ini juga ditandai oleh akumulasi utang luar negeri yang terus membengkak dan kondisi perbankan yang fragile hingga berujung pada krisis ekonomi di tahun 1997-
1998. Setelah krisis ekonomi, ekonomi Indonesia kembali mengalami perlambatan pertumbuhan.
Jika dilihat dari Produk Domestik Bruto sektoral, terlihat adanya perubahan struktur ekonomi yang berkelanjutan. Sektor pertanian menunjukkan kecenderungan
menurun dimana perannya digantikan oleh industri pengolahan yang tumbuh pesat sejak 1990 – 2000. Sementara itu sektor-sektor yang lain relatif stabil, kecuali sektor
keuangan yang terus tumbuh pada masa sebelum krisis dan akhirnya menurun drastis setelah krisis ekonomi. Keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan
tercermin pada pendapatan masyarakat yang cenderung meningkat pesat. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 1966 sd. 2005 dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Sumber : Bank Indonesia, 2007 Gambar
4.3. Rata-rata pertumbuhan Ekonomi Indonesia
periode 1966 sd. 2005 dalam persen
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
Jika diukur berdasarkan pendapatan per kapita dalam US, pendapatan masyarakat tumbuh dari level US 200 pada tahun 1974 hingga mencapai level US
1.200 tahun 1996, sebelum akhirnya merosot kembali akibat krisis pada level US 600. Setelah krisis, pendapatan masyarakat akhirnya mencapai diatas level US 1.200
pada akhir 2005 Tjahyono dan Anugrah, 2006. Perkembangan kondisi perekonomian Indonesia belakangan ini menunjukkan
kondisi lebih baik, digambarkan dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, terutama tahun 2007 yang berhasil menembus angka di atas 6
persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2007 bahkan mencapai momentum pertumbuhan tertinggi semenjak krisis, yaitu sebesar 6,3 persen y-o-y. Dari sisi
permintaan, angka realisasi tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya daya beli masyarakat, membaiknya iklim investasi, dan tingginya permintaan dunia
terhadap produk ekspor Indonesia. Sumber utama pertumbuhan berasal dari investasi dan ekspor yang mencatat pertumbuhan tertinggi. Pertumbuhan konsumsi rumah
tangga tahun 2007 mencapai 5,0 persen jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2006 yang hanya sebesar 3,2 persen. Kondisi ini membuat konsumsi rumah tangga
mendominasi peranan dalam Produk Domestik Bruto sebesar 63,5 persen Nota Keuangan dan RAPBN Indonesia, 2009.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada suatu periode memiliki kecenderungan mempengaruhi tabungan nasional pada periode berikutnya. Rata-rata
pertumbuhan ekonomi periode 1981-1985 sebesar 5,08 persen mendorong kenaikan rata-rata tabungan nasional pada periode berikutnya menjadi 19,46 persen. Demikian
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
pula halnya dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi periode 1991- 1995 yang mendorong kenaikan rata-rata tabungan nasional periode berikutnya menjadi 19,84
persen. Bahkan penurunan rata-rata pertumbuhan ekonomi periode 1996 – 2000 menyebabkan berkurangnya rata-rata tabungan nasional menjadi 15,34 persen.
Penurunan tabungan nasional tersebut mengurangi kemampuan pengeluaran investasi yang diperlukan untuk mempertahankan momentum pembangunan.
Walaupun demikian, Indonesia cukup beruntung karena dari 4 periode yang diamati maka hanya satu periode saja 1986 – 1990 yang tidak memperlihatkan hubungan
positif antara pertumbuhan ekonomi dengan tabungan nasional di Indonesia. Gambar di bawah ini menunjukkan informasi tersebut
Sumber : Bank Indonesia, 2007 World Bank, 2007
Gambar 4.4. Pertumbuhan Ekonomi
dan Rasio
Tabungan Nasional Indonesia terhadap PDB periode 1981 sd. 2005 dalam
persen
Budi Mulyadi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Nasional Di Indonesia, 2009 USU Repository © 2008
4.3 Kondisi Defisit Anggaran di Indonesia