di lihat seperti berikut ini :

Gambar 2 . 3 Kerangka Konseptual

Sumber : diolah penulis, 2011

Kantor Dapenbun cabang PTPN-II merupakan penyalur dana pensiun untuk pensiunan bagi karyawan yang bekerja di PTPN-II. Secara otomatis perlu melakukan pemeriksaan operasional sebagai alat pengendalian internal perusahaan. Yang berguna untuk memeriksa dana pensiun yang ada di perusahaan. Pengendalian internal dibutuhkan sebagai alat agar tidak terjadi penyelewengan dan kecurangan dana pensiun yang akan dibayarkan kepada karyawan ataupun tenaga kerja lainnya.

KANTOR DAPENBUN CABANG PTPN-II

TG. MORAWA

PEMERIKSAAN OPERASIONAL

DANA PENSIUN PERKEBUNAN


(56)

Pengendalian internal yang dimiliki Dapenbun harus sesuai dengan komponen – komponen pengendalian internal yaitu : 1) lingkungan pengendalian, 2) penilaian risiko, 3) aktivitas pengendalian, 4) informasi dan komunikasi, 5) aktivitas pemantauan.

Hal ini yang membuat perlunya dilakukan pemeriksaan sebagai alat pengendalian perusahaan. Hasil pemeriksaan ini dapat dijadikan sebagai masukan dan rekomendasi bagi pihak manajemen agar perusahaan menjadi semakin baik di masa-masa yang akan datang.

Selaian itu rekomendasi atau saran yang dihasilkan dari hasil pemeriksaan juga dapat dijadikan acuan atau pegangan bagi perusahaan/organisasi dalam pengambilan keputusan di masa kerja yang akan datang.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat/Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi / tempat penelitian ini dilakukan pada kantor DAPENBUN cabang PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (Persero) yang beralamat di JL. MEDAN – TG.MORAWA KM 15,5.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu metode dimana penulis mengumpulkan data – data penelitian yang diperoleh dari objek penelitian dan literatur – literatur lainnya yang kemudian diuraikan secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya.

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan yang membutuhkan pengolahan yang lebih lanjut seperti wawancara atau pengisian kuesioner.


(58)

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data pelengkap bagi data primer yang diperoleh dalam bentuk hasil pengolahan yang sudah jadi, berupa publikasi maupun data perusahaan. Seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, dan catatan atau laporan dana pensiun.

D. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan metode : 1. Metode Deskriptif

Sugiyono (2004) mendefinisikan metode desktiptif sebagai penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel / lebih ( independen ) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan : 1. Teknik wawancara, yaitu dilakukan dengan cara tanya jawab langsung

dengan pihak perusahaan khususnya bagian yang berkaitan langsung dengan penelitian.

2. Teknik dokumentasi, yaitu dengan meminta dan menganalisis bahan – bahan hasil dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian.


(59)

3. Teknik observasi, yaitu merupakan salah satu teknik pengumpulan data primer dengan cara pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan pada kantor Dapenbun PTPN-II (Persero)


(60)

BAB 1V

ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Perusahaan

a. Sejarah Singkat PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (Persero)

Perusahaan Perseroan PT Perkebunan II yang bergerak di bidang Pertanian dan Perkebunan didirikan dengan Akte Notaris G.H.S Loemban Tobing SH Nomor 12 tanggal 5 April 1976 yang diperbaiki dengan Akte Nomor 54 tanggal 21 Desember 1976, dan Pengesahan Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. Y.A5/43/8 tanggal 28 Januari 1977 dan telah diumumkan dalam Lembaran Negara Nomor 52 tahun 1978 sebagai tambahan Berita Negara RI No. 6 tanggal 20 Januari 1978 yang telah didaftarkan kepada Pengadilan Negeri Tingkat I Medan tanggal 19 Februari 1977 Nomor 10/1977/PT.

Perseroan Terbatas ini bernama: Perusahaan Perseroan PT Perkebunan II, disingkat ‘PT Perkebunan II’ merupakan perubahan bentuk dan gabungan dari PN. Perkebunan II dan PN. Perkebunan Sawit Seberang. Pendirian Perusahaan ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 1969. Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1975. mulai tahun 1984 menurut Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham Akte Pendirian tersebut di atas telah dirubah dan diterangkan dalam Akte Notaris Imas Fatimah Nomor 94 tanggal 13 Agustus 1984 yang kemudian diperbaiki dengan Akte Nomor 26 tanggal 8 Maret 1985 dengan persetujuan Menteri Kahakiman No.


(61)

C2-5013-HT.0104 tahun 1985 tanggal 14 Agustus 1985. sesuai dengan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 20-12-1990 Akte tersebut mengalami perubahan kembali dengan Akte Notaris Imas Fatimah No. 2 tanggal 1 April 1991 dengan persetujuan Menteri Kehakiman No. C1-4939-HT.01.04 TH-91 tanggal 20 September 1991.

Selanjutnya pada tanggal 11 Maret 1996, kembali diadakan reorganisasi berdasarkan wilayah kerja, dimana PT Perkebunan II yang didirikan dengan Akte Notaris GHS Loemban Tobing, SH No. 6 tanggal 1 April 1974 dan PT Perkebunan IX yang didirikan dengan Akte Notaris Ahmad Bajumi, SH No. 100 tanggal 18 September 1983, dilebur dan digabungkan menjadi satu dengan nama PT Perkebunan Nusantara II yang dibentuk dengan Akte Notaris Harus Kamil, SH Nomor 35 tanggal 11 Maret 1996, kemudian diperbaharui dengan Akte Notaris Sri Rahayu Prasetyo, SH No. 7 tanggal 8 Oktober 2002. Anggaran dasar ini direvisi kembali dengan Akte Notaris Nur Muhammad Dipo Nusantara Pua Upa, SH No.33 tanggal 13 Agustus 2008.

Pada tanggal 9 Juni 2009, PT Perkebunan Nusantara II (Persero) Medan melakukan kerja sama dengan Kuala Lumpur Kepong Plantation Holding BHD (KLK.PH) untuk mendirikan perusahaan patungan (PT LNK), selanjutnya pada tanggal 1 Juli 2009 PTP nusantara II melakukan Kerja Sama Operasi (KSO) dengan PT. LNK untuk mengelola Distrik Rayon Tengah (di 5 unit usaha termasuk 2 pabrik kelapa sawit di dalamnya). Saat ini perusahaan mengelola 23 unit usaha (termasuk 6 unit pabrik kelapa sawit, 2 unit Pabrik Gula (PG), 4 unit Pabrik Kakao, 4 unit Rumah Sakit, 1 unit Bengkel Pusat (BP), 1 unit


(62)

BalaiPenelitian Tembakau Deli (BPTD), dan 1 unit Riset dan Pengembangan Tebu (Risbang Tebu).

PT Perkebunan Nusantara II (Persero) Medan mengusahakan komoditi areal seluas 85.988,92 ha, karet 10.608,47 ha dan kakao seluas 1.981,96 ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri plus inti, PT Perkebunan Nusantara II (Persero) Medan juga mengelola areal plasma milik petani seluas 22.460,50 ha untuk tanaman kelapa sawit. Disamping itu PT Perkebunan Nusantara II juga mengelola tanaman musiman yaitu tanaman tebu dan tembakau. Tanaman tebu lahan kering ditanam pada areal seluas 13.226,48 ha.

Selain itu PT. Perkebunan Nusantara II ini memiliki visi, misi, dan tujuan sebagai berikut :

Visi : Menjadi perusahaan agribisnis yang tangguh dan mampu bersaing di pasar global.

Misi : PTPN-II sebagai perusahaan agribisnis yang handal, memegang komitmen pada peningkatan nilai, pertumbuhan berkesinambungan, diversifikasi produk tanaman terpadu, bekerja efisien dan optimal. Tujuan : Melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program

pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan secara umum, dan di sektor pertanian dan perkebunan pada khususnya.


(63)

b. Sejarah dan Stuktur Organisasi Dapenbun Cabang PT.Perkebunan Nusantara II (Persero)

1. Sejarah Dapenbun

Dana pensiun perkebunan yang selanjutnya di singkat menjadi DAPENBUN dengan kantor pusat di Jakarta dan kantor cabang di tempat-tempat lainnya menurut kebutuhan.

Dapenbun merupakan kelanjutan dari “Yayasan Dana Pensiun Perkebunan” yang didirikan berdasarkan akte notaris Abdul Latief, SH nomor 8 tanggal 8 Januari 1976 yang menyelenggarakan program pensiun anggota Direksi dan staf yang telah disesuaikan dengan Undang-Undang Dana Pensiun dan telah disahkan Menteri berdasarkan Surat Keputusan nomor Kep-554/KM.17/1997 tanggal 29 Oktober 1997.

Perubahan terakhir telah disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan R.I yaitu Kep-193/KM.10/2007 tanggal 02 Oktober 2007. Perusahaan/organisasi ini didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya.

Maksud dan tujuan didirikan Dapenbun Cabang PTPN-II ini adalah hanya mengelola data base peserta Dapenbun dan setiap bulannya membuat permintaan modal kerja ke Dapenbun Pusat Jakarta dan selanjutnya membayarkan manfaat pensiun kepada peserta pensiun. Sedangkan maksud dan tujuan Dapenbun Pusat Jakarta adalah menghimpun dan mengelola dana untuk mengusahakan kesinambungan penghasilan serta meningkatkan kesejahteraan peserta program manfaat pasti.


(64)

Penelasannya dapat terlihat dari gambar flowchart alur kegiatan Dapenbun Cabang PTPN-II :

Iuran normal

Modal kerja

Pembayaran manfaat pensiun

Gambar 4 . 1

Flowchart alur kegiatan Dapenbun

Sumber : Dapenbun PTPN-II Dapenbun Pusat

Jakarta

PT. Perkebunan Nusantara II

Dapenbun Cab. PTPN-II

Peserta pensiunan


(65)

2. Struktur Organisasi Dapenbun Cabang PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Strukrut organisasi Dapenbun Cabang PTPN-II (Persero) Tanjung Morawa adalah sebagai berikut :

1.Kepala Cabang

Yang di pimpin oleh Bapak Ir.H. Tambah Karo-Karo

• Bertanggung jawab terhadap penyaluran dana pensiun yang akan disalurkan kepada pensiunan, serta bertanggung jawab menjaga memilihara seluruh catatan, dokumen yang berhubungan dengan semua urusan penyaluran dana. Dan melaksanakan pembayaran manfaat iuran pasti kepada pensiunan.

• Wewenangnya adalah melakukan rapat khusus yang harus dihadiri oleh seluruh staf dan pegawai Dapenbun cabang PTPN-II.

2.Wakil Kepala Cabang

Yang di pimpin oleh Bapak H.E. Zulfan Effendi

Bertanggung jawab membantu kepala cabang dalam melaksanakan kegiatannya serta memiliki tanggung jawab dan wewenang yang hampir sama dengan kepala cabang.

3.Kordinator

Yang di pimpim oleh Bapak Jules Hutagalung

Bertanggung jawab untuk memonitori dan mengawasi jalannya penyaluran dana yang akan disalurkan serta membantu kepala dan wakil kepala dalam melaksanakan tugas-tugas.


(1)

untuk tiap tahun masa kerja sampai 20 tahun dan 2,5% untuk tiap masa kerja di atas 20 tahun. Sedangkan untuk manfaat iuran normal berdasarkan iuran peserta sendiri sebesar 6%, dan untuk iuran pemberi kerja /perusahaan adalah sebesar 6,53% tetapi ini bisa berubah-ubah sesuai keputusan perusahaan.

4. Dengan adanya pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor maka pengendalian internal perusahaan juga telah berjalan sebagaiman semestinya karena sudah dilakukan pengawasan fisik terhadap proses penyaluran, adanya pengawasan terhadap proses pengambilan dana pensiun, adanya pemisahan tugas yang efektif, juga telah memiliki kebijakan mengenai sanksi penyelewengan/kecurangan yang kemungkinan dilakukan oleh para pegawai atau staf Dapenbun.

5. Tujuan dan peranan auditor internal juga sudah baik dalam melakukan tuga-tugas. Selain itu auditor juga diwajibkan memberikan masukan-masukan atau rekomendasi yang dapat dijadikan pedoman bagi perusahaan dalam menjalankan kinerja di masa yang akan datang.

B. Keterbatasan Penelitin

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagi berikut :

1. Waktu dan tempat penelitian, yaitu waktu penelitian hanya diberikan ± 2 bulan dan tempat penelitian hanya pada kantor Dapenbun Cabang PTPN-II.


(2)

2. Objek penelitian, yaitu peneliti hanya melakukan penelitin mengenai Dana Pensiun yang hanya mencakup pada perhitungan dan cara penyalurannya, hal ini dikarenakan Dapenbun cabang PTPN-II ini hanya merupakan mitra kerja perusahaan/pemberi kerja. Dapenbun ini bukan pengola dana pensiun yang ada.

3. Peneliti hanya menggunakan metode deskriptif dan memberikan sedikit angka/kunatitatif sebagai perbandingan perhitungan dana pensiun yang akan di salurkan.

C. Saran

Setelah penulis menarik kesimpulan, maka penulis mencoba untuk memberikan saran yang diharapkan akan mendukung tercapinya tujuan perusahaan atau pun Dapenbun sendiri :

1. Sebaiknya penyaluran dana pensiun yang akan diberikan oleh Dapenbun kepada pensiunan tetap waktu yaitu awal bulan. Apabila penyaluran dilakukan dengan cara transfer ke rekening pensiunan maka di sarankan harus tetap melakukan kerja sama dengan bank-bank yang bersangkutan. 2. Sebaiknya laporan hasil pemeriksaan yang telah disetujui pihak

manajemen dan kemudian ditindaklanjuti oleh divisi penggajian sebaiknya dimonitor secara terjadwal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti bahwa laporan hasil pemeriksaan yang menunjukkan kelemahan-kelemahan penggajian benar-benar ditindaklanjuti serta mengetahui kesulitan yang dihadapi bagian penggajian dalam tindak lanjut tersebut.


(3)

3. Sebaiknya perusahaan memberikan tunjang yang lebih ketika pensiunan sudah tidak lagi aktif dan produktif bekerja apalagi dengan pensiunan yang berhenti bekerja karena cacat. Seperti dengan tetap memberikan catu beras, tunjangan rumag sakit dan lainnya.

4. Sebaiknya Dapenbun tetap mempertahankan pengendalian internal yang telah ada sekarang, jika memungkinkan sebaiknya auditor internal Dapenbun harus diberikan pelatihan-pelatihan agar pengetahuannya lebih dari yang telah ada. Sehinnga kefektifan dan keefisiensian kinerja tetap terjaga.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno.2004. Auditing (pemeriksaan akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi ketiga,LPFE UI, Jakarta.

Arens, Alvin A, Elder, Randal J, Beasly. Mark S. 2008. Auditing and Assurance Service, An Integrated Approch.Twelft Edition, Prentice Haal, Englewood Cliffs, New Jersey.

Arens, Alvin A, Elder, Randal J, Beasly. Mark S. 2006. Auditing dan pelayanan verifikasi : pendekatan terpadu.Edisi sembilan, PT. Indeks, Jakarta. Boyton, William C, Johnson, Raymond N, Kell, Walter G. 2003. Modern

auditing. Edisi ketujuh, jilid II, Erlangga, Jakarta.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan manajemen. Edisi kelima, USU press, Medan.

Guy, Dan M, Alderman, C. Wayne, and Winters, Alan J. 2002. Auditing. Edisi kelima, jilid I, Erlangga. Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia,2009. Standart Akuntansi Keuangan nomor 18 tentang Dana Pensiun. Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal dan Penulisan Skripsi. Medan. Kieso, Donald E, Weygandt. J Jerry, Warfield. D Terry.2002. Akuntansi

Intermediate. Edisi kesepuluh, jilid 3, Erlangga. Jakarta.

Meilika, Felisya Dewi, 2006. Fungsi Pengendalian Investasi Guna Meningkatkan Kecukupan Dana Pensiun pada PT. Krakatau Steel. Skripsi. Universitas Widyatama,Bandung.

Mulyadi, 2002. Auditing 1 . Edisi keenam, Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, Kanaka Puriredja. 2001. Auditing. Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Raider, Rob, 2002 . Operational Review : Maximum Result at Efficient Cost. Third edition, John Wiley & Sons, New Jersey.

Sari, Rafika, 2008. Pengaruh Sistem Pemberian Tunjangan Dana Pensiun Terhadap Manfaat Pensiun dan Tingkat Kepuasan pensiunan pada PTPN IV (Persero) Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan. Sawyer’s, 2005. Audit internal Sawyer. Edisi kelima, Salemba Empat, Jakarta. Sugiono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keenam, Alfabeta, Bandung.


(5)

Wahab, Zulaini, 2001. Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia. Cetakan pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung.


(6)

Lampiran I Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Januari 2011 Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pengajuan proposal Bimbingan/perbai kan proposal Seminar proposal skripsi Pengumpulan/pen golahan data Bimbingan Skripsi Penyelesaian skripsi

Ujian meja hijau /komprehensif