Marnov P.P. Nainggolan : Analisis Pengaruh LDR, NIM dan BOPO Terhadap ROA Bank Umum Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
ini belum tentu baik jika dilihat dari sudut pandang pemilik sehingga ini yang membuat tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan menjadi indikator yang
lemah dalam penilaian kinerja suatu bank. Untuk profitabilitas menjadi alat ukur kinerja yang tepat Gilbert : 1984.
Profitabilitas mencerminkan seberapa besar kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan dan ini ditunjukan melalui tingkat kesehatan bank.
2.6 Kesehatan Bank
Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Sama seperti manusia yang harus
selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Bank yang tidak sehat, bukan hanya
membahayakan dirinya sendiri, akan tetapi kepada pihak lain juga. Penilaian kesehatan bank amat penting disebabkan karena bank mengelola dana masyarakat
yang dipercayakan kepada bank. Masyarakat sebagai pemilik dana dapat saja menarik dana yang dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup mengembalikan dana yang
dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya. Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Dalam
peraturannya, Bank Indonesia mengatur kualifikasi sektor manajemen dan usaha setiap bank dengan tujuan mengendalikan kompleksitas usaha bank dan risiko yang
dimilikinya, sehingga diharapkan terciptanya perbankan yang dapat mengakomodir kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat
pengguna jasa bank dan Bank Indonesia sebagai otoritas pengawasan bank. Dalam
Marnov P.P. Nainggolan : Analisis Pengaruh LDR, NIM dan BOPO Terhadap ROA Bank Umum Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
perkembangannya Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang menyatakan tingkat kesehatan dan berfungsi sebagai alat pengukur atas suatu kondisi laporan
keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai standard yang berlaku. Peraturan itu dimulai dari Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang
perbankan yang menyebutkan beberapa ketentuan adalah sebagai berikut : 1.
Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. 2.
Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen,
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.
3. Bank wajib memlihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 2 dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Kemudian peraturan di atas diperlengkap dengan peraturan Bank Indonesia No. 10 tahun 1998 yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan suatu bank didasarkan
atas : 1.
Faktor Permodalan 2.
Faktor kualitas Aktiva 3.
Faktor Manajemen dengan Penekanan pada Manajemen Umum dan Manajemen Resiko.
4. Faktor Rentabilitas
5. Faktor Likuiditas
Marnov P.P. Nainggolan : Analisis Pengaruh LDR, NIM dan BOPO Terhadap ROA Bank Umum Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
6. Pelaksanaan ketentuan lain yang mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan
bank. Selanjutnya Peraturan Bank Indonesia No. 610PBI2004 Tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, di mana untuk menciptakan kondisi yang lebih kondusif dan prudent di dunia perbankan Indonesia. Dan peraturan pemerintah
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia di atas mengenai alat ukur penilaian tingkat kesehatan perbankan mencakup penilaian faktor CAMEL atau sering disebut Analisis
CAMEL yakni : 1.
Aspek Permodalan Capital Penilaian pertama adalah aspek permodalan suatu bank. Dalam aspek ini yang
dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yand didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilain tersebut didasarkan
kepada CAR Capital Adequacy Ratio yang telah ditetapkan BI. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang
Menurut Resiko. Ketentuan pencapaian CAR yang ditetapkan pemerintah memerlukan waktu, sehingga pemerintahpun memberikan waktu sesuai
dengan ketentuan. Apabila sampai waktu yang telah ditentukan, target CAR tidak tercapai, maka bank yang bersangkutan akan dikenai sanksi.
2. Aspek Kualitas Aset Asset
Aspek yang kedua adalah mengukur kualitas aspek bank. Dalam hal ini upaya yang dilakukan adalah untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki bank.
Penilaian aset oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva
Marnov P.P. Nainggolan : Analisis Pengaruh LDR, NIM dan BOPO Terhadap ROA Bank Umum Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif
diklasifikasikan. Rasio dapat dilihat dari neraca yang dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.
3. Aspek Kualitas Manajemen Management
Aspek yang ketiga meliputi penilaian kualitas manajemen bank. Untuk melihat kualitas manajemen dapat dilihat hari kualitas manusianya dalam
mengelola bank. kualitas manusia juga dapat dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman para karyawan dalam menangani berbagai kasus yang terjadi.
Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen
likuiditas. 4.
Aspek Earning Merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
meningkatkan keuntungan. Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Kegunaaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efiiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat di atas standard
yang telah ditetapkan. Penilaian ini meliputi : a.
Rasio Laba terhadap Total Aset ROA b.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO c.
Net Interest Margin NIM
Marnov P.P. Nainggolan : Analisis Pengaruh LDR, NIM dan BOPO Terhadap ROA Bank Umum Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
5. Aspek Likuiditas Likuidity
Aspek kelima penilaian terhadap aspek likuditas bank. Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu membayar semua
hutangnya terutama hutang-hutang jangka pendek. Dalam hal ini yang dimaksud hutang-hutang jangka pendek yang ada di bank antara lain adalah
simpanan masyarakat seperti simpanan tabungan, giro dan deposito. Dikatakan likuid jika pada saat ditagih bank mampu membayar. Kemudian
bank juga harus dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Penilaian dalam aspek ini meliputi :
a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar.
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank KLBI, giro,
tabungan, deposito dan lain-lain.
Tabel 2.1 Faktor-faktor yang Dinilai dan Bobotnya
Faktor yang dinilai Bobot
1. Capital
Permodalan 25
2. Asset
kualitas Aktiva produktif 30
3. Management
Manajement 25
4. Earning
Rentabilitas 10
5. Liquidity
Likuiditas 10
Sumber:Surat Edaran Bank Indonesia, 30 April 1997
Marnov P.P. Nainggolan : Analisis Pengaruh LDR, NIM dan BOPO Terhadap ROA Bank Umum Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
Pelaksanaan penilaian tingkat kesehatan tersebut dilakukan dengan mengkuantifikasikan komponen dari masing-masing faktor. Selanjutnya, faktor dan
komponen diberikan bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan bank. Penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit reward system
yang dinyatakan dalam nilai kredit 0 sampai 100. Berdasarkan hasil penilaian atas dasar bobot, kemudian ditetapkan 4 predikat tingkat kesehatan bank yaitu :
a. Sehat, jika nilai kredit 81 sampai 100
b. Cukup sehat, jika nilai kredit 66 sampai dengan kurang 81
c. Kurang sehat, jika nilai kredit 51 sampai dengan kurang 66
d. Tidak sehat, jika nilai kredit 0 sampai dengan kurang 51
2.7 Kualitas Kredit