Komunikasi antar pribadi dan peningkatan kinerja karyawan(studi korelasional peranan komunikasi antar pribadi terhadap peningkatan kinerja karyawan PTPN IV Unit Kebun Laras).
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DAN PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN
(Studi Korelasional Peranan Komunikasi Antarpribadi Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
(PERSERO) Unit Kebun Laras) Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1)
Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Oleh :
EMIR SYAHRIZAL PURBA 050904086
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMAERA UTARA MEDAN
(2)
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul komunikasi antarpribadi dan peningkatan kinerja karyawan (Studi korelasional Peranan Komunikasi Antarpribadi Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) Unit Kebun Laras). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antaran perana komunikasi antarpribadi pimpinan perusahaan terhadap peningkatan kinerja karyawan di PTPN IV Unit Kebun Laras. Objek penelitian adalah karyawan PTPN IV Unit kebun Laras.
Teori yang digunakan adalah komunikasi, komunikasi antarpribadi, efektivitas komunikasi antar pribadi, self disclosure dan kinerja.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 563 orang dengan rumus Taro Yamane dengan posisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% diperoleh sampel sebanyak 84 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan stratified sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dan kepustakaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan di antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel X (komunikasi antarpribadi) dan variabel Y (peningkatan kinerja karyawan). Dalam menganalisis data penelitian digunakan tabel tunggal dan tabel silang sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan tes statistic Spearman melalui SPSS (Statistical Product Service Solution) 16.00. Hasil pengujian menunjukkan hubungan bahwa hipotesis (Ha) diterima (0,158), yaitu terdapat hubungan yang rendah sekali dilihat dari nilai koefisien korelasi. Artinya bahwa terdapat hubungan yang rendah sekali antara peranan komunikasi antarpribadi terhadap peningkatan kinerja karyawan di PTPN IV Unit Kebun Laras.
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Komunikasi antar pribadi dan peningkatan kinerja karyawan(studi korelasional peranan komunikasi antar pribadi terhadap peningkatan kinerja karyawan PTPN IV Unit Kebun Laras). Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang nantinya berguna di hari yang akan datang.
Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih dari dasar hati yang terdalam, penulis persembahkan kepada orang tua saya, bapak DRS. Edi Syahputra purba dan mama Jusrida Nasution yang selalu memberikan dukungan moril dan materil, serta kasih sayang yang selalu dicurahkan kepada peneliti. Kepada saudara-saudara penulis : Kakak Mas Intan purba, , serta adik-adikku Emir Syahfuad Purba dan Lulu Najla Purba, yang telah memberikan semangat, dukungan, dan pengertian kepada peneliti.
Terimakasih yang setulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
(4)
3. Ibu Dra.Dewi Kurniawati M.Si, selaku sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, Universitas Sumatera Utara yang juga merupakan dosen wali dan dosen pembimbing bagi peneliti yang banyak memberikan masukan, bimbingan dandorongan kepada penulis. Terima kasih atas pengetahuan dan wawasan baru yang diberikan kepada penulis, semua itu sangat berarti bagi penulis.
4. Seluruh dosen/ staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu Komunikasi. Terimakasih yang tulus penulis sampaikan atas jasa-jasa yang telah diberikan selama perkuliahan.
5. Bapak Ir.Eka Priari selaku Manager PTPN IV Unit Kebun Laras, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis hingga dapat melaksanakan kegiatan penelitian.
6. Kak Icut, Kak Maya, Kak Rotua dan Kak Ros yang telah membantu dalam proses administrasi
7. Buat teman-teman peneliti angkatan 2005 Ilmu Komunikasi FISIP USU:Tariq, Arivan, Dania, Hendra, Yogi, Cun-cun, veri, yunita, Tebo, Fika, lora, , Hendra, , Aditiya, Ema, Irene, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
8. Teman dari masa kecil peneliti hingga sekarang: OK Ilham, Albert, dan Yahdi. 9. Buat Rotua, Lora yang telah memberi bimbingan kepada peneliti hingga
menyelesaikan penelitian ini.
10. Buat para responden, terima kasih telah meluangkan waktunya untuk menjawab kuisioner yang disebarkan peneliti.
11. Kepada pihak-pihak tertentu yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih banyak atas bantuan dan kepeduliannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
(5)
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, semoga Allah SWT akan membalasnya dengan limpahan rahmat kepada kita semua. Harapan penulis semoga skripsi ini kelak dapat berguna dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis, September 2009
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Perumusan Masalah... 6
I.3 Pembatasan Masalah ... 6
I.4 Tujuan Penelitian ... 7
I.5 Manfaat Penelitian ... 7
I.6 Kerangka Teori ... 8
I.6.1 Komunikasi Antarpribadi ... 8
I.6.2 Self Disclosure ... 10
I.6.3 kinerja ... 11
I.7 Kerangka Konsep ... 12
I.8 Model Teoritis ... 14
(7)
BAB II URAIAN TEORITIS ... 20
II.1 Komunikasi ... 20
II.1.1 Pengertian dan Proses Komunikasi ... 20
II.2 Komunikasi AntarPribadi ... 24
II.2.1 Pengertian KAP ... 24
II.2.2 Sifat-Sifat KAP ... 26
II.2.3 Komponen dan Proses KAP ... 27
II.3 Efektivitas KAP ... 27
II.4 Self Disclosure ... 31
II.4.1 Dimensi Self Disclosure ... 32
II.5 kinerja ... 37
II.5.1 Tujuan penilaian kinerja ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42
III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42
III.1.1 Sejarah Singkat PTPN IV Unit Kebun Laras ... 42
III.1.2 Letak perkebunan ... 43
III.1.3 Jenis tanaman, luas, keadaan areal, areal HGU ... 44
III.1.4 Keadaan areal ... 45
III.2 Struktur organisasi dan uraian tugas ... 45
III.1.2 Struktur organisasi ... 45
(8)
III.3 Metodologi penelitian ... 52
III.3.1 Metodologi penelitian ... 52
III.3.2 Lokasi penelitian ... 52
III.4 Populasi dan sampel ... 53
III.4.1 Populasi ... 53
III.4.1 Sampel ... 54
III.5 Teknik penarikan sampel ... 55
III.6 Teknik pengumpulan data ... 56
III.7 Teknik analisis data ... 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 58
IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 58
IV.1.1 Tahap Awal ... 58
IV.1.2 Pengumpulan Data ... 58
IV.2 Teknik Pengolahan Data ... 59
IV.3 Analisis Tabel Tunggal ... 60
IV.3.1 Karakteristik Responden ... 60
IV.3.2 KAP ... 65
IV.3.3 Peningkatan kinerja karyawan... 81
IV.4 Analisis Tabel Silang ... 92
IV.5 Pengujian Hipotesis ... 99
(9)
BAB V PENUTUP ... 105
V.1 Kesimpulan ... 105
V.2 Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Variabel Operasional ... 15
Tabel 2 Perilaku Defensif dan Suportif dari Jack Gibb ... 30
Tabel 3 Usia Responden ... 61
Tabel 4 Jenis kelamin ... 61
Tabel 5 Pendidikan terakhir ... 62
Tabel 6 Afdeling ... 63
Tabel 7 Golongan jabatan ... 64
Tabel 8 Lama bekerja ... 65
Tabel 9 KAP bentuk dialog yang sering digunakan ... 66
Tabel 10 Frekuensi dialog pimpinan dengan karyawan ... 67
Tabel 11 Kredibilitas pimpinan terhadap pesan yang disampaikan ... 68
Tabel 12 Frekuensi pimpinan mengadakan rapat ... 69
Tabel 13 Frekeuensi pimpinan mengadakan rapat ... 70
Tabel 14 Frekuensi keterlibatan karyawan dalam rapat ... 71
Tabel 15 Penerimaan keluhan karyawan kepada pimpinan ... 72
Tabel 16 Penerimaan saran karyawan kepada pimpinan ... 73
Tabel 17 Perlakuan perusahaan terhadap karyawan ... 74
Tabel 18 Frekuensi pimpinan memberikan bimbingan ... 75
(11)
Tabel 20 Pidato merupakan bentuk komunikasi pimpinan ... 77
Tabel 21 Diskusi merupakan bentuk komunikasi pimpinan... 78
Tabel 22 Ceramah merupakan bentuk komunikasi pimpinan ... 79
Tabel 23 Perintah merupakan bentuk komunikasi pimpinan ... 80
Tabel 24 Frekuensi perusahaan memberikan pelatihan ... 81
Tabel 25 Penempatan karyawan oleh perusahaan apakah sesuai? ... 82
Tabel 26 Hubungan antar karyawan PTPN IV Unit Kebun laras ... 83
Tabel 27 Frekuensi perusahaan melakukan rotasi jabatan ... 84
Tabel 28 Frekuensi perusahaan melakukan promosi jabatan ... 85
Tabel 29 Sertifikat merupakan bentuk penghargaan kepada karyawan ... 86
Tabel 30 Bonus merupakan bentuk penghargaan kepada karyawan... 87
Tabel 31 Pujian merupakan bentuk penghargaan kepada karyawan...……88
Tabel 32 Promosi jabatan merupakan bentuk penghargaan ke karyawan ... 89
Tabel 33 Frekuensi pimpinan mampu menciptakan harmonisasi ... 90
Tabel 34 Frekuensi pimpinan mampu memotivasi karyawannya...91
Tabel 35 Tabel Analisis data silang...93
Tabel 36 Tabel Analisis data silang...95
Tabel 37 Tabel Analisis data silang ...97
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Teoritis ... 14
Gambar 2 Johari Window ... 31
(13)
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul komunikasi antarpribadi dan peningkatan kinerja karyawan (Studi korelasional Peranan Komunikasi Antarpribadi Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) Unit Kebun Laras). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antaran perana komunikasi antarpribadi pimpinan perusahaan terhadap peningkatan kinerja karyawan di PTPN IV Unit Kebun Laras. Objek penelitian adalah karyawan PTPN IV Unit kebun Laras.
Teori yang digunakan adalah komunikasi, komunikasi antarpribadi, efektivitas komunikasi antar pribadi, self disclosure dan kinerja.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 563 orang dengan rumus Taro Yamane dengan posisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% diperoleh sampel sebanyak 84 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan stratified sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dan kepustakaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan di antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel X (komunikasi antarpribadi) dan variabel Y (peningkatan kinerja karyawan). Dalam menganalisis data penelitian digunakan tabel tunggal dan tabel silang sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian digunakan tes statistic Spearman melalui SPSS (Statistical Product Service Solution) 16.00. Hasil pengujian menunjukkan hubungan bahwa hipotesis (Ha) diterima (0,158), yaitu terdapat hubungan yang rendah sekali dilihat dari nilai koefisien korelasi. Artinya bahwa terdapat hubungan yang rendah sekali antara peranan komunikasi antarpribadi terhadap peningkatan kinerja karyawan di PTPN IV Unit Kebun Laras.
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam
suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial
yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah
interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu
dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi
dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi
pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting
dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu
dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi.
Karyawan memiliki kebutuhan dan keinginan informasi untuk mengetahui tugas–tugasnya dan mengerti seluruh tujuan dan strategi perusahaan. Keterbukaan dan kejujuran kebijakan komunikasi harus dibangun oleh pimpinan dan harus diterima oleh setiap bawahan. Komunikasi dari manajemen–karyawan, karyawan ke pihak manajemen harus jujur dan dibangun berdasar kepercayaan jika digunakan untuk membangun semangat kerja, produktivitas dan kemajuan perusahaan.
Pimpinan perusahaan akan berusaha untuk mencoba, mengubah kebutuhan
serta keinginan karyawan-karyawan, melalui proses motivasi yang disampaikan
(15)
lazimnya, tentu saja memilki sekumpulan keinginan yang diharapkannya dapat
terpenuhi di tempat ia bekerja. Kebutuhan dan keinginan karyawan merupakan
kekuatan pendorong bagi mereka unruk melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalam
perusahaan, sikap, tabiat, kebiasaan, kepentingan dan tuntutan bukan hanya
merupakan milik seorang karyawan saja, tetapi milik mereka bersama dengan
karyawan yang lain. Hal ini menyebabkan karyawan-karyawan menunjukan
tanggapan yang sama terhadap sesuatu yang terjadi di luar dan di sekitar mereka.
Bahkan tingkah laku dan perbuatan mereka dipengaruhi hal-hal tersebut.
Dalam setiap perusahaan pasti terjadi komunikasi terutama komunikasi antarpribadi yang melibatkan dua orang. Komunikasi ini terjalin agar tercipta pemahaman yang sama antara dua orang tersebut sehingga, dapat bekerja sama dengan baik. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah organisasi terutama dengan
timbulnya salah faham dan konflik oleh karena itu diperlukan komunikasi yang
efektif.
Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi oleh karena itu
para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami
dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Kohler, 1981) dikutip
kembali oleh (Arni Muhammad, 2007 : 1). Untuk memahami komunikasi ini dengan
mudah perlu terlebih dahulu mengetahui konsep-konsep dasar komunikasi.
Aktivitas komunikasi di perkantoran senantiasa disertai dengan tujuan yang
ingin dicapai. sesama dalam kelompok dan masyarakat. Budaya komunikasi dalam
(16)
komunikasi antara atasan kepada bawahan. Sisi kedua antara pegawai yang satu
dengan pegawai yang lain. Sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan.
Masing-masing komunikasi tersebut mempunyai polanya Masing-masing-Masing-masing. Di antara kedua
belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau
komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan
untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupu n kelompok, untuk mencapai
tujuan suatu organisasi. Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi
antara berbagai subsistem dalam perkantoran. Menurut Kohler ada dua model
komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perkantoran ini.
Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses komunikasi yang berfungsi untuk
menyatukan bagian-bagian (subsistem) perkantoran. Kedua, komunikasi interaktif,
ialah proses pertukaran informasi yang berjalan secara berkesinambungan, pertukaran
pendapat dan sikap yang dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem
dalam perkantoran, maupun antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan
intensitas komunikasi yang dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu
proses komunikasi tersebut.
Proses komunikasi yang terjadi di dalam perusahaan khususnya yang menyangkut komunikasi antara pimpinan dan karyawan merupakan faktor penting dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif tergantung dari hubungan karyawan yang memuaskan yang dibangun berdasarkan iklim dan kepercayaan atau suasana organisasi yang positif. Hubungan atasan dan bawahan merupakan jantung pengelolaan yang efektif. Agar hubungan ini berhasil, harus ada kepercayaan dan keterbukaan antara atasan dan bawahan. (Muhammad, 2007 : 172).
(17)
Rasa percaya, keyakinan, keterbukaan, kejujuran, dukungan keamanan, kepuasan, keterlibatan, tingginya harapan merupakan gambaran iklim perusahaan yang ideal. Tujuan utama dari komunikasi dengan karyawan adalah mengidentifikasi, menciptakan dan menjalin hubungan timbal balik yang menguntungkan antara pimpinan dengan karyawan.
Komunikasi yang efektif ditentukan oleh pihak–pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu pimpinan dan karyawan. Pimpinan harus dapat memfasilitasi kondisi komunikasi antarpribadi yang efektif yang meliputi: a. keterbukaan (openness), b. empati (empathy), c. kepositifan (positiveness), d. dukungan (supportiveness), dan e. kesetaraan (equality) (Muhammad, 2007 : 172).
Komunikasi efektif antara pimpanan dan karyawan juga harus dibangun berdasarkan hubungan antarpribadi yang efektif. Menurut Roger (1971), hubungan antarpribadi akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi kondisi sebagai berikut : (a) bertemu satu sama lain secara personal, (b) empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti, (c) menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan, (d) menghayati pengalaman satu sama lain dengan bersungguh– sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain, (e) merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan gangguan arti, (f) memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat persamaan aman terhadap yang lain.
(18)
Hubungan antara sesama karyawan di sebuah organisasi lebih berfokus pada aspek–aspek manusiawi, hal ini perlu diketahui dan dijalankan di dalam perusahaan. sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan industrial (industrial relations). Hubungan industri lebih menekankan pada besar kecilnya upah dan berbagai kondisi atau fasilitas kerja. Akan tetapi, di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, mengingat hubungan industri juga sangat dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi di kalangan karyawan maupun antara karyawan dengan pihak manajemen.
Komunikasi merupakan faktor penting bagi organisasi, karena tanpa adanya komunikasi kegiatan organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Reon Ladlow dan Ferguson Parton (1992,1996) berasumsi bahwa melalui komunikasi diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian di antara orang–orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut.Komunikasi antarpribadi yang terjadi antara pimpinan dan karyawan yang baik akan dapat berdampak pada hasil kerja yang maksimal.
Peningkatan kinerja karyawan secara perorangan akan mendorong kinerja
sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat
terhadap perubahan perilaku, yang direkflesikan dalam kenaikan produktivitas. PTPN
IV Unit Kebun Laras merupakan perusahaan yang bergerak di komoditi ekspor
produksi kelapa sawit. Menurut peneliti komunikasi antar pribadi antara pimpinan
PTPN IV Unit Kebun Laras dengan karyawannya sangat berperan dan sangat erat
hubungannya didalam peningkatan kinerja karyawan agar produksi semakin maju
(19)
baik. Disini peneliti akan meneliti bagaimana keryawan PTPN IV Unit Kebun Laras
saling berkomunikasi antar pribadi dengan sesama karyawan ataupun dengan
pimpinannya.
Berdasarkan penjelasan uraian-uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang sejauhmanakah peranan komunikasi antarpribadi terhadap
peningkatan kinerja karyawan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit
Kebun Laras.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut :
“Sejauhmanakah komunikasi antarpribadi berperan terhadap peningkatan kinerja
karyawan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras ?”.
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun
pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
a. Penelitian ini dibatasi pada komunikasi antarpribadi yang dilakukan pimpinan
terhadap karyawan di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit
(20)
b. Penelitian ini dibatasi pada peningkatan kinerja yang meliputi disiplin kerja,
frekuensi kehadiran, kerja sama yang baik dengan rekan kerja, kesenangan
terhadap pekerjaan, keseriusan kerja, penghargaan terhadap hasil kerja.
c. Penelitian dilakukan di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero)
Unit Kebun Laras.
d. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009.
I.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang menguraikan
apa yang akan dicapai dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak
lain yang berhubungan dengan penelitian tesebut :
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi pimpinan terhadap
karyawan.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi selama proses
komunikasi antarpribadi.
3. Untuk mengetahui kinerja karyawan akibat peranan proses komunikasi
antarpribadi.
I.5 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah atau memperluas
(21)
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
peneliti mengenai komunikasi antarpribadi dalam sebuah perusahaan antar
karyawan.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi atau
masukan yang positif bagi PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero)
Unit Kebun Laras.
I.6 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori (Nawawi, 1995 : 39). Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk
menggambarkan dari sudut mana peneliti melihat masalah yang akan diteliti.
I.6.1 Komunikasi Antarpribadi
Dikutip oleh Liliweri (1991 : 12), Devito menjelaskan komunikasi merupakan
pengiriman pesan dari seseorang dan telah diterima 0leh orang lain atau sekelompok
orang lain dengan efek dan efek umpan balik yang berlangsung. Sementara menurut Verdeber (1986) mengemukakan bahwa komunikasi anatrpribadi merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang terkandung dalam gagasan–gagasan dan perasaan (Alo Liliweri, 1994: 9). Komunikasi antarpribadi (interpersonal
communication) merupakan komunikasi yang berlangsung alam situasi tatap muka
antara dua orang atau lebih baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang
(Wiryanto, 2004:32). Menurut Vardiansyah (2004 : 30) Komunkasi antarpribadi
(22)
yakni dua orang) atau satu komunikasi tiga orang (triadik). Komunikasi antarpribadi
(non media massa) seperti televisi.
Untuk memperjelas pengertian komunikasi antar pribadi Devito (Alo Liliweri, 1991) memberikan beberapa ciri komunikasi antar pribadi :
1. Keterbukaan
Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan
bajwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut
atau malu, kedua-duanya saling mengerti dan memahami pribadi
masing-masing.
2. Empati
Kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada orang lain.
3. Dukungan
Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari
pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan atau hasrat
yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membnatu seseorang
untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan
yang didambakan.
4. Rasa Positif
Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan yang positif, rasa
positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga
atau berprasangka yang menggangu jalinan interaksi.
(23)
Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila
memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi
dan sebagainya.
I.6.2 Self Disclosure
Menurut Johnson,(Rakhmat :2004:63) teori self disclosure atau pembukaan diri
merupakan proses mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang
sedang kita hadapi serta memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan
terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang
lain perasaan kita terhadap suatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau
perasaan kita terhadap suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan.
Beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antarpribadi
adalah sebagai berikut (Joseph A. Devito : 1997:40 )
1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang
2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, maka orang tersebut akan
menyukai diri kita, sehingga ia akan semakin membuka diri kepada kita.
3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki
sifat-sifat sebagai berikut : kompeten, terbuka, ekstrover, fleksibel, adaptif dan
inteligen.
4. Membuka diri pada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan
komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.
5. membuka diri berarti berarti bersikap realistis, maka di dalam pembukaan diri
(24)
Teori Self Disclosure atau proses pengungkapan diri yang telah lama menjadi
fokus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan merupakan proses
mengungkapkan informasi pribadi kita kepada orang lain dan seterusnya.
I.6.3 Kinerja
Kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode
tertentu mencerminkan tingkat kesehatan orang tersebut. Dengan kata lain, kinerja
adalah suatu pencapaian yang baik dalam bekerja berupa prestasi yang diperlihatkan
suatu organisasi atau individu yang kemudian memberi cerminan bahwa organisasi
atau individu yang kemudian memberi cerminan bahwa organisasi tersebut adalah
organisasi yang sehat.
Penilaian kinerja menurut Soeprihanto (1996 : 7) adalah suatu sistem yang
digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang karyawan telah
melaksanakan pekerjaannya masing-masing secara keseluruhan. Penilaian
pelaksanaan pekerjaan merupakan suatu pedoman dalam bidang personalia yang
diharapkan dapat menunjukkan prestasi kerja para karyawan secara rutin dan teratur
sehingga sangat bermanfaat bagi pengembangan karir karyawan yang dinilai maupun
organisasi secara keseluruhan. Kinerja seorang pegawai pada dasarnya adalah hasil
kerja seseorang karyawan. Selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan misalnya standard, target/ sasaran atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Adapun faktor yang berkaitan dengan sikap untuk meningkatkan kinerja
(25)
a. Disiplin kerja, yaitu sikap kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan
yang berlaku di perusahaan.
b. Frekuensi kehadiran, yaitu suatu jumlah kehadiran karyawan di
perusahaan tempat ia bekeja.
c. Kerjasama, yaitu adanya suatu aktivitas yang dilakukan secara kolaktif
di dalam suatu situasi kerja antara satu sama lainnya.
d. Kesenangan kerja, yaitu perasaan senang terhadap pekerjaan yang
dilakukan yang muncul dari dalam hati.
e. Keseriusan kerja, yaitu sikap yang sungguh-sungguh dalam melakukan
pekerjaan.
f. Penghargaan kerja, yaitu sesuatu yang diberikan perusahaan untuk
karyawannya yang berprestasi.
1.7 Kerangka Konsep
Teori-teori yang dijadikan landasan pada kerangka teori harus dapat
menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Menurut
Nawawi (1995 : 401) kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang
bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai.
Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan
dengan mengubahnya menjadi variable.
Pembatasan konsep dalam penelitian ini tidak saja untuk menghindari salah
(26)
batasan konsep diperlukan untuk penjabaran variabel penelitian maupun indikator
variabel (Buhan Bungin 2005, 92).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau
mempengaruhi munculnya variabel kedua disebut variabel terikat. Tanpa
variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel
terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang
muncul (Nawawi, 1995 : 57).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peran komunikasi antarpribadi.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada
atau muncul dipengaruhi atau dietntukan adanya variabel bebas dan bukan
karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995 : 57).
Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.
3. Variabel Terikat (Z)
Variabel antara adalah variabel yang menjembatani atau menghubungkan
(27)
Variabel antara pada penelitian ini adalah karakteristik responden di PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.
I.8 Model Teoritis
Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka
konsep, maka dibentuk suatu model teoritis, yaitu:
I.9 Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas,
maka untuk lebih memudahkan penelitian, perlu dibuat operasional variabel-variebel
terkait sebagai berikut :
Variabel Bebas (x)
Komunikasi antar pribadi
Variabel Terikat (Y)
Kinerja Karyawan
Variabel Antara Karakteristik Responden
(28)
Tabel 1. Variabel Operasional
Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)
Komunikasi antarpribadi
1. Keterbukaan
2. Empati
3. Dukungan
4. Rasa Positif
5. Kesamaan
Variabel Terikat (Y)
Kinerja Karyawan
1. Disiplin kerja
2. Kerjasama yang baik sesama
karyawan
3. Kesenangan pada pekerjaan
4. Keseriusan kerja
Variabel Antara (Z)
Karaketeristik responden
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Tingkat pendidikan
4. Afdeling
5. Golongan jabatan
(29)
I.10 Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu penelitian lain yang
ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46).
Defenisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas (Komunikasi Antarpribadi)
a. Keterbukaan, yaitu Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan
segala ide atau gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi)
dan terbuka tanpa rasa takut atau malu, kedua-duanya saling mengerti dan
memahami pribadi masing-masing.
b. Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya
kepada orang lain.
c. Dukungan, yaitu setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan
mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan
demikian keinginan atau hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya.
d. Rasa Positif, yaitu setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan
yang positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi
untuk tidak curiga atau berprasangka yang menggangu jalinan interaksi.
e. Kesamaan, yaitu kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi dan
(30)
2. Variabel Terikat (Kinerja karyawan) :
a. Disiplin Kerja :
Sikap atau tingkah laku berupa kepatuhan dan ketaatan secara sadar
terhadap peraturan yang berlaku dalamlingkungan kerja karena adanya
keyakinan bahwa dengan adanya aturan-aturan itu tujuan perusahaan akan
dapat tercapai.
b. Kerjasama yang baik sesama karyawan
Adanya suatu aktivitas yang dilakukan secara kolektif di dalam suatu
situasi kerja antara karyawan.
c. Kesenangan pada pekerjaan
Perasaan senang terhadap pekerjaan yang dilakukan yang muncul dari
dalam hati.
d. Keseriusan kerja
Sikap dan tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan dengan
sungguh-sungguh dan tidak mengabaikan peraturan yang berlaku.
3. Variabel Antara (Karakteristik Responden) :
a. Usia adalah umur yang dijadikan sampel yaitu karyawan PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.
b. Jenis kelamin adalah identitas karyawan PT. PERKEBUNAN
(31)
c. Tingkat pendidikan adalah tingkat atau jenjang pendidikan yang dimiliki
pada saat bekerja di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero)
Unit Kebun Laras.
d. Afdeling adalah lahan atau bagian tempat karyawan PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.
e. Golongan jabatan adalah di tingkat golongan apa karyawan di PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras tersebut
berada.
f. Lamanya bekerja adalah berapa lama karyawan PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.
I.11 Hipotesis
Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa
ditinggalkan karena ia merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995 :
43).
Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan
antara dua variabel atau lebih.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H0 : tidak terdapat hubungan antara peranan komunikasi antarpribadi terhadap
peningkatan kinerja karyawan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
(32)
Ha : terdapat hubungan antara peranan komunikasi antarpribadi terhadap
peningkatan kinerja karyawan PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
(33)
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi
II.1.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi mengandung makna “bersama-sama”
(common,commones) yang berasal dari bahasa Inggris. Asal istilah komunikasi
(Indonesia) atau communication (Inggris) berasal dari bahasa Latin yaitu
communication, yang berarti pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu),
pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari
pendengaranya; untuk ikut ambil bagian ( Liliweri, 1991: 1).
Komunikasi adalah kebutuhan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia (Efendy, 2003:8). Ada
banyak pengertian yang dapat menggambarkan mengenai komunikasi, berikut ini
adalah beberapa diantaranya.
Theodorson (1986) mengatakan bahwa komunikasi adalah pengalihan
informasi dari satu orang atau kelompok kepada yang lain terutama dengan
menggunakan simbol (Liliwery, 1991:11).
Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu
maupun kelompok, baik dalam kehidupan sehari-hari disadari atu tidak maka dapat
dikatakan komunikasi merupakan suatu faktor yang fundamental didalam kehidupan
(34)
berkomunikasi individu dapat menyampaikan perasaan, pikiran, pendapat, sikap,
ataupun informasi kepada sesama.
Pengertian komunikasi dikemukakan para ahli, diantaranya sebagai berikut:
1. Menurut Harold Laswell, komunikasi adalah Siapa yang mengatakan apa
melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa (who says what in which
channel to whom with what effect) (Purba, 2007 :30)
2. Menurut Carl I.Hovland, komunikasi adalah proses dimana seseorang
individu mengoperkan perangsang untuk mengubah tingkah laku
indivdu-individu yang lain.
3. Menurut Rogers bersama D Lawrence Kincaid, komunikasi adalah suatu
proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
informasi dengan satu sama lainnya, yang pada giliranya akan tiba pada saling
pengertian yang mendalam (Cangara, 2005:19).
Dari 3 definisi yang telah diberikan oleh para ahli tersebut pada dasarnya
komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pikiran dan perasaan dari
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang, kata-kata dan
symbol-simbol untuk tujuan merubah sikap atau tingkah laku orang lain
Menurut Effendy (2003 : 11) komunikasi di bagi menjadi dua tahap yaitu :
1. Proses komunikasi dalam prespektf psikologi, yaitu proses komunikasi
prespektif yang terjadi didalam diri komunikator dan komunikan. Proses
membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator, yang dinamakan
(35)
komunikasi interpersonal dalam diri komunikan, yang disebut decoding, untuk
memaknai pesan yang disampaikan kepadanya.
2. Proses komunikasi dalam prespektif mekanistik. Untuk jelasnya proses
komunikasi dalam perspektif mekanistis dapat diklasfikasikan lagi menjadi beberapa,
yaitu (Effendy, 2003 : 11) :
a. Proses komunikasi secara primer, yaitu proses penyampaian pikiran dan
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media. Lambang umum yang dipergunakan sebagai media
primer dalam proses komunikasi adalah bahasa. Namun dalam kondisi
komunikasi tertentu, lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial
(gesture), yakni gerak anggota tubuh, isyarat, gambar, warna, dan lain
sebagainya, yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau
perasaan komunikator kepada komunikan.
b. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu proses penyampaian pesan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses
komunikasi secara sekunder menggunakan media yang menyebarkan
pesannya yang bersifat informatif yang digolongkan sebagai media massa
(mass media) dan media nirmassa (media non-massa).
c. Proses komunikasi secara linier, merupakan proses penyampaian pesan
oleh komunikatior kepada komunikan sebagai titik terminal. Komunikasi
linier ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face-to-face
(36)
(group communication), maupun dalam situasi bermedia (mediated communication).
d. Proses komunikasi secara sirkular, merupakan lawan dari proses
komunikasi secara linier. Dalam konteks komunikasi yang dimaksudkan
proses komunikasi secara linier. Dalam konteks komunikasi yang
dimaksudkan proses secara sirkuler adalah terjadinya feedback atau umpan
balik, yaitu terjadinya arus respons atau tanggapan dari pihak komunikan
terdapat pesan yang diberikan oleh komunikator.
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian suatu
pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa
ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan; yang dilakukan seseorang kepada
orang lain secara tatap muka maupun tidak langsung, melalui media, dengan tujuan
mengubah sikap, pandangan, ataupun perilaku ( Effendy, 2003:60).
Banyak ahli mendefinisikan komunikasi dalam berbagai sudut pandang yang
macam-macam, dan menyebutkan bahwa ilmu komunikasi sebagai ilmu yang eklisitis
yaitu ilmu yang merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu. Pada dasarnya
komunikasi adalah sebagai proses pernyataan antara manusia, yang dapat berupa
pikiran atau perasaan seorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(37)
II.2 Komunikasi Antarpribadi
II.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) merupakan
komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih,
baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto,
2004:32).komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana
komunikan dan komunikator dapat berkomunikasi secara langsung dan dialogis.
Proses berubahnya tingkah laku individu adalah melalui beberapa tahapan dimana
satu tahap dengan tahap lainnya saling berhubungan. Seseorang individu menerima
informasi, kemudian mengolahnya, menyimpannya dan menghasilkan kembali dalam
bentuk suatu keputusan berupa penolakan atau penerimaan informasi tersebut. Hal ini
dikenal dengan sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. (Rahmat, 1986)
Pada dasarnya, komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses sosial
dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana
diungkapkan oleh Devito (1997:97), bahwa komunikasi antarpribadi merupakan
pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau
sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.
Selanjutnya Devito (1997:169-170) menjabarkan komunikasi antarpribadi
menjadi tiga pendekatan secara umum, yaitu :
a. Komunikasi antarpribadi didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan
dari seseorang dan diterima oleh orang lain. Atau sekelompok kecil orang,
(38)
b. Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi antara dua orang yang
memang telah ada hubungan di antara keduanya.
c. Interpersonal communication is seen a kind of progrestion (or development) from interpersonal communication at one extreme to personal communication at the other extreme, yang artinya “Komunikasi antarpribadi
merupakan bentuk perkembangan atau peningkatan dari komunikasi dari satu
sisi menjadi komunikasi pribadi pada sisi yang lain”.
Dalam bukunya “Komunikasi Antarpribadi” (1991:12), Alo Liliweri
mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi anatarpribadi adalah komunikasi
antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap
paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku sesorang, karena
sifatnya yang dialogis berupa percakapan dan arus balik bersifat langsung.
Komunikator mengetahui tanggapan komunikank etika itu juga, pada saat komunikasi
dilancarkan. Komunikan mengetahui pasti apakah komunikasi itu positif atau negatif,
berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberikan kesempatan kepada komunikan
untuk bertanya seluas-luasnya.
Menurut Evert M. Rogers, dalam Komunikasti antarpribadi (Liliweri 1991:46) ada
beberapa cirri komunikasi yang menggunakan saluran antarpribadi, yaitu :
1) Arus pesan yang cenderung dua arah
2) Konteks komunikasinya tatap muka
3) Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
4) Kemampuan mengatasi tingkat selektifitas (terutama “selectivitas exposure’)
(39)
5) Kecepatan jangkauan terhadap audiens yang besar relatif lambat
6) Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap
II.2.2 Sifat-Sifat Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu
dari mereka yang belum mengenal karena setiap pihak mengetahui secara baik
tentang liku-liku hidup pihak lain, pikiran, dan pengetahuannya, perasaanya, maupun
menanggapi tingkah lakunya. Sehingga jika hendak menciptakan komunikasi
anatarpribadi yang lebih bermutu maka didahului dengan keakraban, dengan kata lain
tidak semua bentuk interaksi yang dilakukan anatara dua orang dapat digolongkan ke
dalam komunikasi antarpribadi.
Ada tujuh sifat yang menunjukan bahwa sesuatu komunikasi antara dua orang
merupakan sikap komunikasi anatarpribadi dan bukanya komunikasi lainnya yang
terangkum dari pendapat Effendy (2003:.46) Sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu
sendiri adalah : (1) melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal; (2)
melibatkan pernyataan ataupun ungkapan yang spontan, scripted, dan contrived; (3)
tidak statis, namun dinamis; (4) melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi
dan koherensi (pernyataan satu dan harus berkaitan dengan sebelumnya); (5) dipandu
oleh tata aturan yang bersifat intrinsic dan ekstrinsik. (6) komunikasi antarpribadi
merupakan satu kegiatan dan tindakan; (7) melibatkan didalamnya bidang persuasif
(40)
II.2.3 Komponen Komunikasi Antarpribadi dan Proses Komunikasi Antarpribadi
Menurut Effendy (2003:7), yang mencoba mengutip paradigma Laswell. Ada
lima komponen penting yang menyebabkan suatu komunikasi dapat berjalan dengan
baik, yaitu:
• Who : komunikator : pihak penyampaian pesan
• Says what : pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang-
lambang
• In which channel : media : sarana atau saluran penyampaian pesan
• To whom : komunikan : pihak penerima pesan
• With what effect : efek : dampak yang timbul sebagai pengaruh dari pesan
Apabila digambarkan secara sederhana kelima komponen yang telah
diuraikan di atas melalui proses sebagai berikut : Komunikator dan komunikan dalam
proses komunikasi antarpribadi dapat berganti peran, artinya suatu ketika
komunikator dapat berganti peran, demikian juga sebaliknya dengan komunikasi
(Effendy, 2003:12).
II. 3 Efektifitas Komunikasi Antarpribadi
Dikatakan efektifitas dalam waktu tertentu tujuan dapat tercapai dengan baik.
Ini berarti komunikasi antarpribadi efektif jika dalam waktu tertentu komunikasi
memahami pesan yang disampaikan komunikatornya dengan baik dan
(41)
sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Rakhmat (2004:159)
menyatakan bahwa komunikasi yang efektif bila pertemuan komunikasi merupakan
hal yang menyenangkan bagi komunikan.
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang menimbulkan sikap, opini
ataupun perilaku. Efek komunikasi yang timbul pada komunikan diklasfikasikan
sebagai berikut (Effendy ,2003:219):
a. Efek kognitif yaitu efek yang berkaitan dengan pikiran, nalar atau ratio. Dengan
efek ini diharapkan komunikan yang semula tidak mengerti menjadi mengerti,
yang semula tidak tau membedakan mana yang salah dan yang benar.
b. Efek afektif adalah efek yang berhubungan dengan perasaan. Misalnya yang
semula tidak senang menjadi senang, yang semula rendah diri menjadi mimiliki
rasa percaya diri.
c. Efek behavioral yakni efek yang menimbulkan etika untuk berprilaku tertentu
dalam arti kata melakukan suatu tindakan atau kegiatan yang bersifat fisik atau
jasmani.
Ketiga jenis efek ini adalah hasil proses psikologi yang berkaitan satu sama
lain, secara terpadu. Efek behavioral tidak mungkin timbul pada komunikan apabila
sebelumnya dia tidak tahu atau tidak mengerti disertai rasa senang dan berani.
Menurut Tubbs dan Moss (Rakhmat, 2004:13) komunikasi yang efektif
menimbulkan 5 hal yaitu :
a. Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimulus/pesan seperti
(42)
b. Kesenangan, artinya tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan
informasi dan membentuk pengertian, akan tetapi ada juga dilakuakan untuk
menimbulkan kesenangan, misalnya menanyakan seseorang. Komunikasi
inilah yang menyebabkan hubungan kita menjadi hangat, akrab dan
menyengkan.
c. Pengaruh pada sikap. Komunikasi seringkali dilakukan dengan tujuan untuk
mempengaruhi orang lain. Komunikasi yang efektif ditandai dengan
perubahan sikap, perilaku atau pendapat komunikan sesuai dengan kehendak
komunikator.
d. Hubungan sosial yang baik. Komunikasi juga ditunjukan untuk
menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia juga adalah makhluk
sosial yang tidak tahan hidup sendiri.
e. Tindakan Efektifitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang
dilakukan komunikan.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
Menurut Rakhmat (2004:129) ada tiga faktor menumbuhkan hubungan interpersonal,
yaitu:
1. Percaya.
Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya, yaitu:
a. Ada situasi yang menimbulkan resiko. Bila orang menaruh
kepercayaan kepada orang lain, ia akan menghadapi resiko.
b. Orang yang menaruah kepercayaan pada orang lain berarti menyadari
(43)
c. Orang yakin bahwa perilaku pihak lain akan berakibat baik baginya.
Selain itu, faktor kepercayaan juga berhubungan dengan karakterisitik dan
maksud orang lain, hubungan kekuasaan, serta sifat dan kualitas komunikasi.
2. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
berkomunikasi. Orang dikatakan defensif bila tidak menerima, tidak jujur, dan
tidak empatis; dan tentunya akan menggagalkan komunikasi interpersonal.
Jack R. GIBB (Rahkmat 2004:134) menyebutkan enam prilaku sportif, yaitu
sebagi berikut:
Tabel 2. Perilaku Defensif dan suportif dari Jack Gibb (2004) Iklim Defernsif Iklim Suportif
1. Evaluasi
2. Control
3. Strategi
4. Netralisasi
5. Superioritas
6. Kepastian
1. Deskripsi
2. Orientasi masalah
3. Spontanitas
4. Empati
5. Persamaan
(44)
3. Sikap terbuka : Sikap terbuka (open mindness) amat besar pengaruhnya
dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Brooks dan Emmert
(Rakhmat. 2004:136), mengkarakteristikkan orang bersikap terbuka sebagai orang
yang menilai pesan objektif dengan data dan logika, serta membedakan dengan
mudah dengan melihat suasana.
II. 4 Self Disclosure
Teori self disclosure atau pembukaan diri adalah suatu Proses
mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi
serta memberikan informasi guna untuk memahami tanggapan terhadap orang lain
dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita
terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap
suatu kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan. informasi pribadi kita kepada
orang lain atau sebaliknya disebut dengan self disclouser. Salah satu tipe komunikasii
dimana informasi mengenai diri (self) yang biasanya disembunyikan diri orang lain,
kini dikomunikasikan kepada orang lain (Rakhmat, 2004:108).
Josep Luft mengemukakan teori Self Disclosure berdasarkan pada modal interaksi
model interaksi manusia yang di sebut Johari Window.
Gambar 2. Johari Window
Diketahui oleh diri sendiri Tidak diketahui oleh diri sendiri
Diketahui oleh orang lain
Tidak diketahui oleh orang lain
1 2
Terbuka Buta
(45)
Menurut Luft, orang memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya
sendiri (1), hanya diketahui orang lain (2), diketahui oleh dirinya sendiri dan orang
lain (3), dan tidak diketahui oleh siapapun (4). Kuadaran 1 (satu) mencerminkan
keterbukaan akan semakin membesar. Jika komunikasi antara dua orang berlangsung
dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri
masing-masing ke dalam kuadaran terbuka. Kuadran 4 (empat) sulit untuk diketahui.
Merupakan alam bawah sadar yang hanya akan dapat diketahui melalui berbagai
teknik penyingkapan alam bawah sadar.
Menurut De Vito (De vito, 1997:30), ada beberapa keuntungan dari self disclosure :
1. Memahami diri sendiri
2. Meningkatkan kemampuan untuk menghadapi rasa bersalah
3. Energy release
4. Meningkatkan efisiensi dan berkomunikasi
5. Membina hubungan yang bermakna
6. Kesehatan fisiologis.
II. 4.1
Self disclosure memiliki berbagai dimensi menurut Joseph A. Devito
(1997:40) menyebutkan ada 5 dimensi self disclosure, yaitu (1) ukuran
self-disclosure, (2) valensi self-self-disclosure, (3) kecermatan dan kejujuran, (4) maksud dan
tujuan, dan (5) keakraban. Ini berbeda dengan dimensi yang dikemukakan dalam
(46)
Fisher (1986 : 261) yang menyebutkan dua sifat pengungkapan yang umum dalam
self-disclosure adalah memperhatikan jumlah (seberapa banyak informasi tentang diri
yang diungkapkan) dan valensi (informasi yang diungkapkan bersifat positif atau
negatif). Apabila diperbandingkan, fokus yang dikemukakan Fisher hanya pada
jumlah atau dalam istilah Devito “ukuran” dan valensi saja.
Kini kita mencoba untuk mendalami kelima dimensi tersebut dengan memadukan apa
yang diungkapkan Devito (1997) dan Fisher(1986) , dengan melihat contohnya
dalam hidup keseharian kita.
1. Ukuran/jumlah self-disclosure
Hal ini berkaitan dengan seberapa banyak jumlah informasi diri kita yang
diungkapkan. Jumlah tersebut bisa dilihat berdasarkan frekuensi kita menyampaikan
pesan-pesan self-disclosure atau bisa juga dengan menggunakan ukuran waktu, yakni
berapa lama kita menyampaikan pesan-pesan yang mengandung self-disclosure pada
keseluruhan kegiatan komunikasi kita dengan lawan komunikasi kita. Misalnya,
dalam percakapan antara anak dan orang tuanya, tentu tidak sepanjang percakapan di
antara keduanya. Taruhlah berlangsung selama 30 menit itu bersifat self-disclosure.
Mungkin hanya 10 menit saja dari waktu itu yang percakapannya menunjukkan
self-disclosure, seperti saat anak menyatakan kekhawatirannya nilai rapornya jelek untuk
semester ini atau tatkala si anak menyatakan tengah jatuh hati pada seseorang.
2. Valensi Self-disclosure
Hal ini berkaitan dengan kualitas self-disclosure kita: positif atau negatif. Saat
kita menyampaikan siapa diri kita secara menyenangkan, penuh humor, dan menarik
(47)
model rambut yang paling cocok untuk orang seusia saya.” Ini merupakan
self-disclosure yang positif. Sebaliknya, apabila orang tersebut mengungkapkan dirinya
dengan menyatakan, “Sudah berobat ke sana ke mari dan mencoba berbagai metode
mencegah kebotakan yang ternyata bohong semua, inilah hasilnya. Ini berarti
self-disclosure negatif. Dampak dari self-self-disclosure yang berbeda itu tentu saja akan
berbeda pula, baik pada orang yang mengungkapkan dirinya maupun pada lawan
komunikasinya.
3. Kecermatan dan Kejujuran
Kecermatan dalam self-disclosure yang kita lakukan akan sangat ditentukan
oleh kemampua n kita mengetahui atau mengenal diri kita sendiri. Apabila kita
mengenal dengan baik diri kita maka kita akan mampu melakukan self-disclosure
dengan cermat. Bagaimana kita akan bisa menyatakan bahwa kita ini termasuk orang
yang bodoh apabila kita sendiri tidak mengetahui sejauh mana kebodohan kita itu dan
tidak bisa juga merumuskan apa yang disebut pandai itu. Di samping itu, kejujuran
merupakan hal yang penting yang akan mempengaruhi self-disclosure kita. Oleh
karena kita mengemukakan apa yang kita ketahui maka kita memiliki pilihan, seperti
menyatakan secara jujur, dengan dibungkus kebohongan, melebih-lebihkan atau
cukup rinci bagian-bagian yang kita anggap perlu. Untuk hal-hal yang bersifat
pribadi, banyak orang memilih untuk berbohong atau melebih-lebihkan. Namun,
self-disclosure yang kita lakukan akan bergantung pada kejujuran kita. Misalnya, kita bisa
melihat perilaku orang yang hendak meminjam uang. Biasanya orang yang hendak
berhutang mengungkapkan permasalahan pribadinya seperti tak memiliki uang untuk
(48)
self-disclosure dalam wujud penderitaan itu dilebih-lebihkan untuk memancing iba
orang yang akan dipinjami.
4. Maksud dan Tujuan
Dalam melakukan self-disclosure, salah satu hal yang kita pertimbangkan
adalah maksud atau tujuannya. Tidak mungkin orang tiba-tiba menyatakan dirinya
apabila tidak memiliki maksud dan tujuan tertentu. Contohnya pada saat untuk
mengurangi rasa bersalah atau untuk mengungkapkan perasaan. Inilah yang populer
disebut sebagai curhat itu. Kita mengungkapkan diri kita dengan tujuan tertentu. Oleh
karena menyadari adanya maksud dan tujuan self-disclosure itu maka kita pun
melakukan kontrol atas self-disclosure yang kita lakukan. Orang yang
melebih-lebihkan atau berbohong dalam melakukan self-disclosure pada satu sisi bisa
dipandang sebagai salah satu bentuk kontrol supaya self-disclosure-nya mencapai
maksud atau tujuan yang diinginkannya.
5. Keakraban
Fisher (1986:261-262) mengemukakan, keakraban merupakan salah satu hal
yang serta kaitannya dengan komunikasi self-disclosure. Apa yang diungkapkan itu
bisa saja hal-hal yang sifatnya pribadi atau intim misalnya mengenai perasaan kita,
tetapi bisa juga mengenai hal-hal yang sifatnya umum, seperti pandangan kita
terhadap situasi politik mutakhir di tanah air atau bisa saja antara hal yang
intim/pribadi dan yang impersonal publik.
Berkenaan dengan dimensi self-disclosure yang disebut terakhir, kita bisa
mengacu pada apa yang dinamakan Struktur Kepribadian Pete yang dikembangkan
(49)
2003:134). Dalam Struktur Kepribadian Pete ini, digambarkan kepribadian manusia
itu seperti bawang, yang memiliki lapisan-lapisan. Setiap lapisan itu menunjukkan
derajat keakraban orang yang menjalin relasi atau berkomunikasi kerangka Teori
Penetrasi Sosial - kita menjalin hubungan dengan orang lain. Misalnya, pada tahap
awal kita berbincang-bincang soal yang sifatnya umum saja. Kita bicara soal
perkuliahan yang kita ikuti. Bisa juga berbincang-bincang soal selera makanan kita.
Di sini kita hanya berbicara pada lapisan pinggiran dari bawang tadi yang disebut
periferal. Makin lama akan makin masuk ke lapisan berikutnya. Kita mulai berbicara
mengenai keyakinan agama kita, aspirasi dan tujuan hidup kita, akhirnya konsep diri
kita sebagai lapis terdalam “bawang” kepribadian itu. Hal tersebut menunjukkan
bahwa self-disclosure tidak berlangsung secara tiba-tiba. Tidak seluruh informasi
yang kita sampaikan berisikan informasi yang sifatnya pribadi. Bisa saja bercampur
baur dengan informasi yang bersifat umum atau berada pada tataran periferal.
Dalam konteks ini berarti kita sudah mulai membicarakan soal kedalaman (depth) dan
keluasan (breadth) self-disclosure. Sejauh mana kedalaman dalam self-disclosure itu
akan ditentukan oleh derajat keakraban kita dengan lawan komunikasi. Makin akrab
kita dengannya maka akan makin dalam self-disclosure-nya. Selain itu, akan makin
luas juga cakupan bahasan yang kita komunikasikan melalui self-disclosure itu. Ini
merupakan hal yang logis. Bagaimana kita mau berbincang-bincang mengenai lapisan
terdalam dari diri kita apabila kita tidak merasa memiliki hubungan yang akrab
dengan lawan komunikasi kita. Apabila kita tidak akrab dengan seseorang, sebutlah
dengan orang yang baru kita kenal di dalam bis atau pesawat terbang maka kita akan
(50)
kita membangun keakraban maka akan menuntut kita untuk berbicara mengenai diri
kita. Pada awalnya tidak menyentuh lapisan terdalam melainkan lapisan yang berada
agak di luar. Misalnya, kita berbicara tentang makanan yang kita sukai atau model
dan warna pakaian yang digemari. Makin lama kita akan makin membuka diri apabila
lawan komunikasi kita pun memberikan respons yang baik dengan juga turut
membuka dirinya. Keadaan yang dikehendaki sebenarnya dalam suatu komunikasi
antar pribadi ialah open area, dimana antara komunikator dengan komunikan saling
mengetahui makna pesan yang sama. Meskipun demikian kenyatan hubungan antar
pribadi tidak seideal yang diharapkan itu, ini disebabkan karena dalam berhubungan
dengan orang lain betapa sering setiap orang mempunyai peluang untuk
menyembunyikan atau mengungkapkan masalah yang dihadapinya (Alo Liliweri,
1991:52).
II.5 Kinerja
Kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode
tertentu mencerminkan tingkat kesehatan orang tersebut. Dengan kata lain, kinerja
adalah suatu pencapaian yang baik dalam bekerja berupa prestasi yang diperlihatkan
suatu organisasi atau individu yang kemudian memberi cerminan bahwa organisasi
atau individu yang kemudian memberi cerminan bahwa organisasi tersebut adalah
organisasi yang sehat.
Penilaian kinerja menurut Soeprihanto (1996 : 7) adalah suatu sistem yang
(51)
melaksanakan pekerjaannya masing-masing secara keseluruhan. Penilaian
pelaksanaan pekerjaan merupakan suatu pedoman dalam bidang personalia yang
diharapkan dapat menunjukkan prestasi kerja para karyawan secara rutin dan teratur
sehingga sangat bermanfaat bagi pengembangan karir karyawan yang dinilai maupun
organisasi secara keseluruhan. Kinerja seorang pegawai pada dasarnya adalah hasil
kerja seseorang karyawan. Selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan misalnya standard, target/ sasaran atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Adapun faktor yang berkaitan dengan sikap untuk meningkatkan kinerja
seseorang dapat dilihat dari (Gibson :1990).
a. Disiplin kerja, yaitu sikap kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan yang
berlaku di perusahaan.
b. Frekuensi kehadiran, yaitu suatu jumlah kehadiran karyawan di
perusahaan tempat ia bekeja.
c. Kerjasama, yaitu adanya suatu aktivitas yang dilakukan secara kolaktif di
dalam suatu situasi kerja antara satu sama lainnya.
d. Kesenangan kerja, yaitu perasaan senang terhadap pekerjaan yang
dilakukan yang muncul dari dalam hati.
e. Keseriusan kerja, yaitu sikap yang sungguh-sungguh dalam melakukan
pekerjaan.
f. Penghargaan kerja, yaitu sesuatu yang diberikan perusahaan untuk
(52)
Kinerja adalah catatan mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada
sebuah fungsi pekerjaan atau aktifitas selama periode tertentu yang berhubungan
dengan tujuan organisasi. (Kane & Kane, 1993, Bernardin & Russell, 1998, Cascio,
1998). Kinerja seseorang merupakan gabungan dari kemampuan, usaha dan
kesempatan, yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkannya, oleh karena itu kinerja
bukan menyangkut karakteristik pribadi yang ditunjukkan oleh seseorang melalui
hasil kerja yang telah dan akan dilakukan seseorang. Kinerja dapat pula diartikan
sebagai kesuksesan individu dalam melakukan pekerjaannya, dan ukuran kesuksesan
masing-masing karyawan tergantung pada fungsi dari pekerjaannya yang spesifik
dalam bentuk aktifitas selama kurun waktu tertentu, dengan kata lain ukuran
kesuksesan kinerja tersebut didasarkan pada ukuran yang berlaku dan disesuaikan
dengan jenis pekerjaannya.
Miner, (1992), mengatakan bahwa kinerja sebagai perluasan dari bertemunya
individu dan harapan tentang apa yang seharusnya dilakukan individu terkait dengan
suatu peran, dan kinerja tersebut sebagai evaluasi terhadap berbagai kebiasaan dalam
organisasi, yang mana evaluasi tersebut membutuhkan standarisasi yang jelas.
Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau produktifitas
kerja sumber daya manusia baik yang berorientasi produksi barang, jasa maupun
pelayanan. Demikian halnya perwujudan kinerja yang membanggakan juga sebagai
imbalan intrinsik. Hal ini akan berlanjut terus dalam bentuk kinerja berikutnya, dan
(53)
seperti : kesukarelaan, pengembangan diri pribadi, pengembangan kerjasama saling
menguntungkan, serta partisipasi seutuhnya. (Hadipranata, 1996).
II.5.1 Tujuan penilaian kinerja.
Schuler dan jackson dalam bukunya yang berjudul Manajemen sumber daya manusia edisi keenam, jilid kedua pada tahun 1996 menjelaskan bahwa sebuah studi yang dilakukan akhir-akhir ini mengidentifikasi ada dua puluh macam tujuan
informasi kinerja yang berbeda-beda, yang dapat dikelompokkan dalam empat macam kategori, yaitu (Schuller & Jackson:1996):
1.. Evaluasi yang menekankan perbandingan antar-orang.
2. Pengembangan yang menekankan perubahan-perubahan dalam diri seseorang dengan berjalannya waktu.
3. Pemeliharaan sistem.
4. Dokumentasi keputusan-keputusan sumber daya manusia bila terjadi peningkatan.
Efektifitas dari penilaian kinerja diatas yang dikategorikan dari dua puluh macam tujuan penilaian kinerja ini tergantung dalam sasaran bisnis strategis yang ingin dicapai. Oleh sebab itu penilaian kinerja diintegrasikan dengan sasaran-sasaran strategis karena berbagai alasan (Schuler&Jackson ,1996 : 48), yaitu:
a. Mensejajarkan tugas individu dengan tujuan organisasi yaitu,
menambahkan deskripsi tindakan yang harus diperlihatkan karyawan dan hasil-hasil yang harus mereka capai agar suatu strategi dapat hidup.
(54)
c.
d.
Evaluasi kinerja memberi kontribusi kepada tindakan dan keputusan-keputusan administratif yang mempetinggi dan mempermudah strategi.
Penilaian kinerja dapat menimbulkan potensi untuk mengidentifikasi kebutuhan bagi strategi dan program-program baru.
(55)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Deskriptif Lokasi Penelitian
III.1.1 Sejarah Singkat Perusahaaan PTP Nusantara IV Unit Kebun Laras
Pada mulanya Perkebunan ini milik Perkebunan Belanda dengan nama
H.V.A (Handels Vergining Amsterdam). Dengan budidaya yang ditanam
pertama adalah Serat Nanas ( Agave ). Setelah Belanda meninggalkan Indonesia
pada tahun 1958, Perkebunan ini diambil alih oleh Pemerintah Republik
Indonesia (Nasionalisasi) dan diberi nama Perusahaan Perkebunan Negara
(PPN) Baru.
Pada tahun 1961 / 1962 terbentuk PPN Sumut dan Kebun Laras
tergabung dalam PPN Sumut III. Kemudian pada tahun 1968 PPN Sumut III
beralih menjadi PN. Perkebunan VII, sekaligus Tanaman Nanas dikonversi
menjadi Tanaman Kelapa Sawit.
Pada Tahun 1972 Perkebunan Laras dengan Perkebunan Dolok Ilir
digabung menjadi satu dipimpin oleh seorang Administratur dengan pembagian
Afdeling sbb :
– Perkebunan Laras terbagi 5 (lima) Afdeling dengan seorang Asisten
Kepala.
– Perkebunan Dolok Ilir terbagi 9 (sembilan) Afdeling dengan 2 orang
(56)
Pada tahun 1980 Perkebunan Laras dan Dolok Ilir dipisah dan berdiri
sendiri, masing-masing dipimpin oleh seorang Administratur. Kebun Laras
terdiri dari dari 5 Afdeling, dimana produksinya masih tetap diolah di Kebun
Dolok Ilir.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No. 54/KNK/011/85, tgl. 13
Januari 1985 PNP VII dirubah menjadi PTP.VII (Persero), dengan Visi dan
Misi Tri Dharma Perkebunan, yaitu :
– Menambah Devisa Negara
– Memelihara Kesuburan Tanah dan Potensi Sumber Daya Alam
– Memperluas Lapangan Kerja.
Pada tanggal 14 Pebruari 1996 melalui Peraturan Pemerintah No. 9
Tahun 1996, PTP VI, PTP VII dan PTP VIII digabung menjadi PTP.
Nusantara IV (Persero) dengan Kantor Pusat di Bah Jambi.
Sejak tanggal 01 Januari 2003 Kantor Pusat PTP. Nusantara IV
(Persero) pindah dari Bah Jambi ke Medan.
III.1.2 Letak perkebunan
PTP. Nusantara IV (Persero) Kebun Laras terletak di 3 Kecamatan,
(57)
– Kecamatan Gunung Maligas
– Kecamatan Bandar Huluan
– Kecamatan Gunung Malela
Afdeling III dan IV terletak di Kec. Gunung Maligas
Afdeling I, II dan Emplasmen terletak di Kec. Bandar Huluan
Afdeling V terletak di Kec. Gunung Malela.
Batas-batas Kebun Laras :
– Sebelah Utara berbatasan dengan : Kebun Bandar Betsy PTPN-III
– Sebelah Barat berbatasan dengan : Kebun Dolok Ilir PTPN-IV.
– Sebelah Timur berbatasan dengan : Kebun Bukit Maraja.
– Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kebun Bangun PTPN-III.
Perkebunan Laras berada pada ketinggian 130 m dpl, dengan kondisi
areal secara umum rata (datar) dan berjarak kurang lebih 125 km dari Medan
dan 33 km dari Pematang Siantar.
III.1.3. Jenis tanaman, luas, keadaan areal, areal Hak Guna Usaha (HGU)
Jenis tanaman
Jenis tanaman pada Kebun Laras adalah jenis kultura kelapa sawit (Elaeis
(58)
merupakan hasil persilangan antara Dura dan Fisifera (DxP) yang didatangkan dari
Pusat Penelitian Marihat.
III.1.4. Keadaan areal
Pada umumnya keadaan areal Kebun Laras mendekati jurang dan
sedikit/datar. Jenis tanah podsolik ringan (yellow linghter fodsoil) yang mencakupi
persyaratan untuk pertanaman kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari tanaman yang
sudah menghasilkan, namun demikian tanaman akan tumbuh dan berproduksi dengan
baik apabila faktor tanah dan faktor lainnya yang mendukung.
Areal Hak Guna Usaha (HGU)
No. SK : 52/HGU/DA/75
Tanggal : 27 – 11 – 1975
Luas HGU : 8.411,95
Berlaku s/d 31 – 12 – 2010
III.2. Struktur organisasi dan uraian tugas III.2.1. Struktur organisasi
Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi yang
berbeda menurut kegiatan usahanya. Yang mana struktur organisasi ini berguna untuk
pemisah tugas dan wewenang setiap karyawan perusahaan dalam melaksanakan
fungsinya masing – masing. Sebagaimana fungsi dan tujuan organisasi, struktur
(59)
dalam perusahaan untuk memperjelas pembagian tugas dan wewenang masing –
masing karyawan serta untuk memperlancar jalannya kegiatan perusahaan.
Dalam struktur inilah organisasi dapat diketahui pembagian tugas yang
merupakan tanggung jawab dari setiap individu dan merupakan langkah yang penting
bagi pimpinan dalam mengawasi kegiatan perusahaan.
Organisasi akan menjadikan kegiatan dan tugas – tugas suatu perusahaan
dapat dijalankan dengan baik dan teratur. Dengan kata lain organisasi berguna untuk
menghindarkan terjadinya penyelewengan – penyelewengan sehingga tujuan
perusahaan dapat tercapai. Dalam organisasi dapat diketahui pembagian tugas yang
merupakan tanggung jawab dari setiap individu dan merupakan langkah yang penting
bagi pimpinan dalam mengawasi kegiatan perusahaan.
Pada PTP. Nusantara IV (Persero) Unit Laras menggunakan struktur
organisasi berbentuk fungsional. Disebut fungsional karena struktur organisasi ini
disusun berdasarkan fungsi/tugas dan wewenang.
III.2.2. Uraian tugas/tanggung jawab
Pembagian tugas yang nyata dari setiap personil penting dalam suatu
organisasi agar kegiatan dapat berjalan dengan baik dan lancar dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing –
masing kepala bagian adalah sebagai berikut :
• Manajer Unit
Manajer Unit bertanggung jawab atas seluruh kelancaran produksi
(60)
hubungan dengan pihak ketiga, keamanan perusahaan didalam maupun diluar
kebun.
Adapun uraian tugas – tugas Manajer Unit sebagai berikut :
- Menandatangani surat – surat keluar, laporan – laporan kontraktif
- Menelaah dan mendisposisi surat – surat masuk untuk penyelesaian
selanjutnya
- Menyajikan permintaan barang dan mempertanggung jawabkan
pengeluaran
- Membina dan meningkatkan kesejahteraan karyawan
- Membina suasana kekeluargaan dan kerjasama yang baik diantara
karyawan pimpinan, karyawan pelaksana, dan keluarga
- Memelihara hubungan baik dengan masyarakat dan instansi di sekitar
kebun
- Memelihara, memberhentikan dan mengusulkan pensiunan karyawan serta
mengusulkan kenaikan berkala, golongan, dan pangkat serta mutasi
karyawan
- Meneliti dan memberi petunjuk serta mengawasi pelaksanaan pengolahan
agar mutu sesuai dengan rencana kerja anggaran perusahaan
- Meneliti dan memberi petunjuk serta mengawasi pelaksanaan pekerjaan
sehingga target yang ditetapkan dan biaya yang dikeluarkan sesuai dengan
rencana kerja anggaran perusahaan
- Meneliti dan melengkapi penyusunan anggaran belanja perusahaan dan
(61)
- Membina dan bertanggung jawab jalannya perusahaan.
• Kepala Dinas Tanaman
Kepala Dinas Tanaman bertanggung jawab dan berwenang dalam
mengkoordinir, mengawasi atas pemeliharaan tanaman serta kelancaran
produksi.
Adapun uraian tugas – tugas Kepala Dinas Tanaman sebagai berikut :
- Meneliti dan memberi petunjuk pelaksanaan administrasi di setiap
afdeling
- Mengkoordinir, meneliti dan memberi petunjuk atas penyusunan rencana
anggaran belanja tanaman
- Mengajukan saran untuk tenaga kerja di bidang tanaman dan pertanggung
jawaban hasil kerja di semua afdeling.
• Kepala Dinas Teknik (KDT)
Bagian teknik dikepalai seorang Kepala Dinas Teknik (KDT) yang
membawahi bagian bengkel umum/reparasi, bkl. Motor, bkl. Listrik, dan
bagian bangunan.
Adapun uraian tugas – tugas Kepala Dinas Teknik (KDT) sebagai berikut :
- Mengkoordinir dan memberi petunjuk serta mengawasi penyusunan
rencana anggaran biaya di bidang teknik
- Bertanggung jawab atas pemeliharaan sarana dan prasarana teknik dan
(62)
- Mengatur dan mengawasi penggunaan mesin – mesin instalasi pengolahan
serta membina kerjasama yang baik dengan dinas lain
- Membuat rencana kebutuhan serta pemakaian bahan peralatan untuk
kelancaran pekerjaan umum.
• Kepala Dinas Pengolahan (KDP)
Adapun uraian tugas – tugas Kepala Dinas Pengolahan (KDP) sebagai berikut
:
- Menilai dan mengendalikan mutu serta bertanggung jawab atas nutu hasil
CPO (pengawasan mutu) selama masa di dalam pabrik
- Mengkoordinir dan memberi petunjuk serta mengawasi penyusunan
rencana anggaran bagi pengolahan dan mengatur penggunaan mesin –
mesin pengolahan serta membina hubungan kerjasama yang baik dengan
dinas lain.
• Kepala Dinas Tata Usaha (KTU)
Kepala Dinas Tata Usaha mengkoordinir, mengawasi, dan bertanggung jawab
atas kelancaran administrasi, keuangan, dan kesejahteraan sosial.
Adapun uraian tugas – tugas Kepala Dinas Tata Usaha sebagai berikut :
- Mengadministrasikan surat – surat masuk dan mempersiapkan surat keluar
- Mengkoordinir laporan bulanan, triwulan, dan tahunan atas kegiatan
(63)
- Bertanggung jawab mempersiapkan daftar permintaan barang dan
mengawasi persediaan
- Mengkoordinir dan menyusun rencana anggaran belanja
- Mengawasi kegiatan pelaksanaan perkoperasian
- Menganalisa dan mengawasi mutu CPO
- Mengawasi dan meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya dibidang
administrasi
- Turut membina dan mengawasi kelancaran dan kebenaran administrasi
setiap kebun.
• Perwira Pengamanan (Pa Pam)
Adapun uraian tugas – tugas Perwira Pengamanan sebagai berikut :
- Bertanggung jawab atas segala keamanan dari seluruh areal kebun, pabrik,
dan emplasmen
- Membina semua kegiatan keamanan
- Mengamankan perusahaan dari segala bentuk gangguan atau usaha
subversive dari golongan – golongan ekstrim yang tidak bertanggung
jawab
- Mewakili perusahaan dengan pihak berwajib
- Bertanggung jawab kepada Manajer Unit.
• Asisten Afdeling
Adapun uraian tugas – tugas Asisten Afdeling sebagai berikut :
(64)
- Melaksanakan pembayaran gaji kepada setiap karyawan afdeling
- Melaporkan kepada Kepala Dinas Tanaman dan kepada Manajer Unit
apabila ada penyimpangan
- Bertanggung jawab kepada Manajer Unit.
• Asisten Teknik Pabrik
Adapun uraian tugas – tugas Asisten Teknik Pabrik sebagai berikut :
- Memimpin dan melaksanakan pemeliharaan, perbaikan, dan penambahan
alat – alat kendaraan, instalasi pabrik, lori, traktor
- Membimbing bawahan serta menjelaskan masing – masing dengan
memberikan petunjuk kerja
- Bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Teknik (KDT).
• Asisten Pengolahan
Adapun uraian tugas – tugas Asisten Pengolahan sebagai berikut :
- Mengusahakan tercapainya hasil pengolahan semaksimal mungkin.
- Melakukan pengawasan terhadap proses pengolahan bahan baku, mutu
produksi, dan penelitian laboratorium
- Bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pengolahan (KDP).
• Asisten Teknik Sipil
Menyediakan sarana pengangkutan yang cukup untuk mengangkut hasil
panen dari afdeling ke pabrik.
(65)
Membantu Manajer Unit didalam pelayanan umum, antara lain :
- Jaminan sosial/kesejahteraan karyawan
- Membina hubungan kekeluargaan sesama karyawan
- Memberikan informasi perusahaan bagi masyarakat lingkungan
sekitarnya.
III.3 Metodologi Penelitian
III.3.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang yang digunakan adalah metode korelasional
yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan antar variabel yang akan diteliti.
Menurut Rahmat (2004:27) penelitian korelasional adalah metode penelitian yang
dipakai untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Perhatian yang akan
dilacak dan dihitung makna korelasionalnya adalah Efektivitas Komunikasi
Antarpribadi dan Pembentukan Perilaku Narapidana dengan variabel-variabelnya.
Selain metode korelasional, juga digunakan metode deskriptif menitikberatkan untuk
melacak dan menyajikan serta membahas dengan menggunakan kecenderungan
frekuensi, persen, dan rata-rata mengenai usia, agama, tingkat pendidikan, status
perkawinan.
III.3.2. Lokasi penelitian
Penelitian akan dilakukan di yang berlokasi di PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras, dimana peneliti merasa tertarik
(66)
Kebun Laras merupakan perusahaan besar perkebunan sawit yang memiliki karyawan
yang berjumlah besar dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan layak untuk
dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini.
III.4 Populasi dan Sampel III.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,
benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa sebagai
sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Nawawi, 1995 :
141). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh karyawan tetap PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.
Dari 5 (lima) Afdeling dan 1 (satu) Emplasmen didapat jumlah karyawan 563
orang:Gambar 3
NO AFDELING / BAGIAN JUMLAH
1 AFDELING I 88
2 AFDELING II 83
3 AFDELING III 84
4 AFDELING IV 80
5 AFDELING V 89
6 EMPLASMEN 139
(67)
III.4.2. Sampel
sampel merupakan sebagian dari populasi yang menggunakan cara-cara
tertentu (Nawawi, 1995 :141). Untuk menentukan besarnya sampel, maka digunakan
rumus Taro Yamane dengan posisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% yakni sebagai
berikut :
1 2 + =
Nd N
n
(Kriyantono, 2006 :160)
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi
d = Presisi (10%)
n = 84 orang 563 n =
563 (0,1)2 + 1
563 n =
(68)
III.5 Teknik Penarikan Sampel 1. Purposive Sampling
Adapun teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan cara
mengambil subjek didasarkan atas adanya tujuan tertentu(Arikunto,
2002:127).
Pengambilan sampel dengan teknik ini disesuaikan dengan tujuan penelitian,
dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian Kriteria sampelnya adalah karyawan
tetap PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (Persero) Unit Kebun Laras.
2. Stratified Sampling
Pengambilan sampel acak terstruktur dilakukan dengan membagi anggota
populasi dalam beberapa sub kelompok yang disebut strata (kelas). Lalu suatu
sampel dipilih dari masing-masing strata. Dan peneliti membagi kelasnya
berdasarkan pembagian Afdeling di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
(Persero) Unit Kebun Laras.
3. Accidental
Pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil siapa saja secara
kebetulan ditemukan, setelah jumlahnya diperkirakan mencukupi maka
(1)
27 27 23
32 26
24
30 29
25
29 27
26
28 25
27
31 27
28
27 29
29
28 26
30
28 26
31
29 28
32
28 30
33
23 26
34
31 32
35
25 24
36
37 22
37
31 26
38
31 24
39
29 24
(2)
41
33 25
42
30 25
43
32 33
44
25 23
45
26 20
46
27 31
47
25 28
48
29 28
49
31 30
50
31 30
51
27 32
52
34 32
53
33 28
54
34 29
55
34 27
56
(3)
28 31 61
29 28
62
22 23
63
31 29
64
26 34
65
25 26
66
32 27
67
27 25
68
24 25
69
37 24
70
27 27
71
29 25
72
(4)
73
27 27
74
27 26
75
28 25
76
30 26
77
31 25
78
27 25
79
27 21
80
28 20
81
27 24
82
31 27
83
27 25
84
(5)
Departemen : Ilmu Komunikasi FISIP USU Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 21 Nopember 1987
Alamat : Jl. Sembada No.5 Medan
Anak : Ke 3 dari 3 bersaudara
Orang Tua
Bapak : Edi Syahputra Purba
Ibu : Jusrida Nasution
Pendidikan :
1.SD Harapan 2 Medan 2.SLTP Negeri 1 Medan 3.SMA Negeri 15 Medan
4.Departemen Ilmu Komunikasi Reguler (S-1) FISIP USU 2005 Nama saudara kandung :
1.Mas Intan Purba 2.Emir Syahfuad Purba 3.Lulu Najla Purba
(6)
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168
NAMA : Emir syahrizal Purba
LEMBARAN CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI
NIM : 050904086
PEMBIMBING : Dra. Dewi Kurniawati, M.si
No TGL PERTEMUAN PEMBAHASAN
1 1 Juli 2009 Penyerahan Proposal
2 3 Juli 2009 Perbaikan Proposal dan ACC Seminar
3 6 Juli2009 Seminar Proposal
4 25 Juli 2009 Penyerahan Bab I
5 3 Agustus 2009 Penyerahan Bab II, Bab III, Kuesioner
6 27 Agustus 2009 Penyerahan Bab IV dan Bab V
7 7 September 2009 Perbaikan Bab I
8 10 September 2009 Penyerahan Bab I-V
9 16 September 2009 Perbaikan Bab I-V
10 26 September 2009 ACC Meja Hijau
PEMBIMBING
Nip : 196505241989032001 Dra. Dewi Kurniawati, M.si