Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH :

NAMA : JHON POLMAN F.L PURBA

NIM : 050501031

DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

MEDAN 2008


(2)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

Intention of this research is to know how factors influencing saving of private sector and invesment of private sector at long-range time framework and short-range in Indonesia. Variable use is Earnings of National of Disposibel Riil(Gndi), Mount The Deposit Rate Riil(R), Mount The Inflasi(P), Earnings of National Riil(Y) and Governmental Invesment Ratio to PDB(GIY) and also economic variable dummy crisis of Indonesia. Data utilized is annual data time-series that is period 1984-2003 with the method of approach of Kointegrasi and approach ECM ( Error Correction Model).

Result of estimation indicate that at saving of private sector and invesment of private sector, R-Square of each is equal to 56% and 98%, its meaning that independent variable able to explain the variable dependen that is saving and invesment of private sector equal to 56% and 98% while the rest explained by other dissimilar variable which is not entered/included by into model. F-Statistik for the saving of private sector is bigger than F-Tabel ( 4,48 > 3,06), its meaning that Gndi, R, P and variable dummy by together influence the private sector saving, signifikan at = 5%. While F-Statistik for the invesment of private sector is bigger than F-Tabel ( 132,23 > 4,69), its meaning that R, P, Giy, Y and variable dummy by together influence the private sector invesment, signifikan at = 1%


(3)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan swasta dan investasi swasta pada kerangka waktu jangka panjang dan jangka pendek di Indonesia. Variable yang digunakan adalah Pendapatan Nasional Disposibel Riil(gndi), Tingkat Suku Bunga Deposito Riil(r), Tingkat Inflasi(p), Pendapatan Nasional Riil(y) dan Rasio Investasi Pemerintah terhadap PDB(giy) serta variable dummy krisis ekonomi Indonesia. Data yang dipergunakan adalah data time-series tahunan yaitu periode 1984-2003 dengan metode pendekatan Kointegrasi dan pendekatan ECM (Error Correction

Model).

Hasil estimasi menunjukkan bahwa pada tabungan swasta dan investasi swasta R-square masing-masing adalah sebesar 56% dan 98%, artinya bahwa variabel independen mampu jelaskan variabel dependen yaitu tabungan dan investasi swasta sebesar 56% dan 98% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. F-statistik untuk tabungan swasta adalah lebih besar dari F-tabel (4,48 > 3,06), artinya bahwa gndi, r, p dan variabel dummy secara bersama-sama mempengaruhi tabungan swasta, signifikan pada

=5%. Sedangkan F-statistik untuk investasi swasta adalah lebih besar dari F-tabel (132,23 > 4,69), artinya r, p, giy, y dan variabel dummy secara

bersama-sama mempengaruhi investasi swasta, signifikan pada =1%.


(4)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat rahmat dan karuniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan juga penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi para mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana. Untuk memenuhi kewajiban tersebut maka penulis menyusun

skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi penulisan yang lebih sempurna di masa yang akan datang.

Hal yang paling indah dalam kesempatan ini adalah bahwa penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dalam dukungan doa, moril maupun materil, yaitu kepada :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, MEc, selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, selaku ketua jurusan Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Aman Tarigan, SU, selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya. Msi dan Bapak Paidi Hidayat, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk yang berguna bagi penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Pegawai di Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembanguan yang telah mengajar dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

6. Buat orang tua tercinta Mama, N. Saragih dan juga adik-adik ku yang manis, (Icha, Ara, Maria), tetap semangat belajarnya, dan buat seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dan tidak pernah lelah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Buat sahabat-sahabat “G5” (Pandita Tedy, Bangkit, Bomen, Udin, Joni, Fery, Tomy, Doni, Komo) semangat bro. Semoga persahabatan kita tetap indah dan selalu penuh kasih.

8. Buat seseorang (Mec_Aya), makasih buat dukungan dan doa dari mu, yang selalu membuat aku tetap semangat selalu, makasih buat kopinya yach.


(6)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

9. Buat teman-teman seperjuangan EPO5 yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih buat kebersamaan kita selama ini. Tetap Semangat ya! EP SALUTE!!!

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan damai sejahteraNya bagi kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 10 Maret

Penulis

(Jhon polman F.L Purba)


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Defenisi Tabungan ... 7

2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan 2.2.1 Teori J.M Keynes ... 9

2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of Consumption and Saving ... 11

2.2.3 Teori Klasik ... 13

2.2.4 Teori Neoklasik ... 14

2.3 Defenisi Investasi 2.3.1 Penanaman Modal Asing (PMA) ... 18

2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN) ... 18 2.4 Teori dan Pemikiran Tentang Investasi


(8)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior ... 23

2.4.2 Tobin’s Theory of Investment ... 25

2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 31

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.3 Pengolahan data ... 32

3.4 Model Analisis Data ... 51

3.5 Pengujian Statistik ... 54

3.5.1 Uji Akar Unit ... 53

3.5.2 Uji Kointegrasi ... 55

3.5.3 Uji Kesesuaian ... 56

3.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 59

3.5.5 Defenisi Variabel Operasional ... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Interpretasi Data ... 47

4.2 Unit Root Test ... 65

4.3 Estimasi dan Hasil Regresi Model Kointegrasi ... 68

4.4 Hasil Regresi Error Correction Model ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 108


(9)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1. Table 3.1 Batas Kritis Pengujian Durbin Watson Statistik

2. Tabel 4.1 Perkembangan Tingkat Tabungan Swasta dan Pertunbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003

3. Tabel 4.2 Perkembangan Tingkat Investasi Swasta dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003

4. Tabel 4.3 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional Disposibel dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003

5. Tabel 4.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Nominal dan Tingkat Suku Bunga Riil di Indonesia Periode 1983-2003

6. Tabel 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi IHK di Indonesia Periode 1983-2003

7. Tabel 4.6 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional (PDB) di Indonesia Periode 1983-2003

8. Tabel 4.7 Perkembangan Investasi Pemerintah dan Rasio Investasi Pemerintah Terhadap PDB di Indonesia Periode 1983-2003 9. Tabel 4.8 Batas Kritis ADF t-Statistik


(10)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

11. Tabel 4.10 Nilai Uji t-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta 12. Tabel 4.11 Hasil Uji t-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta 13. Tabel 4.12 Nilai t-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta 14. Tabel 4.13 Hasil Uji t-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta 15. Tabel 4.14 Nilai F-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta 16. Tabel 4.15 Nilai F-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta

17. Tabel 4.16 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Tabungan Swasta

18. Tabel 4.17 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Investasi Swasta

19. Tabel 4.18 Run test Model Kointegrasi Investasi Swasta 20. Tabel 4.19 Nilai t-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta 21. Tabel 4.20 Hasil Uji t-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta 22. Tabel 4.21 Nilai t-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta 23. Tabel 4.22 Hasil Uji t-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta 24. Tabel 4.23 Nilai F-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta 25. Tabel 4.24 Nilai F-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta

26. Tabel 4.25 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan Swasta

27. Tabel 4.26 Run Test Model Dinamis Tabungan Swasta


(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Konsumsi dan Tabungan

2. Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving and Wealth in The Life-cycle Model

3. Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga 4. Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan

5. Gambar 2.5 Dampak Penurunan The User Cost of Capital terhadap Desired Capital Output Ratio

6. Gambar 2.6 Kasus Moneteris 7. Gambar 2.7 Kasus Keynesian

8. Gambar 3.1 Pengujian Durbin Watson Model Regresi

9. Gambar 4.1 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Tabungan Swasta

10. Gambar 4.2 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Investasi Swasta


(12)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

11. Gambar 4.3 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan Swasta

12. Gambar 4.4 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Investasi Swasta


(13)

Daftar Grafik

1. Grafik 4.1 Perkembangan Tabungan Swasta di Indonesia Periode 1984-2003

2. Grafik 4.2 Perkembangan Investasi Swasta di Indonesia Periode 1984-2003

3. Grafik 4.3 Perkembangan Pendapatan Nasional Disposibel Riil di Indonesia Periode 1983-2003

4. Grafik 4.4 Perkembangan Nominal Deposit Rate dan Real Deposit Rate di Indonesia Periode 1983-2003

5. Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 1983-2003

6. Grafik 4.6 Perkembangan PDB Nominal dan PDB Riil (2000=100) di Indonesia Periode 1983-2003

7. Grafik 4.7 Perkembangan Rasio Investasi Pemerintah terhadap PDB di Indonesia Periode 1983-2003


(14)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam perekonomian suatu negara, tabungan dan investasi merupakan indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang (developing countries) termasuk didalamnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, memiliki dana yang cukup besar. Tetapi di sisi lain, usaha pengerahan sumber dana dalam negeri untuk membiayai pembangunan menghadapi kendala dalam pembentukan modal baik yang bersumber dari penerimaan pemerintah yaitu ekspor barang dan jasa ke luar negeri, ataupun penerimaan pemerintah melalui instrumen pajak

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak kondisi Indonesia secara umum tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, menurunnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia, merupakan beberapa akibat dari krisis ekonomi tersebut.


(15)

Lambat laun, dengan beberapa kali perubahan struktur politik dan penerapan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah, kondisi Indonesia menunjukan perubahan yang lebih baik dan kondisi perekonomian yang stabil.

Di Indonesia, untuk membiayai pembangunan nasional yang mencakup inve stasi domestik, sumber dananya dapat bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar negeri. Namun, karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman yang diperoleh dari luar negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih tinggi sebagai sumber dana yang utama.

Perlunya tabungan nasional ini dibuktikan dengan adanya saving-investment

gap yang semakin melebar dari tahun ke tahun yang menandakan bahwa

pertumbuhan investasi domestik melebihi kemampuan dalam mengakumulasi tabungan nasional. Secara umum, usaha pengerahan modal dari masyarakat dapat berupa pengerahan modal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pengklasifikasian ini didasarkan pada sumber modal yang dapat digunakan dalam pembangunan. Pengerahan modal yang bersumber dari dalam negeri berasal dari 3 sumber utama1

1 Sadono Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan, Jakarta, hlm. 304.

, yaitu : pertama, tabungan sukarela masyarakat. Kedua, tabungan pemerintah, dan ketiga tabungan paksa (forced saving or involuntary saving). Sedangkan modal yang berasal dari luar negeri yaitu melalui pinjaman resmi pemerinyah kepada lembaga-lembaga keuangan internasional seperti


(16)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Bank, maupun pinjaman resmi bilateral dan multilateral, juga melalui foreign direct investment (FDI).

Hollis Chenery dan beberapa penulis lainnya telah mengenalkan pendekatan ‘dua-jurang’ pada pembangunan ekonomi. Dasar pemikirannya, ‘jurang tabungan’ dan ‘jurang devisa’ merupakan dua kendala yang terpisah dan berdiri sendiri pada pencapaian target tingkat pertumbuhan di negara kurang maju. Chenery melihat bantuan luar negeri sebagai suatu cara untuk menutup kedua jurang tersebut dalam rangka mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan2

Dengan latar belakang ditetapkannya Paket Kebijakan Oktober 1988 atau yang lebih dikenal dengan “PAKTO 88”, yang pokok-pokok kebijakannya berisi . Sumitro (1994:44) menjelaskan bahwa kekurangan didalam perimbangan antara tabungan nasional dan investasi harus ditutup dengan pemasukan modal dari luar yang berasal dari tabungan oleh kalangan luar negeri.

Pada negara berkembang dan miskin, kondisi yang paling menonjol adalah belum terciptanya kondisi yang mendorong pada iklim dimana kegairahan untuk menabung dan penanaman modal menunjukan tingkat yang menggembirakan. Sistem produksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat masih menggunakan pola tradisional. Masih terbatasnya sektor modern dan belum berfungsinya secara efektif dan efisien institusi-institusi keuangan yang disebabkan oleh pola pikir masyarakat yang masih tradisional menyebabkan pengerahan dana dari masyarakat mengalami kesulitan.


(17)

antara lain untuk mengerahkan dana dari masyarakat dengan cara memudahkan pembukaan kantor cabang baru, pendirian bank swasta baru, keleluasaan penyelenggaraan tabungan, dan perluasan kantor cabang bank. Setelah adanya “PAKTO 88” ini, semakin mudahlah bank didirikan dan semakin bervariasi juga bentuk-bentuk tabungan yang ditawarkan oleh bank-bank yang sudah terbentuk baik swasta maupun pemerintah. Semenjak saat itu, tabungan nasional mulai meningkat drastis. Dalam tahun-tahun sebelumnya tampak adanya kecenderungan persaingan antar berbagai negara untuk memperbesar arus investasi baik asing maupun domestik. Persaingan terutama terjadi karena kebutuhan dana yang sangat besar dan mendesak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi terutama di negara-negara berkembang.

Indonesia terbuka secara resmi dan efektif terhadap penanaman modal sejak tahun 1967 ketika pemerintah orde baru memberlakukan undang-undang Penanaman Modal Asing yang diikuti dengan undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1968. Selanjutnya, Indonesia mengalami periode pasang surut dalam penerimaan arus modal investasi, kebijakan devaluasi rupiah tahun 1983 mempengaruhi tingkat pertumbuhan investasi secara total maupun sektoral. Tahun 1991 ketika terjadi gebrakan Sumarlin II (tight money policy) yaitu kebijakan yang dimaksudkan untuk mengontrol tingkat inflasi, menjaga defisit neraca transaksi berjalan agar tidak melebihi batas yang masih bisa diterima, mengawasi utang luar negeri, serta menjaga performance Indonesia dimata investor. Gebrakan ini secara tidak langsung menurunkan investasi.


(18)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Sukses tidaknya suatu negara dalam menarik arus dana investasi tidak terlepas dari berbagai faktor ekonomi dan non ekonomi. Pada dasarnya pemberian fasilitas yang sifatnya mendorong investor untuk berinvestasi seperti pembebasan pajak (tax holiday) dan kemudahan untuk mengakses bahan baku akan sangat efektif bila didukung oleh :

• Negara tujuan investasi memiliki keunggulan komparatif ekonomi yang berkaitan dengan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang terampil dan murah.

• Nilai tukar yang relatif stabil, terutama untuk investor yang berorientasi pasar luar negeri

• Peraturan devisa di negara bersangkutan tidak menghalangi penanam modal untuk memindahkan kekayaan dan keuntungannya ke luar negeri. • Iklim politik dan keamanan negara cukup menjamin ketentraman hidup

dan keamanan usaha serta kekayaan investor.

• Iklim usaha yang menunjang dan mendorong penanaman modal. • Infrastruktur yang menunjang dan memadai.

Investasi memegang peranan penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan sebagai salah satu komponen yang berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi.

Dari paparan latar belakang diatas dan berdasarkan fenomena yang terjadi di Indonesia, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul :


(19)

dan Investasi Swasta di Indonesia”.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini akan membatasi permasalahan sesuai dengan paparan diatas, yaitu:

1. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia?

2. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi investasi swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi tahun 1997 terhadap tingkat tabungan dan investasi swasta di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia.


(20)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi investasi swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi terhadap tabungan dan investasi swasta di Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan masalah tersebut di atas. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur dan referensi untuk pengembangan selanjutnya dalam cabang ilmu ekonomi makro.


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Definisi Tabungan

Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan tahun ini yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi (Nopirin, 1996: 51). Sedangkan tabungan nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai. Tabungan nasional dapat dijelaskan dalam persamaan berikut ini :

S = Y – C – G ……… ……...…(2.1)

S = (Y – T – C) + (T – G)……….……...(2.2)

Tabungan Nasional = Tabungan Swasta + Tabungan Publik.…...(2.3)

Dimana : S = tabungan nasional

Y = pendapatan nasional

T = pandapatan pajak

C = konsumsi

G = pengeluaran pemerintah

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa tabungan nasional terdiri dari :


(22)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga membayar pajak dan konsumsi mereka, dijelaskan dengan persamaan :

Tabungan Swasta = Y – T – C………...………..…..…(2.4)

Tabungan swasta terdiri atas dua tabungan, yaitu tabungan perusahaan (corporate saving) dan tabungan rumah tangga (household saving). Di negara-negara berkembang, tabungan swasta domestik mempunyai peranan yang besar dalam mendukung pembentukan modal, dimana komponen utamanya berasal dari tabungan rumah tangga, selain dari tabungan perusahaan. Tabungan perusahaan pada umumnya mempunyai peranan lebih kecil di negara berkembang dibandingkan tabungan rumah tangga. Hal ini karena di negara berkembang tersebut mempunyai hambatan seperti pasar modal yang belum berkembang ditambah hukum yang lemah sehingga tidak kondusif untuk dunia usaha (Gillis, 1987: 265-266).

Tabungan Publik (public saving)

Adalah pendapatan pajak yang tersisa pada pemerintah setelah dikurangi pengeluaran pemerintah.

Tabungan Publik = T – G………...…..(2.5)

Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget

surplus, yang berarti tabungan publik bernilai positif, dan sektor ini akan

ditambahkan pada sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Namun jika T-G bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget deficit,


(23)

yang mencerminkan bahwa tabungan publik bernilai negatif, dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain untuk menutupi pengeluarannya.

Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya penanaman modal, dimana penanaman modal akan memperbesar kapasitas produksi perekonomian.

Proses pembentukan modal ini berjalan melalui tiga tingkatan (Jhingan, 2000: 47):

1. kenaikan volume tabungan nyata yang langsung tergantung kepada kemauan dan kemampuan untuk menabung.

2. keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan.

3. penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal oleh perusahaan.

2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan

2.2.1 Teori J.M. Keynes

Pendapat J.M. Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan


(24)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

seluruhnya untuk meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung, hal ini dapat dijelaskan dalam persamaan berikut :

S Y – C ……….…….…...(2.6)

C = + cY ; > 0 ;0 < c <1………...………...…..……….…(2.7)

Dimana : S = saving = intercept; tingkat konsumsi ketika pendapatan nol

Y = income c = marginal propensity to consume

Jika kedua persamaan (2.6) dan (2.7) atau disebut juga budget constraint tersebut digabungkan, maka akan menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi persamaan tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan tingkat pendapatan. Dengan mensubstitusi persamaan konsumsi (2.6) dengan persamaan

budget constraint (2.7), maka kita akan mendapatkan fungsi persamaan tabungan :

S Y – C = Y - – cY = - + (1-c)Y ………….………..(2.8)

Dari persamaan (2.8) kita dapat melihat bahwa tabungan memiliki hubungan positif dengan pendapatan karena marginal propensity to save3

3 Perubahan pada tabungan individu untuk setiap perubahan pada pendapatan disposibel individu. , s = 1 – c, adalah

positif. Dengan kata lain, tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat. Teori ini disebut hipotesis pendapatan absolut. Dalam hipotesis ini digunakan pendapatan saat ini (current income).


(25)

Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Kunsumsi, dan Tabungan.

Pada gambar ditunjukan bahwa tingkat tabungan adalah jarak antara garis 45° dengan garis fungsi konsumsi seperti ditunjukan oleh garis S1. Kemudian, pada gambar bagian bawah diperlihatkan fungsi tabungan pada tingkat pendapatan disposibel berbeda-beda. Pada tingkat Yd < Yd0 , masyarakat mengkonsumsi lebih banyak daripada pendapatan mereka. Sedangkan di sebelah kanan Yd0 , konsumsi akan lebih kecil daripada pendapatan sehingga kelebihan pendapatan tersebut akan ditabung.

Konsumsi

Tabungan

Pendapatan

S1

Fungsi Tabungan Pendapatan

C1

Autonomous Consumption 45°

Fungsi konsumsi

Yd0 Yd1


(26)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of Consumption and Saving

2.2.2.1 Life-cycle Theory

The life-cycle permanent income theory of consumption and saving

(Modigliani,1986) menjelaskan tentang pilihan bagaimana memelihara standar hidup yang stabil dalam menghadapi perubahan pendapatan dalam waktu hidup seseorang. Jadi, teori ini menjelaskan hubungan antara pendapatan sepanjang waktu, konsumsi, dan tabungan. The life cycle hypothesis melibatkan individu, untuk merencanakan perilaku konsumsi dan perilaku tabungannya dalam jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsinya dengan cara terbaik untuk seluruh masa hidupnya.

Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving, and Wealth in the

Life-Cycle Model

Dissaving Assets

Saving

NL WL

C YL


(27)

Keterangan : WR = wealth WL = working life

YL = annual labor income NL = number of years of life

C = consumption

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa konsumsi konstan sepanjang waktu. Selama masa kerja (WL tahun), individu menabung dan mengumpulkan aset. Pada akhir masa kerjanya, individu mulai menarik kembali aset-aset tersebut, tidak menabung (dissaving / negative saving) pada masa sisa hidupnya (NL – WL) sehingga aset tersebut akan bernilai nol pada akhir hidupnya.

2.2.2.2 Permanent Income Theory

Seperti life-cycle hyphothesis, teori yang diperkenalkan oleh Milton Friedman ini berpendapat bahwa konsumsi dan tabungan dihubungkan tidak hanya dengan pendapatan saat ini, tetapi terhadap estimasi pendapatan pada jangka panjang. Permanent income adalah tingkat kestabilan konsumsi yang dapat dipelihara oleh seseorang pada sisa hidupnya, dengan asumsi bahwa dia


(28)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

mengetahui tingkat kesejahteraannya saat ini dan pendapatan yang didapatnya sekarang dan di masa akan dating.

Secara sederhana, teori ini berpendapat bahwa konsumsi adalah proporsional terhadap permanent income, sehingga dapat dijelaskan dalam persamaan :

C = c.YP ………....………..……(2.9)

Dimana :

C = konsumsi

c = marginal propensity to consume

YP = permanent (disposable) income


(29)

Ekonom klasik yang berpendapat bahwa perekonomian selalu berada pada tingkat full employment yang tercapai akibat bekerjanya mekanisme pasar yang disebut dengan “invisible hand”, menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga4

Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga.

. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0 dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga berada diatas i0, jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga ke titik semula. Apabila tingkat bunga berada dibawah tingkat bunga keseimbangan, para pengusaha akan bersaing untuk memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil. Persaingan ini juga akan membawa tingkat bunga ke titik keseimbangan.

4 Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter. Yogyakarta. BPFE. i1

tabungan

Investasi1

Investasi0

S1

S0

Tingkat Bunga

Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan


(30)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009 2.2.4 Teori Neoklasik

Alfred Marshall5

Teori neoklasik mengenai tabungan didasarkan pada prinsip adanya rate of

time preference yang konstan

dari kaum neoklasik menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor, baik ekonomi maupun non ekonomi yang mempengaruhi tabungan. Diantara faktor ekonomi tersebut, kunci utamanya adalah tingkat bunga. Marshall mengemukakan bahwa tingkat bunga adalah imbalan dari kesediaan seseorang untuk menunggu dan semakin besar tingkat bunga maka akan semakin besar pula tabungan.

Selain Marshall, ekonom lain dari kaum neoklasik, yaitu Irving Fisher, menyatakan tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi tabungan. Menurut Fisher, tingkat bunga ditentukan oleh beberapa prinsip, yaitu prinsip ketidaksabaran (impatience) untuk menikmati pendapatan saat ini, prinsip kesempatan untuk melakukan investasi, dan prinsip pasar.

6

5

Alfred Marshall. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan.

6

Michael Parkin. 1996. Macroeconomics. Ontario : Addison-Wesley Publishing Company.

. Rate of time preference adalah target tingkat bunga riil yang ingin dicapai oleh para penabung. Jika tingkat bunga riil lebih besar dari tingkat preferensi waktu (time preference), maka tabungan menjadi positif dan penawaran modal akan meningkat, dan juga berlaku sebaliknya. Jika tingkat bunga riil sama dengan tingkat preferensi waktu, maka masyarakat sudah puas dengan dana tabungan yang telah dikumpulkannya.


(31)

Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan

Pada gambar diatas dapat dilihat garis KD dan KS yang merupakan permintaan dan penawaran modal. Jika tingkat bunga riil adalah nol, maka tabungan adalah nol, sedangkan jika tingkat bunga riil berada pada R1 maka tabungan akan positif, penawaran modal meningkat dari KS0 ke KS1. Jika tingkat bunga riil turun, jumlah modal per kapita akan meningkat dari K0 ke K1. Jumlah modal per kapita akan berhenti bertambah pada tingkat bunga riil sama dengan

rate of time preference.

2.3 Definisi Investasi

Investasi adalah pembelian alat-alat modal, persediaan dagang / inventori, dan struktur usaha, termasuk pembelian rumah baru untuk rumah tangga. Investasi dihubungkan dengan sektor bisnis yang ditambahkan kepada persediaan modal fisik. Investasi swasta (private investment) adalah output dari perusahaan yang disimpan untuk perusahaan itu sendiri. Definisi investasi swasta menurut Parkin (1996:179) adalah pengeluaran untuk alat-alat modal dan bangunan oleh perusahaan-perusahaan dan pengeluaran pada perumahan yang baru oleh rumah

Jumlah modal KD1 Rate of time preference

KS1

KS0

Tingkat bunga riil

K1

K0

R1


(32)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

tangga, termasuk di dalamnya perubahan pada inventory perusahaan.Investasi swasta terdiri dari :

Inventory Investment, termasuk didalamnya semua perubahan dalam

persediaan bahan baku (raw materials), perlengkapan, dan produk akhir yang dihasilkan oleh perusahaan.

Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk yang dibeli oleh

perusahaan yang tidak ditujukan untuk dijual kembali, terdiri dari

residential dan nonresidential investment.

Sedangkan investasi swasta dalam kaitannya dengan penelitian ini merupakan gabungan antara investasi swasta asing (Penanaman Modal Asing/PMA) dengan investasi swasta domestik (Penanaman Modal Dalam Negeri//PMDN).

Menurut European Parliament (1999:10-11), peran pokok dari investasi swasta adalah menambah stok modal dari aset-aset produktif yang dipegang oleh sektor swasta. Dua motivasi utama adalah untuk menggantikan stok modal yang telah ada dan menciptakan stok modal tambahan yang mengandung teknologi baru (perlu dicatat dalam hal ini bahwa ‘baru’ tidak berarti yang termodern/terakhir, tetapi baru bagi perusahaan yang ditanamkan modal).

Perlu diperhatikan bahwa pola pengeluaran investasi swasta tidak sama dengan pola pengeluaran sektor rumah tangga yang mempunyai kebiasaan membelanjakan sebagian atau seluruh pendapatan mereka, tetapi terdapat pertimbangan-pertimbangan yang diambil oleh perusahaan dalam membeli barang


(33)

atau jasa tersebut, yaitu harapan dari pengusaha untuk kemungkinan memperoleh keuntungan di kemudian. Hal ini pula yang membedakannya dengan investasi pemerintah.

Peningkatan investasi sektor swasta di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini terjadi terutama akibat peningkatan PMA langsung (Foreign Direct

Investment/FDI). Hal ini erat kaitannya dengan perubahan dalam strategi

perdagangan yang makin berorientasi ke luar (outward looking) dan meningkatnya intra industry trade dalam struktur perdagangan dan industri Indonesia.

Pemberian izin untuk investasi swasta (PMA dan PMDN) di Indonesia ini sepenuhnya ditangani oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) atau oleh menteri teknis, seperti dalam bidang-bidang tertentu contohnya: pertambangan, minyak dan gas bumi (izin oleh Menteri Pertambangan), kehutanan (izin oleh Menteri Kehutanan), perikanan (izin oleh Menteri Pertanian), lembaga pembiayaan, asuransi (izin oleh Menteri Keuangan), perbankan, (izin oleh Menteri Keuangan dan rekomendasi BI).

2.3.1 Penanaman Modal Asing (PMA)

Pengertian PMA yang terkandung dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana diubah dan ditambah oleh Undang No. 11 tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan


(34)

Undang-Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Undang No. 1 tahun 1967 mencakup 3 unsur pokok (Bank Indonesia, 1995:98-100), yaitu:

a. Penanaman modal secara langsung;

b. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan di Indonesia; c. Risiko ditanggung pemilik modal/investor (pasal 1).

Dimana pengertian modal asing tersebut terdiri dari:

1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari devisa Indonesia dan disetujui pemerintah untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia;

2. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik asing dan bahan-bahan dari luar negeri ke dalam wilayah RI yang tidak dibiayai dari devisa Indonesia;

3. Bagian dari hasil perusahaan yang dapat ditransfer, tetapi digunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia (pasal 2).

Menurut Undang-Undang tersebut, jenis PMA bisa secara penguasaan penuh atas bidang usaha yang bersangkutan (100% asing) ataupun kerjasama/patungan dengan modal Indonesia. Kerjasama dengan modal Indonesia tersebut dapat terdiri dari: hanya dengan pemerintah (misalnya pertambangan) atau pemerintah maupun swasta nasional. Jangka waktu PMA di Indonesia tidak boleh melebihi 30 tahun dan bidang usaha yang terbuka atau tertutup ditentukan oleh pemerintah. Contoh bidang usaha yang tertutup bagi PMA adalah pelabuhan, listrik umum, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum, kereta api


(35)

umum, pembangkit tenaga atom, mass-media, dan bidang-bidang usaha yang berkaitan dengan industri militer.

PMA dapat berupa penanaman modal langsung (FDI) atau portfolio. Investasi langsung biasanya melibatkan kontrol manajemen dari pihak asing sedangkan investasi portfolio meliputi pembelian surat-surat berharga dan jenis investasi ini tidak melibatkan pengawasan pihak asing terhadap perusahaan domestik.

Negara-negara berkembang sebagian besar memberikan insentif untuk mendorong PMA dan menyalurkannya untuk penggunaan-penggunaan yang diinginkan. Pada saat yang sama, mereka juga mengenakan berbagai hambatan terhadap PMA untuk menghindari dominasi asing dan memegang sumber daya alam mereka kembali.

Keuntungan dari PMA untuk negara berkembang dapat dihasilkan dari tingkat upah riil yang lebih besar untuk tenaga kerja domestik dan atau kesempatan kerja yang lebih luas, pilihan yang lebih banyak dari kualitas produk yang baik dengan tingkat harga yang lebih rendah untuk konsumen domestik, meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak terhadap investasi asing tersebut, dan keuntungan-keuntungan tidak langsung atau eksternalitas ekonomi dari peningkatan teknologi, pelatihan tenaga kerja lokal, dan mendorong perusahaan-perusahaan domestik melalui keterkaitan ke depan maupun ke belakang (forward

and backward linkage effect).

PMA juga dapat mengakibatkan kerugian atau biaya bagi negara resipien/penerima, seperti: berbagai konsensus khusus yang diberikan kepada


(36)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

investor asing, seperti: pengurangan pajak (tax remission); pengaruh negatif terhadap tabungan domestik; hambatan terhadap Terms of Trade (TOT) negara berkembang; kesulitan-kesulitan neraca pembayaran; dan campur tangan asing terhadap urusan dalam negeri negara resipien.

Menurut Todaro, argumen yang mendukung penanaman modal asing sebagian besar berasal dari analisis neoklasik tradisional yang memusatkan pada berbagai determinan pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal asing merupakan sesuatu yang sangat positif, karena hal tersebut mengisi kekurangan tabungan yang didapat dari dalam negeri, menambah cadangan devisa, memperbesar penerimaan pemerintah, dan mengembangkan keahlian manajerial bagi negara penerimanya. Semua itu merupakan faktor-faktor kunci yang dibutuhkan untuk mencapai target pembangunan. PMA ini dapat mengatasi dua kesenjangan (two gap) yaitu ‘kesenjangan tabungan-investasi’ (saving gap) dengan pemberian sumbangan finansial jika terjadi kurang memenuhinya mobilisasi tabungan domestik, dan juga mengatasi ‘kesenjangan devisa’ atau ‘kesenjangan perdagangan luar negeri’ (trade gap) dengan peranannya dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil aktual devisa dari ekspor ditambah dengan bantuan luar negeri netto. Menurut argumen ini, arus-arus masuk modal swasta asing tersebut bukan hanya dapat menghilangkan sebagian atau seluruh defisit yang terdapat di dalam neraca pembayaran, akan tetapi dapat juga menghilangkan defisit dalam jangka panjang (secara permanen) bila perusahaan asing tersebut dimungkinkan untuk hadir di


(37)

negara yang bersangkutan guna menghasilkan devisa dari hasil-hasil ekspornya secara netto.

Selanjutnya dijelaskan pula selain dua kesenjangan tersebut, kesenjangan ketiga yang dikatakan dapat diisi oleh modal swasta asing adalah kesenjangan antara target penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang dapat dikumpulkan. Ini terjadi dengan adanya tambahan pendapatan pajak atas keuntungan perusahaan multinasional dan keikutsertaan mereka secara finansial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, sehingga pada akhirnya akan dapat turut memobilisasikan sumber-sumber finansial.

2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencakup kriteria sebagai berikut (Bank Indonesia, 1995:103):

a. bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia;

b. dimiliki oleh negara ataupun swasta nasional dan swasta asing yang berdomisili di Indonesia;

c. guna menjalankan sesuatu usaha; dan

d. modal tersebut tidak termasuk dalam pengertian pasal 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tersebut diatas (Pasal 1 ayat 1)


(38)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

PMDN merupakan bagian dari penggunaan kekayaan yang dapat dilakukan secara langsung oleh pemilik sendiri atau secara tidak langsung, antara lain melalui pembelian obligasi, saham, deposito, dan tabungan yang jangka waktunya minimal 1 tahun.

Menurut Undang-Undang tersebut, perusahaan yang dapat menggunakan modal dalam negeri dapat dibedakan antara perusahaan nasional dan perusahaan asing, dimana perusahaan nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh negara dan atau swasta nasional ataupun sebagai usaha gabungan antara negara dan atau swasta nasional dengan swasta asing dimana sekurang-kurangnya 51% modal dimiliki oleh negara atau swasta nasional. Pada prinsipnya semua bidang usaha terbuka untuk swasta/PMDN kecuali bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak dan strategis.

2.4 Teori dan Pemikiran Tentang Investasi

2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior

Salah satu kontribusi penting terhadap teori ini dijelaskan oleh Dale Jorgenson7

7 Dale Jorgenson. 1963. Capital Theory and Investment Behaviour.. American Economic Review Vol. 53, pp. 49-58.

, pada tahun 1960-an. Jorgenson ingin menunjukan bahwa biaya modal dari pengguna dapat dijelaskan dari teori mikroekonomi neoklasik dengan cara mengukur keputusan memaksimalkan profit perusahaan. Beliau menjadi pionir dalam menjelaskan adanya hubungan antara keputusan investasi perusahaan dan dampak dari kebijakan pajak pemerintah terhadap insentif jika berinvestasi.


(39)

Biaya Modal (The User Cost of Capital)

The user cost of capital dapat didefinisikan sebagai biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam menggunakan bagian dari modal pada kurun waktu tertentu. Teori ini berawal dari asumsi bahwa perusahaan akan berinvestasi jika mereka berekspektasi bahwa mereka akan mendapat keuntungan. Tambahan modal tidak akan dibeli kecuali ekspektasi marginal product of capital (MPK) lebih besar atau setidaknya sama dengan user cost of capital (u).

MPK ≥ u………...……….(2.10)

Marginal product of capital sendiri adalah tambahan output yang dapat diproduksi oleh perusahaan untuk setiap unit tambahan modal.

Dari gambar berikut ini dapat dijelaskan dampak penurunan the user cost of capital (u) terhadap desired capital output ratio (v*), terlihat bahwa keseimbangan awal berada pada titik E0, perusahaan mendapatkan keuntungan pada daerah (1) atau daerah initial profit. Perusahaan tidak dapat melakukan investasi selanjutnya karena akan menyebabkan kerugian yang ditunjukan oleh daerah (5) initial loss eliminated + (6) remaining loss. Tetapi jika user cost of capital dapat diturunkan dari u0 ke u1, keseimbangan akan bergeser dari E0 ke E1. Maka hal ini akan mengurangi kerugian sebesar daerah (5) (initial loss eliminated), dan perusahaan akan mendapatkan keuntungan tambahan yang ditunjukan oleh daerah (2) extra added profit.


(40)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 2.5 Dampak Penurunan The User Cost of Capital (u) Terhadap Desired Capital Otput Ratio (v*).

Insentif Pajak dan Perilaku Investasi

The user cost of capital tidak hanya tergantung dari depreciation rate of capital dan tingkat suku bunga riil yang harus dibayarkan dari dana yang dipinjam

untuk pembelian peralatan modal. Seperti dijelaskan oleh Jorgenson, bahwa user

cost of capital juga tergantung oleh sistem perpajakan. Karenanya baik itu

kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter dapat mempengaruhi the user cost of

capital. Kebijakan moneter berpengaruh dalam perubahan tingkat suku bunga riil,

sedangkan kebijakan fiskal dalam menentukan tingkat pajak dan peraturan sistem perpajakan.

Dari gambar 2.5 diatas kita dapat mengilustrasikan dampak dari perubahan kebijakan perpajakan pemerintah yang dirancang untuk menstimulasi investasi. Dengan mengasumsikan bahwa pemerintah melakukan perubahan pada tingkat pajak atau peraturan perpajakan dengan tujuan untuk mengurangi the user cost.

E1

E0

Remaining Loss (6)

Desired Capital Output Ratio v*1

v*0

u1

MPK

Initial Loss Eliminated (5)

u0

Initial User Cost (4)

New Lower User Cost Extra Added Profit (2)

Initial Profit (1)


(41)

Dengan kata lain, tingkat pajak yang dibayarkan perusahaan untuk keuntungan yang mereka dapatkan berkurang setengahnya. Tambahan unit modal sekarang dapat dibeli oleh perusahaan dan akan menggeser capital output ratio ke kanan ke titik v*1. Penurunan user cost dapat meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian seperti dijelaskan sebelumnya.

2.4.2 Tobin’s q Theory of Investment

Teori Tobin ini dikembangkan berdasarkan teori dari Keynes bahwa kecenderungan pembelian peralatan modal baru tergantung dari harga pasar (market value) dari modal pada pasar saham dibandingkan dengan biaya pembelian modal tersebut. Jadi, teori ini menghubungkan antara investasi dengan harga saham. Seorang manajer pada sebuah perusahaan dapat merespon terhadap perubahan harga saham dengan memproduksi lebih banyak modal, atau berinvestasi, ketika harga sahamnya tinggi dan memproduksi sedikit modal baru atau tidak berinvestasi sama sekali ketika harga sahamnya rendah.

Untuk menciptakan suatu pengukuran kuantitatif yang merefleksikan perubahan pada haraga pasar relatif terhadap biaya pembelian, Tobin mendefinisikan variabelnya q sebagai rasio dari harga pasar dari perusahaan pada pasar saham dan obligasi terhadap biaya penggantian dari capital stock. Kemudian, investasi merupakan fungsi dari rasio q. Ketika rasio ini tinggi,


(42)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

perusahaan menginginkan memproduksi lebih banyak aset, sehingga investasi akan tumbuh lebih cepat.

Sebagai contoh dari persamaan investasi dari teori ini adalah hubungan antara gross investment relatif terhadap capital stock (I/K), rasio q (q), dan rasio investasi pengganti (replacement investment) terhadap capital stock (d).

I

1. Teori ini menyatakan bahwa investasi harus dilakukan ketika perubahan pada yang diciptakan investasi tersebut terhadap harga pasar saham perusahaan lebih besar daripada biayanya.

= j (q – 1) + d ……….……...….(2.11) K

Karena sumber utama perubahan pada q adalah perubahan pada harga pasar saham, teori Tobin menciptakan saluran tambahan dimana perubahan pada pasar saham mungkin mempengaruhi perekonomian melalui kecenderungan berinvestasi.

Beberapa pendapat ahli ekonomi mengenai teori ini :

2. Terdapat time lag antara ketika perusahaan memutuskan bahwa suatu pengeluaran investasi menguntungkan dengan ketika barang investasi dikirimkan dan diperhitungkan dalam pendapatan nasional sebagai pengeluaran investasi.

3. Mungkin terdapat ketidaksempurnaan dalam pasar modal. Tidak semua perusahaan dapat meningkatkan modal untuk mendanai investasinya melalui pasar saham atau pasar obligasi.


(43)

2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian Tentang Pengeluaran Investasi Sektor Swasta

Cukup sulit untuk menarik garis lurus perbedaan antara kelompok Moneteris dan Keynesian, tetapi salah satu diantara beberapa hal yang cukup mendasar untuk dijadikan alasan pembedaan antara kedua kelompok tersebut adalah pandangannya terhadap sektor swasta. Moneteris cenderung berpendapat bahwa sektor swasta relatif stabil, alasannya adalah bahwa pengeluaran sektor swasta didasarkan pada teori pendapatan permanen sehingga pengeluaran konsumsi akan relatif stabil. Pengeluaran konsumsi merupakan komponen pengeluaran yang paling besar dan hanya berubah secara perlahan yaitu dalam rangka penyesuaian konsumsi individu dengan perkiraan pendapatan permanen dalam jangka panjang.

Faktor lain yang menyebabkan pengeluaran konsumsi ini relatif stabil adalah elastisitas pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga yang cukup besar (kurva IS yang cenderung mendatar)8

8

Hal ini disebabkan definisi kekayaan yang lebih luas, dimana Milton Friedman membagi kekayaan ke dalam 5 bentuk, yaitu uang, obligasi, saham, kekayaan fisik, dan keahlian/kecakapan.

. Demikian pula fleksibilitas tingkat bunga dan harga yang sering menyebabkan pengeluaran investasi dan konsumsi stabil, jika terjadi penurunan investasi dan jumlah uang beredar yang tetap maka tingkat suku bunga akan turun. Penurunan tingkat suku bunga ini akan menyebabkan investasi kembali terdorong naik untuk mengimbangi penurunan investasi awal. Hal ini berarti investasi tidak banyak berubah.


(44)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Seandainya kenaikan investasi dan atau konsumsi tidak cukup untuk menutupi penurunan investasi maka melalui perubahan harga pengeluaran swasta akan tetap stabil, mekanismenya adalah penurunan investasi akan berakibat pada timbulnya pengangguran sehingga upah dan kemudian harga akan turun. Untuk sejumlah uang beredar, turunnya harga berarti nilai riil uang akan naik. Kenaikan nilai riil uang (melalui teori kuantitas uang) akan mendorong pengeluaran. Dalam alternatif pendapat kaum Keynesian, naiknya nilai riil uang akan menurunkan tingkat bunga yang kemudian akan mendorong kenaikan investasi.

Keynesian berpendapat bahwa sektor swasta pada dasarnya tidak stabil9

Gambar 2.6 Kasus Moneteris

. Pergeseran sikap dan perkiraan dari pengusaha dan konsumen menyebabkan ketidakstabilan sehingga harus diambil kebijakan fiskal dan moneter untuk menstabilkan. Selain itu, ketidakstabilan sektor swasta juga disebabkan oleh harga yang tidak fleksibel.

Gambar 2.7 Kasus Keynesian

9 Paul A. Samuelson and William Nordhaus. 1995. Macroeconomics. Ontario : Mcgraw Hill. AD0

P0

Y1 YF

P1

Y AD1

AS P

AD0

P0

P1

AD AS0


(45)

Sumber : Ekonomi Moneter, Buku I, Nopirin, hal 85-86.

Jika karena suatu sebab pengeluaran investasi oleh pengusaha turun, pada gambar 2.6 ditunjukan dengan bergesernya kurva permintaan agregat (AD) dari AD0 ke AD1. Dengan kurva penawaran agregat (AS) yang vertikal (dalam versi monetaris) maka pada harga P0 jumlah barang yang diminta turun menjadi Y1. maka akan terjadi excess suply, dimana penawaran melebihi permintaan, pengangguran terjadi, dan hal ini akan mendorong upah dan harga untuk turun. Turunnya harga menyebabkan nilai riil uang akan naik, sehingga permintaan total akan naik (sepanjang kurva AD1). Harga akan terus turun sampai jumlah yang diminta kembali pada Yf. Kenaikan permintaan ini disebabkan turunnya tingkat bunga (sebagai akibat naiknya nilai uang kas riil). Karena konsumsi merupakan bagian dari AD, kenaikan konsumsi juga merupakan kenaikan permintaan agregat. Dalam pandangan Keynesian, penurunan investasi (autonomous) tidak akan menyebabkan kenaikan konsumsi, sehingga AD akan tetap bergeser ke kiri bawah. Dalam gambar 2.7 dijelaskan bahwa pergeseran AD dari AD0 ke AD1 karena upah dan atau harga adalah tetap(rigid) meskipun ada pengangguran, maka


(46)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

(AS), yaitu AS0 untuk ekstrim Keynesian serta AS1 untuk Keynesian yang lebih realistis. Untuk kasus Keynesian yang lebih realistis, upah dan harga turun tetapi relatif lebih kecil. Output sedikit lebih tinggi dari kasus ekstrim Keynesian, yaitu Y2, tetapi kesemuanya masih berada dibawah output pada tingkat full employment (Yf). Masalahnya, karena penurunan upah dan harga tidak cukup untuk mendorong kenaikan permintaan agregat sepanjang kurva AD1, yang dapat menutup penurunan investasi, sehingga akhirnya output berada dibawah tingkat

full emloyment. Untuk mencapai kembali pada keadaan full employment,

Keynesian memberikan solusi perlu ada campur tangan pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif tahunan pada rentang waktu antara tahun 1984-2003 dengan pertimbangan ketersediaan data. Data sekunder digunakan karena penelitian yang dilakukan meliputi objek yang bersifat makro dan mudah didapat. Data tersebut diolah kembali oleh penulis sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan.

Penelitian ini menggunakan dua variabel terikat (dependent variables) yaitu tabungan swasta dan investasi swasta. Sedangkan variabel bebasnya (independent variables) yaitu pendapatan nasional disposibel (gndi), tingkat suku bunga (r), tingkat inflasi (lnp), pendapatan nasional (PDB/Y), rasio investasi pemerintah terhadap PDB (giy), serta variabel dummy krisis ekonomi Indonesia.


(48)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk runtun waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka.

Sumber data berasal dari berbagai sumber seperti misalnya Badan Pusat Statistik, Laporan triwulanan/tahunan BI, Badan Koordinasi Penanaman Modal,

International Financial Statistics (IFS), Asian Development Bank, World Development Indicators dan lain-lain. Penulis menguji variabel-variabel bebas

utama yang memiliki pengaruh kuat terhadap tabungan nasional dan investasi swasta sebagai variabel tidak bebas yang berhubungan dengan model yang digunakan.

Disamping itu penulis melakukan studi literatur untuk mendapatkan teori yang mendukung penelitian. referensi studi kepustakaan diperoleh melalui jurnal, Perpustakaan FE USU, Perpustakaan Pusat USU, dan Perpustakaan Bank Indonesia Medan.

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program computer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.


(49)

3.4 Model Analisis Data

Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model ekonometrik dengan pendekatan kointegrasi dan model dinamis faktor-faktor utama yang mempengaruhi tabungan nasional dan investasi swasta dengan pendekatan ECM (Error-Correction Model) menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan

E-Views 4.1. Data yang digunakan adalah data periode tahunan (time series)

dengan estimasi model menggunakan Ordinary Least Square (OLS).

Adapun persamaan model kointegrasi sebagai berikut:

Yt= 0+ 1 X1+ 2 X2 +...+ n Xn + Ut ………….…………(1.16)

dimana:

Yt = Variabel tidak bebas X1,2,..,n = Variabel bebas Ut = Error term

Sedangkan persamaan ECM (Error-Correction Model) adalah sebagai berikut: Yt = 0 + 1X1+ 2X2+ ……. + nXn + ECTt-1+Ut …….….(1.17)

dimana:

Yt = First difference dari variabel tidak bebas X1,2,..,n = First difference dari variabel bebas ECTt-1 = Error Correction Term

Model tabungan yang akan diestimasi dalam penelitian ini adalah : Ln S = + 1 LnGNDIt+ 2 LnRt+ 3 LnPt + 4Dummy + t……. (1.18)


(50)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Sedangkan model untuk investasi swasta adalah:

Ln I = + 1 LnYt + 2 LnPt + 3 LnRt + 4 LnGIYt + 5 Dummy + t

…...(1.19)

Teori tentang kointegrasi ditandai dengan memasukkan error-correction (EC) term . EC term lagged periode (ECt-1) menggabungkan pergerakan short-run dan long-run pada fungsi tabungan nasional dan investasi swasta.

Sehingga model persamaan yang kita butuhkan secara spesifik menjadi

general error correction model (ECM) :

1. Fungsi tabungan

Ln S = + 1 LnGNDIt + 2 LnRt + 3 LnPt + 4 ECTt-1 + 5 D + t

……….……….….(1.20)

Keterangan :

= konstanta

Ln S = First Difference dari logaritma tabungan nasional

LnGNDI = First Difference dari logaritma Gross National Disposable

Income

LnR = First Difference dari tingkat suku bunga


(51)

1 − t

ECT = Error-correction term lagged one period

D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997)

D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003)

1, 2, 3, 4 = koefisien regresi

= error term t menunjukan waktu

2. Fungsi investasi swasta

Ln I = + 1 LnYt+ 2 LnPt+ 3 LnRt+ 4 LnGIYt + 5 ECTt-1 + 6 D+

t ………..……….(1.21)

Keterangan :

Ln I = First Difference dari logaritma investasi

LnY = First Difference dari logaritma pendapatan nasional

LnP = First Difference dari tingkat inflasi LnR = First Difference dari tingkat suku bunga

LnGIY = First Difference dari logaritma rasio inve stasi pemerintah terhadap PDB

ECTt-1 = Error-correction term lagged one period


(52)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003)

1, 2 , 3, 4, 5 = koefisien regresi

= error term

t menunjukan waktu

3.5 Pengujian Statistik

3.5.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya anggapan stasioneritas pada persamaan yang sedang diestimasi. Untuk diketahui adanya unit roots dilakukan pengujian Dickey-Fuller (DF-test) sebagai berikut :

Misal variabel Yt sebagai variabel tidak bebas, maka akan diubah menjadi Yt = Yt-1 + Ut ...(1.22)

Jika koefisien Yt-1 ( ) adalah = 1 dalam arti hipotesis diterima, maka variabel mengandung unit root dan bersifat non-stasioner. Untuk mengubah trend yang bersifat non-stasioner menjadi stasioner dilakukan uji orde pertama (first

difference)

Yt = ( -1) (Yt -Yt-1)...(1.23)

Koefisien akan bernilai 0, dan hipotesis akan ditolak sehingga model menjadi stasioner.


(53)

Kesimpulan hipotesis DF-test :

• Ho : = 0 (Terdapat unit roots, variabel Y tidak stasioner) • H1 : ≠ 0 (Tidak terdapat unit roots, variabel Y stasioner)

Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-Fuller.

3.5.2 Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependennya pada jangka panjang. Yang dimaksud jangka panjang dalam pendekatan kointegrasi adalah jangka waktu dimana pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya tidak bersifat seketika, melainkan membutuhkan selang waktu, dan merupakan suatu kondisi dimana masing-masing variabel memungkinkan untuk mengadakan penyesuaian secara penuh terhadap perubahan-perubahan yang timbul (atau tidak ada kecenderungan untuk naik atau turun, dan variabel tersebut berada dalam kondisi optimumnya).

Model kointegrasi juga merupakan model yang biasa digunakan untuk menganalisis apakah trend dari nilai variabel tak bebas bergerak dengan arah yang sama dengan trend variabel bebasnya, sehingga tecapai keseimbangan jangka panjang atau justru sebaliknya. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam uji ini :


(54)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

1. Estimasi tiap parameter dari persamaan regresi dengan menggunakan

Ordinary Least Square (OLS), misalnya :

Yt = 0 + 1Xt1 + 2Xt2 + Ut ... (1.24)

Uji stasioner terhadap nilai residual dari hasil estimasi diatas lalu estimasi kembali Ut = Ut-1+ t ... (1.25)

Ût = 0Ut-1 + 1Ut-2 ... (1.26)

Setelah t-hitung diperoleh, maka hasilnya dibandingkan dengan t-tabel (uji-t). Jika nilai t hitung lebih besar dari t-tabel maka variabel bersifat stasioner.

2. Regresi persamaan, proses ini dilakukan untuk melihat signifikansi hubungan antara variabel pada tingkat kepercayaan tertentu.

Hipotesis ini didasarkan oleh hasil regresi pada error term berikut ini : Ut= Ut-1+ t ...(1.27)

Kesimpulan hipotesis uji kointegrasi :

• Ho : = 0 (Variabel-variabel tidak terkointegrasi) • H1 : ≠ 0 (Variabel-variabel terkointegrasi)


(55)

3.5.3 Uji Kesesuaian

3.5.3.1 Penaksiran Koefisien Determinasi

Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.

Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<R2 <1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.

3.5.3.2 Uji t – Statistik (Uji Parsial)

Penaksiran ini dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen (dalam hal ini untuk mendukung uji kointegrasi dan ECM) secara parsial.

Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : bi = 0 (tidak signifikan)


(56)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Ho akan diterima (Ha ditolak) pada tingkat kepercayaan tertentu jika t hitung lebih kecil dari t tabel, dengan demikian variabel bebas yang diuji tidak mempengaruhi variabel tidak bebas (tidak signifikan).

Sebaliknya Ho akan ditolak (Ha diterima) pada tingkat kepercayaan tertentu jika t hitung lebih besar dari t tabel sehingga variabel bebas yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas (signifikan). Nilai t hitung adalah sebagai berikut :

bi

t = ---

S(bi)

Dimana :

bi = Parameter yang diestimasi

S(bi) = Standart error yang diuji.

3.5.3.3 Uji F- Statistik

Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh dari semua variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebasnya. Disamping menguji berarti tidaknya variabel-variabel bebas secara bersamaan, uji F juga


(57)

sekaligus menguji koefisien determinasinya (R2). Dengan demikian hasil uji F yang signifikan akan menyebabkan nilai R2 yang diperoleh secara statistik tidak sama dengan nol.

Hipotesa yang digunakan adalah :

Ho : bl = b2 = .... = 0, tidak ada pengaruh variabel bebas

terhadap variabel tidak bebas.

Ha : bl ≠ b2 ≠ .... ≠ 0, terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

Hasil pengujian akan menunjukan :

Apabila nilai F-hitung > F- tabel, maka Ho ditolak ; artinya setiap variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.

Apabila nilai F-hitung < F- tabel, maka Ho tidak diterima ; artinya setidaknya satu dari variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.

Nilai F hitung :

R2/(k-1)

F = ---


(58)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009 Dimana :

k = banyaknya koefisien (termasuk intersep bi)

n = banyaknya observasi pada sampel.

3.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.5.4.1 Masalah Multikolinier

Multikolinier menunjukan gejala adanya hubungan linier atau hubungan yang pasti diantara explanatory variable (variabel penjelas) dalam model regresi. Gejala ditunjukan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian besar eksplanatori variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel.

3.5.4.2 Masalah Serial Korelasi

Masalah korelasi dalam model menunjukan adanya hubungan korelasi antara variabel gangguan (error term) dalam suatu model yang terjadi karena beberapa faktor :

1. Inersia, data observasi dimulai dari situasi kelesuan ekonomi sehingga data

time series selanjutnya dipengaruhi oleh data sebelumnya walaupun


(59)

2. Mengeluarkan atau tidak memasukan variabel bebas tertentu yang sebenarnya turut mempengaruhi variabel tidak bebasnya menurut teori ekonomi, walaupun hasil perhitungan kuantitas tidak mendukungnya. 3. Bentuk model yang tidak tepat.

4. Penentuan data secara sistematis tidak tersedia untuk periode yang diharapkan. Uji yang dilakukan untuk mendeteksi gejala ini adalah uji Durbin-Watson dan Run-test.

Uji serial korelasi: 1. Durbin Watson

Ketentuan yang berlaku untuk melihat apakah suatu model mempunyai masalah korelasi berdasarkan pada bagan daerah kritis di halaman berikut ini.

Gambar 1.3 Pengujian Durbin Watson Model Regresi

Serial Daerah Daerah tidak ada Daerah S erial

Korelasi tak tentu serial korelasi tak tentu Korelasi

Positif Negati

Keterangan : Ho : tidak ada auto korelasi positif

Ho* : tidak ada auto korelasi negative

Tabel 1.2 Batas Kritis Pengujian Durbin – Watson statistik


(60)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Daerah Hasil

0 < D-W Stat < dL dL < D-W Stat < dU

dU < D-W Stat < 4-dU 4-dU < D-W Stat < 4-dL

4-dL < D-W Stat < 4

Terdapat Autokorelasi positif Ragu – ragu

Tidak terdapat Autokorelasi Ragu – ragu

Terdapat Autokorelasi negatif

2. Run-Test

Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya masalah serial korelasi dalam model, dengan melakukan perhitungan terhadap pergerakan (positif atau negarif) residual yang diperoleh dari selisih antara nilai aktual dari variabel dependen terhadap nilai estimasinya.

Setelah diperoleh data residual, maka ditentukan jumlah nilai residual yang positif (n1), nilai residual negatif (n2), jumlah runs atau perubahan nilai positif dan negatif residual (k) dan jumlah observasinya (n). Lalu ditentukan pula nilai rata-rata runs (k) dan variansnya ( k) melalui rumus :

1 2 1 2 1 2 ) ( + + = Ε n n n n k ...(1.28) ) 1 2 1 ( ) 2 1 ( ) 2 1 2 1 2 ( 2 1 2

2 + −

+ − − = n n n n n n n n n n k δ ...(1.29)


(61)

S(k)=

σ

(k)...(1.30) Penentuan ada atau tidaknya korelasi dalam model, ditentukan melalui batasan rentang :

(k) – t-tabel ( n,-1; ) S(k) ≤ k ≤ (k) + t-tabel ( n,-1; ) S(k)

Pada tingkat kepercayaan tertentu akan dilihat apakah (k) berada dalam rentang batas interval tersebut diatas yang menunjukan bahwa model tidak mengandung masalah serial korelasi, atau sebaliknya yang menunjukan bahwa model mengandung masalah serial korelasi.

Perlu dicatat bahwa apabila model mengandung masalah serial korelasi, maka model harus diperbaiki melalui perbaikan regresi, karena apabila terjadi korelasi diantara anggota series dari observasi maka asumsi classical linear

regresion tidak terpenuhi.

3.5.5 Defenisi Variabel Operasional

3.5.5.1 Gross National Disposable Income (gndi)

Adalah pendapatan yang dapat digunakan untuk konsumsi barang dan jasa. Variabel ini diharapkan akan berhubungan positif dengan tabungan nasional. Pendapatan disposibel dapat dirumuskan sebagai :


(62)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

Yd = Y – T………(1.31) Dimana : Yd = pendapatan disposibel

Y = pendapatan nasional T = pajak

3.5.5.2 Tingkat suku bunga riil (r)

Merupakan tingkat bunga nominal yang telah dikoreksi terhadap inflasi, dapat dirumuskan sebagai :

Real interest rate = nominal interest rate – inflation ……….(1.32)

3.5.5.3 Tingkat inflasi (lnp)

Data inflasi menggunakan indikator Indeks Harga Konsumen tahunan tahun konstan 2000. Inflasi tahunan dirumuskan dengan :

Tingkat inflasi = IHKt – IHKt-1 X 10……...………...….(1.33) IHK t-1

3.5.5.4 Pendapatan riil (y)

Data pendapatan riil tahunan menggunakan data pendapatan nominal tahunan dibagi dengan PDB deflator tahun konstan 2000 dengan perumusan:


(63)

PDB Deflatort

3.5.5.5 Rasio investasi pemerintah terhadap PDB (giy)

Merupakan prosentase perbandingan pengeluaran pemerintah dalam investasi (public investment) terhadap Produk Domestik Bruto.

3.5.5.6 Dummy variable

Dummy variable adalah metode pengklasifikasian data yang membagi

sebuah sampel menjadi beberapa subgrup berdasarkan kualitas atau atribut (jenis kelamin, status perkawinan, dan lain-lain). Dalam penelitian ini dummy variables digunakan sebagai variabel krisis ekonomi dengan nilai D = 0 untuk periode sebelum krisis ekonomi Indonesia dan D = 1 untuk periode setelah krisis ekonomi. Berdasarkan identifikasi di atas maka mulai periode 1998-2003 dummy

variable bernilai 1 dikarenakan adanya krisis ekonomi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis ekonomi maupun analisis statistik dari hasil regresi model tabungan dan investasi swasta di Indonesia Periode 1984-2003 dengan pendekatan kointegrasi dan Error Correction Model (ECM). Pendekatan kointegrasi bertujuan untuk melihat hubungan keseimbangan


(64)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009

jangka panjang antara variabel–variabel da2qe3wfglam model. Sedangkan pendekatan ECM bertujuan untuk melihat dinamika jangka pendek dari variabel-variabel dalam model yang mengarahkan kepada keseimbangan jangka panjangnya. Di samping itu akan dilakukan pengujian-pengujian terhadap masalah yang biasa muncul dalam regresi linier dan analisis runtun waktu (time

series).

Dalam analisis ekonomi akan dijelaskan mengenai arti dari parameter-parameter yang diperoleh dari hasil regresi yang meliputi kesesuaian arah parameter yang diteliti dengan hipotesis-hipotesis yang telah ditetapkan berdasarkan teori-tori ekonomi, termasuk arti dari nilai koefisien itu sendiri, dan juga melihat berapa besar pengaruh perubahan variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya. Untuk analisis statistika, akan diperlihatkan sampai sejauh mana validitas model yang digunakan dalam penelitian melalui pengujian secara statistik terhadap model yang bersangkutan. Pengujian masalah-masalah linier ditujukan untuk menghasilkan model regresi dan hasil estimasi yang akurat dan tidak bertentangan dengan asumsi regresi linear klasik. Pengujian tersebut meliputi perhitungan t-statistik dan F-statistik, penaksiran koefisien determinasi dan Durbin Watson statistik.

4.1Interpretasi Data


(65)

4.4.1.1 Tabungan Swasta

Tabungan swasta adalah tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga atau perusahaan. Tabungan swasta memiliki peranan penting dalam pembentukan investasi domestik, dimana tabungan akan menyebabkan terjadinya penanaman modal, dan penanaman modal ini akan memperbesar kapasitas produksi sehingga pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Data tabungan swasta yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan nasional setelah dikurangi penerimaan pajak dan konsumsi rumah tangga.

Dari tabel dibawah ini dapat dilihat perkembangan tabungan swasta di Indonesia beserta pertumbuhannya periode 1984-2003. Tingkat tabungan tertinggi terjadi pada tahun 1999 dengan nilai Rp. 792.968,07 milyar, dan tingkat tabungan swasta terendah terjadi pada tahun berikutnya yaitu tahun 2000 sebesar Rp. 292.208,70 milyar dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 6,65 % per tahun. Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2003 dimana tabungan swasta tumbuh sebesar 47,42 %.

Tabel 4.1 Perkembangan Tingkat Tabungan Swasta

dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003.


(66)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009 Swasta (milyar rupiah)

(%) Swasta

(milyar rupiah)

(%)

1984 349346.72 - 1994 518760.09 -31.17

1985 358137.99 2.52 1995 577519.15 11.33

1986 395678.43 10.48 1996 653997.20 13.24

1987 437584.67 10.59 1997 687910.62 5.19

1988 486874.36 11.26 1998 740782.18 7.69

1989 538382.48 10.58 1999 792968.07 7.04

1990 584852.73 8.63 2000 292208.70 -63.15

1991 633031.01 8.24 2001 346710.00 18.65

1992 690104.70 9.02 2002 448997.36 29.50

1993 753651.05 9.21 2003 661904.50 47.42

Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah kembali). 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 n ila i ( m ily ar r u p ia h ) tahun

Grafik 4.1 Perkembangan Tabungan Swasta di Indonesia Periode 1984-2003.


(67)

Sumber : Tabel 4.1

Pergerakan tabungan swasta pada periode penelitian dapat dilihat pada gambar diatas. Titik tertinggi tabungan swasta pada tahun 1999 disebabkan dari tingginya tingkat suku bunga tabungan yang mencapai 25,3% per tahun dan juga karena rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga. Rendahnya konsumsi rumah tangga juga disebabkan karena mulai stabilnya kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi yang ditandai dengan kestabilan harga kala itu. Sedangkan titik terendah pada tahun 2000 disebabkan karena tingginya tingkat konsumsi rumah tangga yang disebabkan karena naiknya harga BBM karena pengurangan subsidi oleh pemerintah yang mendorong kenaikan harga barang-barang lainnya.

4.4.1.2 Investasi Swasta

Data mengenai investasi swasta yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PMA dan PMDN yang disetujui pemerintah. Investasi swasta cenderung meningkat dari waktu-kewaktu. Walaupun demikian pada tahun-tahun tertentu mengalami penurunan. Tabel dibawah ini memperlihatkan perkembangan investasi swasta di Indonesia pada tahun 1984-2003.

Tabel 4.2 Perkembangan Tingkat Investasi Swasta

dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003.

Tahun Investasi Swasta

Pertumbuhan

(%) Tahun

Investasi Swasta

Pertumbuhan (%)


(68)

Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008.

USU Repository © 2009 (milyar rupiah)

(milyar rupiah)

1984 107190.7 - 1994 245261.8 24.04

1985 84658.6 31.09 1995 309551.6 26.21

1986 110978.3 5.02 1996 326743.6 5.55

1987 116546.4 13.96 1997 340471.1 4.20

1988 132819.4 16.62 1998 240885.8 -29.25

1989 154892.7 15.08 1999 202957.1 -15.75

1990 178245.3 2.54 2000 241732.1 19.11

1991 182767.2 3.23 2001 253425.7 4.84

1992 188666.5 4.80 2002 256115.3 1.06

1993 197723.5 -21.02 2003 248425.5 -3.00

Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah kembali)..

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa selama periode 1984 sampai dengan 2003 perkembangan investasi swasta cenderung mengalami peningkatan. Angka pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 1995 yaitu sebesar 26,21% dan angka pertumbuhan terendah pada tahun 1998 sebesar -29,25 % atau mengalami rata-rata pertumbuhan 5,70% setiap tahunnya. Peningkatan investasi swasta ini tidak lepas dari usaha pemerintah dalam mendorong penyehatan kembali investasi swasta. Sejak tahun 1989 pemerintah melakukan percepatan dan perluasan investasinya, sehingga dampaknya dapat dilihat dalam beberapa tahun berikutnya


(69)

yaitu terjadi pertumbuhan investasi swasta sejalan dengan meningkatnya realisasi Penanaman Modal Asing.

Sumber : Tabel 4.2

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 menyebabkan penurunan yang sangat tajam pada investasi swasta. Penurunan sebesar 29,25 % pada tahun 1998 disebabkan karena menurunnya kepercayaan investor karena ketidakstabilan kondisi ekonomi dan politik dan juga tingginya risiko jika melakukan investasi di Indonesia. Setelah tahun 1998, investasi swasta di Indonesia mulai kembali menunjukan peningkatan seiring dengan berbagai kebijakn pemerintah dalam pemulihan pasca krisis serta berbagai kemudahan yang diberikan pada investor.

4.4.2 Variabel Bebas (Independent Variables)

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 19 84 19 86 19 88 19 90 19 92 19 94 19 96 19 98 20 00 20 02 in v es ta si s w as ta (m ily ar r u p ia h ) tahun

Grafik 4.2 Perkembangan Investasi Swasta di Indonesia Periode 1984-2003.


(1)

Hasil estimasi model kointegrasi investasi swasta Dependent V ariable: LI

Method: Least Squares Date: 03/04/09 Time: 11:51 Sample: 1984 2003

Included observations: 19 Excluded observations: 1

Variable Coefficien t

Std. Error t-Statistic Prob.

C -9.969824 1.009105 -9.879871 0.0000

LY 1.545180 0.072368 21.35166 0.0000

LP 0.112592 0.060521 1.860379 0.0856

LR -0.012053 0.042053 -0.286623 0.7789

LGIY -0.240387 0.098137 -2.449502 0.0292

DUMMY -0.521000 0.094753 -5.498514 0.0001

R-squared 0.980717 Mean dependent var 12.15430 Adjusted R-squared 0.973300 S.D. dependent var 0.403474 S.E. of regression 0.065928 Akaike info criterion -2.348432 Sum squared resid 0.056504 Schwarz criterion -2.050188

Log likelihood 28.31010 F-statistic 132.2338


(2)

Uji kointegrasi model tabungan swasta Null Hypothesis: RESIDO1 has a unit root Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=0)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.855639 0.0001 Test critical values: 1% level -2.708094

5% level -1.962813

10% level -1.606129

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 17

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RESIDO1) Method: Least Squares

Date: 03/05/09 Time: 12:53 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17

Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob. RESIDO1(-1) -1.282279 0.264080 -4.855639 0.0002 R-squared 0.594444 Mean dependent var 0.016063


(3)

Hasil estimasi ecm tabungan swasta Dependent Variable: D(LS)

Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 12:56 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17

Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.202734 0.278400 2.728212 0.4817

D(LGNDI) -2.338508 4.720243 -2.495421 0.6301

D(LR) 0.277961 0.108945 2.551390 0.0269

D(LP) 0.382890 0.169630 2.257214 0.0453

DUMMY -0.174260 0.170470 -1.022234 0.3286

RESIDO1(-1) -1.022718 0.530771 -1.926851 0.0802 R-squared 0.670680 Mean dependent var 0.029231 Adjusted R-squared 0.520989 S.D. dependent var 0.302941 S.E. of regression 0.209667 Akaike info criterion -0.016026 Sum squared resid 0.483564 Schwarz criterion 0.278049

Log likelihood 6.136224 F-statistic 5.480432


(4)

Uji kointegrasi model investasi swasta Exogenous: None

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=0)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.179695 0.0003 Test critical values: 1% level -2.708094

5% level -1.962813

10% level -1.606129

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 17

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RESIDO2) Method: Least Squares

Date: 03/04/09 Time: 15:57 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17

Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob. RESIDO2(-1) -0.951894 0.227742 -4.179695 0.0007 R-squared 0.521375 Mean dependent var -0.002627


(5)

Hasil estimasi ecm investasi swasta Dependent Variable: D(LI)

Method: Least Squares Date: 03/04/09 Time: 16:11 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17

Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable Coefficien

t

Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.148948 0.071389 -2.086433 0.0635

D(LY) 3.868674 1.142344 3.386611 0.0069

D(LP) 0.085963 0.045339 1.895990 0.0872

D(LR) -0.015342 0.030024 -0.510980 0.6205

D(LGIY) -0.178868 0.062984 -2.839901 0.0176

DUMMY 0.056042 0.040264 1.391875 0.1941

RESIDO2(-1) -0.850221 0.265308 -3.204659 0.0094 R-squared 0.862648 Mean dependent var 0.079875 Adjusted R-squared 0.780237 S.D. dependent var 0.118916 S.E. of regression 0.055746 Akaike info criterion -2.643111 Sum squared resid 0.031076 Schwarz criterion -2.300023

Log likelihood 29.46644 F-statistic 10.46762

Durbin-Watson stat 1.804374 Prob(F-statistic) 0.000805


(6)