Komunikasi Antar Pribadi Dan Kepemimpinan (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Komunikasi Antar Pribadi Terhadap Keberhasilan Kepemimpinan Hotel Emeral Garden Medan)

(1)

Ant a r Priba di T e rha da p K e be rha sila n K e pe m im pina n H ot e l Em e ra l Ga rde n M e da n)

DIAJUKAN SEBAGAI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA

OLEH:

M . WI LDAN H AK I M NIM: 050922021

FAK U LT AS I LM U SOSI AL DAN I LM U POLI T I K

U N I V ERSI T AS SU M AT ERA U T ARA

M E D A N

2 0 0 8


(2)

karunia dan nikmat yang diberikan – Nya kepada penulis. Terutama nikmat kesehatan dan kesempatan yang masih dilimpahkan dengan kesempatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Kemudian salawat dan salam kepada Rasulullah SAW, contoh tauladan dalam kehidupan ini.

Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan beberapa pihak, penulis tidak akan dapat meyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIP USU.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Syafruddin Pohan. M. Si., selaku dosen pembimbing penulis dari proposal hingga penyusunan skripsi ini, terima kasih atas bimbingan yang diberikan selama ini, semoga itu semua bernilai ibadah di sisi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, amin. Terima kasih untuk seluruh Dosen-dosen di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sumatera Utara (USU), juga buat staf dan tenaga administrasi di biro FISIP, terima kasih atas bantuan dan kesediaannya memberikan kelengkapan surat menyurat peneliti, mulai dari pengantar, hingga penjadwalan sidang meja hijau. Buat seluruh kawan-kawan selama perjalan perkuliahan, terima kasih karena mereka menjadi bagian dari motivasi peneliti untuk menyelesaikan hari-hari panjang selama proses perkuliahan ini.


(3)

sesuai dengan harapan untuk menjadikan Hotel Emerald Garden Internasional Medan, dapat meningkatkan kemampuan kerja secara profesional. .

Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada yang paling terkasih kedua oarngtua, ibudan dan ayahanda tercinta yang selama ini telah mendidik penulis dari kecil hingga mencapai gelar sarjana, ya Allah, do’a tulus ku mohonkan kepada-Mu, ampuni dan sayangi mereka sebagaimana keduanya menyayangi hamba di waktu kecil, amin. Buat seluruh keluarga sebagai motifator terbaik selama ini, kalian anugerah terbesar yang penulis miliki.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang.

Medan, September 2008


(4)

(5)

(6)

Tabel 1. 2 : Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi…. 22

Tabel 4. 1 : Usia Responden……… 56

Tabel 4. 2 : Jenis Kelamin Responden……… 57

Tabel 4. 3 : Pendidikan Responden………. 58

Tabel 4. 4 : Masa Kerja Responden………. 59

Tabel 4. 5 : Acara Temu Ramah……….. 60

Tabel 4. 6 : Ditujukan untuk Suasana Keakraban……… 61

Tabel 4. 7 : Usaha Aktif……… 62

Tabel 4. 8 : Pertemuan Antar Karyawan……….. 63

Tabel 4. 9 : Keakraban yang Dirasakan……… 64

Tabel 4. 10 : Penciptaan Keakraban………... 65

Tabel 4. 11 : Keikutsertaan Temu Ramah……….. 66

Tabel 4. 12 : Alasan Mengikuti Pertemuan……… 67

Tabel 4. 13 : Pertemuan Rutin……… 68

Tabel 4. 14 : Mendapatkan Manfaat Pertemuan………. 69

Tabel 4. 15 : Membangkitkan Kesadaran Tugas……… 70

Tabel 4. 16 : Kesadaran Arti Penting Perusahaan……….. 71

Tabel 4. 17 : Berdasarkan Kemampuan Kerja……… 72


(7)

Tabel 4. 23 : Percaya tehadap Sistem Kerja……… 78

Tabel 4. 24 : Pemecahan Masalah Maksimal……… 79

Tabel 4. 25 : Derajat Kepercayaan Karyawan……… 80

Tabel 4. 26 : Kejelasan Tugas Karyawan……….. 81

Tabel 4. 27 : Kejelasan Tugas Sesuai Rencana Kerja………. 82

Tabel 4. 28 : Kemampuan Menerima Tugas……….. 83


(8)

(9)

Tabel 1. 2 : Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi…. 22

Tabel 4. 1 : Usia Responden……… 56

Tabel 4. 2 : Jenis Kelamin Responden……… 57

Tabel 4. 3 : Pendidikan Responden………. 58

Tabel 4. 4 : Masa Kerja Responden………. 59

Tabel 4. 5 : Acara Temu Ramah……….. 60

Tabel 4. 6 : Ditujukan untuk Suasana Keakraban……… 61

Tabel 4. 7 : Usaha Aktif……… 62

Tabel 4. 8 : Pertemuan Antar Karyawan……….. 63

Tabel 4. 9 : Keakraban yang Dirasakan……… 64

Tabel 4. 10 : Penciptaan Keakraban………... 65

Tabel 4. 11 : Keikutsertaan Temu Ramah……….. 66

Tabel 4. 12 : Alasan Mengikuti Pertemuan……… 67

Tabel 4. 13 : Pertemuan Rutin……… 68

Tabel 4. 14 : Mendapatkan Manfaat Pertemuan………. 69

Tabel 4. 15 : Membangkitkan Kesadaran Tugas……… 70

Tabel 4. 16 : Kesadaran Arti Penting Perusahaan……….. 71

Tabel 4. 17 : Berdasarkan Kemampuan Kerja……… 72

Tabel 4. 18 : Pertimbangan Pendidikan………. 73


(10)

Tabel 4. 24 : Pemecahan Masalah Maksimal……… 79

Tabel 4. 25 : Derajat Kepercayaan Karyawan……… 80

Tabel 4. 26 : Kejelasan Tugas Karyawan……….. 81

Tabel 4. 27 : Kejelasan Tugas Sesuai Rencana Kerja………. 82

Tabel 4. 28 : Kemampuan Menerima Tugas……….. 83


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Strategi komunikasi harus tumbuh dari pilihan – pilihan (alternatives)

politik maupun ekonomi yang dirumuskan dalam organisasi. Melalui cara bagaimana tujuan – tujuan yang hendak dicapai sebagai kerjasama antara anggota organisasi harus jelas dalam pelaksanaannya dan itu bisa dicapai melalui komunikasi yang baik.

Strategi komunikasi harus dipandang sebagai suatu sub sistem dalam keseluruhan rencana pembangunan maupun sebagai suatu unsur dalam totalitas pertumbuhan organisasi. Komunikasi dijalankan sebagai kampanye untuk kepentingan rencana jangka pendek. Strategi komunikasi merupakan taktik komunikasi dalam organisasi dengan memanfaatkan jaringan komunikasi.

Kelangkaan strategi komunikasi menunjuk pada kegagalan organisasi dalam memanfaatkan media secara maksimal. Juga menunjuk pada kegagalan organisasi dalam memanfaatkan jaringan komunikasi yang ada, yang seharunya dapat digunakan sebagai daya dukung bagi organisasi dalam mencapai tujuan – tujuan bersama.


(12)

Komunikasi dalam organisasi merupakan sebuah proses yang dijalankan dalam rangka membangun kesamaan antara orang – orang yang melakukan kerjasama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Komunikasi organisasi menurut Wayne dalam Umar (2006:9), diartikan sebagai: suatu pertunjukan atau penafsiran pesan diantara unit – unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Bagaimana seharusnya pesan di dalam organisasi sebagai informasi yang menunjukkan apa dan bagaimana seharusnya rencana organisasi dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tidak disalahartikan karena berbagai faktor, salah satunya adalah penafsiran yang salah diantara unit – unit organisasi yang ada. Petunjuk pelaksana kerja sebagai sumber informasi seharusnya menjadi panduan dalam mencapai tujuan – tujuan yang secara sungguh – sungguh dilaksanakan dalam organisasi tersebut.

Keberhasilan kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pimpinan tidak terlepas dari bagaimana ia mampu menjalankan komunikasi secara benar tehadap para anggotanya. Secara luas kepemimpinannya didukung guna memberikan daya guna terhadap sesama anggota organisasi. Bahwa ia merupakan faktor penggerak dalam keberhasilan organisasi yang dipimpinnya secara menyeluruh, membangun kesamaan pandangan yang selanjutnya menjadi tujuan dalam proses komunikasi secara utuh dalam organisasi.


(13)

Pemimpin yang baik adalah berkualitas. Kualitas yang dimaksud bukan yang diklaim (diakui) oleh seorang pimpinan atau oleh mereka yang akan dipromosikan atau mempromosikan diri duduk pada posisi itu, melainkan kualitas atas dasar pengakuan bawahan atau masyarakat. Bagaimana kualitas pimpinan yang diharapkan bawahan?

Paling tidak ada lima karakteristik yang harus dipenuhi oleh pimpinan (Danim, 2004:65), yakni: 1) pertama, bawahan menginginkan agar pimpinannya mempunyai tujuan yang jelas; 2) kedua, bawahan menginginkan pemimpinnya membuat rencana yang baik dan dapat dijangkau; 3) ketiga, bawahan menginginkan pemimpin yang secara terus menerus menginformasikan kemajuan perusahaan atau organisasi kepadanya; 4) keempat, bawahan menghendaki agar pemimpinnya memperlakukan mereka sebagai manusia dan bukan seperti robot; 5) kelima, bawahan menuntut pemimpin yang mampu membawa kemajuan organisasi secara arif dan bijakasana.

Pemimpin yang baik mengetahui kebutuhan bawahan. Tanpa itu semua, tidak ada kemajuan berarti yang akan didapat. Pemimpin yang kaku dan ororiter (berbuat sekehendaknya) cenderung berpendapat bahwa kemajuan organisasi atau unit organisasi semata – mata karenanya dan kegagalan organisasi banyak ditumpukan kepada staf, seperti pola kepemimpinan kekeluargaan yang berkembang di Hotel Emeral Garden Medan. Cenderung mengabaikan penilaian


(14)

terhadap kemajuan dan kemunduran organisasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pimpinan dalam menjangkau dan memenuhi tuntutan yang harus dipenuhi pimpinan. Melalui informasi tersebut, bawahan mampu menentukan posisi dan tindakan yang harus diambil guna memberikan kemampuan maksimalnya terhadap organisasi.

1.2. Perumusan Masalah

Sebelum penulis mengemukakan masalah pokok dalam penelitian ini, ada baiknya saya terlebih dahulu mengemukakan pengertian masalah. Karena masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengatasi kebingungan akan sesuatu hal. Dengan adanya permasalahan ini juga maka akan dapat diarahkan pembahasan – pembahasan yang akan dilakukan dengan tujuan dasarnya yaitu untuk memecahkan masalah yang diajukan tersebut. Sehingga dapat dikurangi pembahasan yang tidak berhubungan dengan tulisan ini.

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi permasalahan dalam hal ini adalah: “Seberapa besar pengaruh penggunaan komunikasi antar pribadi terhadap keberhasilan kepemimpinan karyawan di


(15)

1.3. Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah penelitian ini sebagai berikut:

a. Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan selama bulan Februari – Maret 2008.

b. Penelitian hanya membahas tentang seberapa besar penggunaan komunikasi antar pribadi terhadap keberhasilan kepemimpinan di Hotel Emeral Garden Medan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Dengan kata lain, tujuan penelitian yakni menerangkan suatu fenomena yang dihubungkan dengan fenomena lainnya. Jalaluddin Rakhmat (1998:313) mengatakan: Tujuan penelitian adalah sebagai pernyataan mengenai ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang akan dirumuskan.

Untuk lebih jelasnya tentang tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui mengenai peranan komunikasi antar pribadi di dalam perusahaan.

2. Untuk mengetahui komunikasi antar pribadi yang digunakan di dalam perusahaan.


(16)

3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi antar pribadi terhadap kepemimpinan.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun yang manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah seperti berikut: 1. Secara akademik, tujuan penelitian ini dimaksudkan sebagai sumbangsih

penulis terhadap pengembangan Ilmu Komunikasi di FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian dimaksudkan untuk menguji pengalaman akademik penulis khususnya bagi pendalaman dan pengembangan teori – teori komunikasi antar pribadi.

3. Secara praktis, sebagai sumbangan penelitian kepada Hotel Emeral Garden Medan dalam menciptakan keberhasilan kepemimpinan melalui penggunaan komunikasi antar pribadi.

1.6. Kerangka Teori

Kerangka teori dimaksudkan sebagai rangkaian teori yang akan peneliti gunakan dalam membahas masalah penelitian yang telah dikemukakan di depan. Melalui kerangka teori ini akan memudahkan peneliti untuk mencapai hasil penelitian sesuai dengan permasalahan penelitian. Adapun teori – teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah seperti di bawah ini:


(17)

a. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal) merupakan komunikasi tatap muka (Hardjana, 2006:84). Komunikasi antar pribadi adalah interaksi tatap muka antar dua orang atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.

Menurut sifatnya komunikasi antar pribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni komunikasi diadik (diadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group communication) (Cangara, 2006:32). Dalam komunikasi diadik menurut Peace dalam Cangara (2006:32) dapat dibedakan menjadi: percakapan, dialog dan wawancara.

Salah satu tujuan bagi komunikasi antar pribadi yakni membentuk sebuah identitas, peranan yang dimainkan dalam relasi dengan orang lain menolong kita membangun idenititas. Para peneliti komunikasi antar pribadi telah melakukan studi tentang relasi antarsesama untuk memahami bagaimana sebuah relasi itu dikembangkan. Dalam penelitian ini untuk melihat hal tersebut akan digunakan model eskalasi relasi dari Knaap (Relationship Escalation), yang menunjukkan tahapan pembangunan relasi dalam konteks komunikasi, meliputi (Alo Liliweri, 2007:112):


(18)

1. Tahap perkenalan (intiation), tahap ini terjadi sangat singkat, dengan standar umum, seperti, salam, sapaan, atau mengamati setiap tampilan orang lain, atau sekedar melihat keramah tamahannya.

2. Tahap mengalami relasi (experimenting), pada tahap ini individu akan mengajukan pertanyaan terhadap orang lain. Tujuannya, memberikan atau mencari informasi tentang mereka, kemudian individu akan menetapkan apakah mereka ingin melanjutkan relasi atau berhenti.

3. Tahap membuat relasi menjadi lebih intensif (intensifying), pada tahap ini ada self – disclosure atau individu akan membuka diri sehingga dia menjadi bagian dari atau sama dengan para interaktor.

4. Tahap mengintegrasikan (integrating), pada tahap ini setiap individu berusaha menjadi pasangan yang baik, dia berusaha mengitegrasikan kesamaan – kesamaan.

5. Tahap relasi yang mengikat (bonding), pada tahap ini relasi menjadi lebih formal, kadang – kadang bersifat legal atau mengikuti aturan, komunitas lain umumnya sudah tahu bahwa ada relasi yang mereka bentuk.

Komunikasi antar pribadi mencakup perilaku verbal dan nonverbal. Ada tiga perilaku dalam komunikasi antar pribadi (Hardjana, 2006:86):


(19)

1. Perilaku spontan (spontaneus behaviour), adalah perilaku yang dilakukan karena desakan emosi dan tanpa sensor serta revisi secara kognitif. Artinya, perilaku itu terjadi bergitu saja. Jika verbal, perilaku spontan bernada asal bunyi, misalnya “hai”, “aduh” atau “hore”. Perilaku spontan nonverbal, misalnya meletakkan telapak tangan pada dahi waktu kita sadar telah berbuat keliru atau lupa.

2. Perilaku menurut kebiasaan (script behaviour), adalah perilaku yang kita pelajari dari kebiasaan kita. Perilaku itu khas dilakukan pada situasi tertentu dan dimengerti orang. Misalnya ucapan “selamat datang” kepada teman yang datang, “apa kabar” waktu berjumpa dengan teman dan sebagainya.

3. Perilaku sadar (contrived behaviour), adalah perilaku yang dipilih karena dianggap sesuai dengan situasi yang ada. Perilaku ini dipikirkan dan dirancang sebelumnya dan disesuaikan dengan orang yang akan dihadapi,urusan yang harus diselesaikan dan situasi serta kondisi yang ada.

Dalam konteks penggunaan komunikasi antar pribadi oleh pimpinan dalam organisasi, menurut Stoner (2006:217), adalah sebagai berikut:

1) Dalam peran antar pribadi mereka, manajer (pimpinan) bertindak sebagai tokoh dan pemimpin dari unit organisasinya, berinteraksi dengan


(20)

karyawan, pelanggan, pemasok dan rekan sejawat dalam organisasi. Mitzberg merujuk penelitian yang menunjukkan bahwa karyawan menghabiskan kira – kira 45 persen dari waktu kontak mereka dengan rekan sejawat, kira – kira 45 persen dengan orang – orang di luar unit mereka dan hanya 10 persen dengan atasannya.

2) Dalam peran informal mereka, manajer (pimpinan) mencari informasi dari rekan sejawat, karyawan dan kontak pribadi yang mengenai segala sesuatu yang mungkin mempengaruhi pekerjaan dan tanggung jawab mereka. Pada waktunya mereka juga menyebarkan informasi menarik dan penting, disamping itun mereka juga memberikan informasi mengenai unit secara keseluruhan kepada orang – orang yang membutuhkan informasi tersebut. 3) Dalam peran mengambil keputusan, manajer membuat keputusan

berdasarkan informasi yang dikomunikasikan kepadanya.

Dengan demikian, dalam kaitannya dengan peran pimpinan sebagai seorang manajerial dalam organisasi, mereka bertindak sebagai tokoh dan pemimpin dari unit organisasinya. Bagaimana seharusnya mereka bertindak untuk mengumpulkan informasi sebanyak – banyaknya dalam rangka menganalisa capai tujuan yang ada. Peranan komunikasi antar pribadi dalam upaya membangun kebersamaan dan kesamaan pandangan tentang tujuan secara khusus dalam organisasi hanya bisa terlaksana jika pimpinan mampu


(21)

berinteraksi menggunakan pilihan saluran komunikasi yang tersedia. Bagaimana pesan sebagai informasi yang dibutuhkan oleh orang – orang dalam organisasi mampu dipahami dan sampai kepada mereka secara utuh.

b. Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan adalah mengenai nilai. Pemimpin bisanya memiliki kekuasaan lebih besar dalam organisasi. Dalam penelitian ini pengertian kepemimpinan yang dimaksud adalah (Danim, 2004:56):

a. Kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Aktivitas pemimpin antara lain terjelma dalam bentuk memberi perintah, membimbing dan mempengaruhi kelompok kerja atau orang lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dalam tindakan lain pimpinan memiliki inisiatif dan membangkitkan kerjasama dalam upaya mencapai tujuan bersama.

Kepemimpinan sebagai proses biasa menerangkan pengaruh yang bersifat “memaksa” dan secara langsung mengkoordinir kegiatan kegiatan


(22)

anggota suatu kelompok, dan mengarahkan mereka ke tujuan yang telah ditetapkan (Alo Liliweri, 2004:152).

Teori kontingensi tentang kepemimpinan, diperkenalkan oleh Fred Fiedler (seperti yang dikutip dalam Alo Liliweri, 2004:165), dia berusaha menghubungkan konsep kepribadian yang bersumber dari perangai maupun dari perliku dengan kompleksitas situasi, “Struktur tugas menentukan suatu rentang situasi dalam kepemimpinan”, meliputi:

1. Jumlah atau banyaknya cara untuk menampilkan pekerjaan sebaik – baiknya (goal path multiplicity);

2. Dampak dari suatu keputusan pengawasan atau pemeriksaan (decision verifiability), yang mengacu pada bagaimana struktur tugas pekerjaan yang berhasil merupakan dampak dari suatu keputusan pengawasan atau pemeriksaan;

3. Derajat kepercayaan terhadap suatu pemecahan masalah yang dilakukan secara optimal dan terakhir (decision specificity);

4. Kejelasan tugas (goal clarity), yang menunjukkan bagaimana kejelasan rumusan atau sifat – sifat suatu pekerjaan.

Jadi tugas – tugas yang mempunyai derajat keseragaman yang rendah (tugas khusus) bisanya juga mempunyai derajat pelaksanaan tugas, tingkat kekhususan, dan kejelasan tugas yang tinggi. Melalui pengertian tersebut,


(23)

kepemimpinan yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah perbuatan yang menunjuk pada kemampuan pimpinan Hotel Emeral Garden Medan dalam menggunakan saluran komunikasi dalam hal ini menggunakan komunikasi antar pribadi yang diarahkan dalam mencapai program kerja organisasi yang dipimpinnya. Bagaimana ia mampu memberi perintah, membimbing dan mempengaruhi anggotanya untuk berbuat sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Dalam suatu rentang situasi yang menguntungkan dalam struktur tugas, meliputi kemampuan pimpinan dalam mengarahkan, dan bahkan memaksa capaian kerja secara maksimal, melalui upaya pembagian struktur tugas secara jelas, yang dalam pelaksanaannya diawasi secara terus menerus, hingga mampu membangun derajat kepercayaan , melalui kejelasan tugas bagi masing – masing karyawan.

1.7. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah suatu defenisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Sedangkan pengertian variabel adalah merupakan konsep yang diberikan lebih dari satu nilai, berfungsi sebagai pembeda antara satu variabel dengan variabel lainnya, saling mempengaruhi dan berkaitan.


(24)

Di bawah ini merupakan defenisi operasional dari penelitian yang peneliti lakukan.

1. Strategi komunikasi, merupakan kemampuan untuk memilih penggunaan komunikasi untuk membangun kesamaan antara orang – orang di dalam organisasi. Dalam penelitian ini menggunakan komunikasi antar pribadi dengan menggunakan model eskalasi relasi dari Knapp (Relationship Escalation).

2. Kepemimpinan, merupakan kemampuan yang dimiliki oleh pimpinan dalam mengarahkan pencapaian tujuan bersama, melalui pengambilan inisiatif dan upaya yang membangkitkan kerjasama antar karyawan di Hotel Emeral Garden Medan. Melalui pendekatan teori kontingensi tentang kepemimpinan, meliputi jumlah atau banyaknya cara untuk menampilkan pekerjaan sebaik – baiknya (goal path multiplicity); pertimbangan terhadap dampak dari suatu keputusan pengawasan atau pemeriksaan (decision verifiability); derajat kepercayaan terhadap suatu pemecahan masalah yang dilakukan secara optimal dan terakhir (decision specificity); kejelasan tugas (goal clarity), yang menunjukkan bagaimana kejelasan rumusan atau sifat – sifat suatu pekerjaan.

Variabel dalam penelitian ini dapat diuraikan secara operasional melalui tabel seperti di bawah ini:


(25)

Tabel I. 1 Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel X (Independent

Varable):Komunikasi Antar Pribadi

2. Variabel Y (Dependent Variable): Keberhasilan Kepemimpinan

3. Variabel Z (Intervening Variable): Karakteristik Responden

a.Tahap perkenalan (intiation)

b. Tahap mengalami relasi (experimenting)

c. Tahap membuat relasi menjadi lebih intensif (intensifying)

d. Tahap mengintegrasikan (integrating)

e. Tahap relasi yang mengikat (bonding)

a. Jumlah atau banyaknya cara untuk menampilkan pekerjaan sebaik – baiknya (goal path multiplicity)

b. Pembagian kerja di dalam struktur tugas (decision verifiability)

c. Derajat kepercayaan (decision specificity)

d. Kejelasan tugas (goal clarity)

a. Usia

b. Jenis Kelamin c. Pendidikan d. Lamanya bekerja


(26)

Operasionalisasi variabel tersebut digambarkan dalam model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1. 1 Model Teoritis

1.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsep disusun sebagai pemikiran teoritis dari hasil yang dicapai. Dalam bagian ini konsep disusun dalam bentuk variabel sebagi berikut:

1. Variabel bebas (independent variable / variabel X), variabel yang tidak terpengaruh, dalam penelitian ini adalah komunikasi antar pribadi, sebagai komunikasi verbal yang dilakukan dalam rangka memahami pengembangan relasi antar karyawan di Hotel Emeral Garden, meliputi:

Variabel X: Komunikasi Antar Pribadi

Variabel Y: Keberhasilan Kepemimpinan

Variabel Z: Karakteristik Responden


(27)

a) Tahap perkenalan (intiation), tahap yang singkat dalam menciptakan standar umum, seperti salam, sapaan, atau mengamati setiap tampilan orang lain atau sekedar melihat keramah tamahannya.

b) Tahap mengalami relasi (experimenting), yakni tahap pengajuan pertanyaan terhadap orang lain, tujuannya memberikan atau atau mencari informasi tentang mereka.

c) Tahap membuat relasi menjadi lebih intensif (intensifying), tahap membuka diri (self – disclosure) sehinga ia akan menjadi bagian atau sama dengan pimpinan.

d) Tahap mengintegrasikan (integrating), pada tahap ini setiap karyawan menjadi satu kesatuan dalam pencapaian tugas untuk tujuan bersama. e) Tahap relasi yang mengikat (bonding), pada tahap ini relasi menjadi lebih

formal, kadang – kadang bersifat legal atau mengikuti peraturan.

2. Variabel terikat (dependent variable / variabel Y), yakni variabel terpengaruh, dalam penelitian ini adalah keberhasilan kepemimpinan, sebagai kemampuan pimpinan untuk mengarahkan anggota atau memaksa karayawan di Hotel Emeral Garden, mencapai tujuan organisasi, dengan tahapan:

a) Jumlah atau banyaknya cara untuk menampilkan kemampuan kerja (goal path multiplicity), sebahai penilaian kemampuan kerja karyawan karyawan secara maksimal dan dilakukan secara obyektif.


(28)

b) Pembagian pekerjaan yang dilakukan di dalam struktur tugas (decision verifiability), yang membuktikan bahwa pekerjaan yang berhasil merupakan dampak dari keadaan tersebut, yang dalam pelaksanaan pekerjaan diawasi secara maksimal.

c) Derajat kepercayaan (decision specificity) karyawan terhadap suatu pemecahan masalah yang dilakukan secara optimal.

d) Kejelasan tugas (goal clarity), yang menunjukkan bagaimana kejelasan rumusan atau sifat – sifat suatu pekerjaan.

1.8. Hipotesis

Hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini, sebagai berikut:

H0 = Tidak ada pengaruh penggunaan komunikasi antar pribadi terhadap keberhasilan kepemimpinan Hotel Emaral Garden Medan.

Ha = Ada pengaruh penggunaan komunikasi antar pribadi terhadap keberhasilan kepemimpinan Hotel Emaral Garden Medan.


(29)

1.9. Metodologi Penelitian a. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh yakni menunjukkan hubungan yang saling mempengaruhi antara program sebagai keadaan yang menunjukkan ada tidaknya hubungan antara pengunaan komunikasi pribadi terhadap keberhasilan kepemimpinan di Hotel Emeral Garden Medan. Untuk melihat hal ini, peneliti menggunakan metode penelitian korelasional.

Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto (2007:247), dalam bukunya Manajemen Penelitian, penelitian korelasional adalah: “… penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel”.

b. Lokasi Penelitian

Guna memperoleh data sebagai bahan penulisan skripsi ini dan sekaligus guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan di Hotel Emeral Garden Medan.


(30)

c. Populasi dan Sampel Populasi

Populasi menunjukkan pada keseluruhan jumlah yang diobservasi. Dalam penelitian ini populasi yang diamati adalah seluruh pegawai Hotel Emeral Garden Medan sebanyak 83 orang (Sumber: Bagian TU Hotel Emeral Garden Medan, 2008).

Sampel

Untuk menentukan besarnya sampel penelitian, degunakan pendapat Arikunto (1999:120) sebagai berikut:

“Apabila subjeknya (subjek penelitian) kurang dari 100 labih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%, atau lebih, tergantung setidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana (biaya). b. Sempitnya atau luasnya wilayah penelititan dari setiap subjek,

karena hal ini menyangkut sedikit banyaknya data.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan lebih baik”.


(31)

Dengan demikian dalam penelitian ini penulis mengambil seluruh pegawai, yakni sebanyak 83 orang pegawai untuk dijadikan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel seperti ini disebut total sampling (n = N).

e. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penyusunan skripsi ini dengan teknik pengumpulkan data meliputi, data Primer, dikumpulkan dengan menggunakan angket atau kuesioner, sebagai kumpulan pertanyaan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data guna menjawab permasalahan penelitian yang disebarkan kepada responden.

f. Teknik Analisis Data

Selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan rumus korelasi Product moment Carl Pearlson, sebagai berikut :

( )( )

=

2 2

y x

xy rxy

Dengan keterangan sebagai berikut :

x = Variabel Bebas (Independen Variable)


(32)

Untuk mengukur tingkat hubungan antara variabel X dan variabel Y dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. 2

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Sumber: Rachmat Kriyantono, Riset Komunikasi, (2007:169)

Selanjutnya digunakan uji t untuk melakukan uji hipotesa yang telah dikemukakan sebagai berikut :

2

1 2

r n r t

− − =

Dimana :

r = Nilai rxy (koefisien korelasi) n = Jumlah sampel penelitian


(33)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Komunikasi dan Proses Komunikasi a. Komunikasi

Mengusahakan suatu komunikasi yang baik dalam suatu organisasi merupakan hal penting. Ada berbagai defenisi yang dibuat untuk merumuskan makna komunikasi yang pada dasarnya menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses saat orang berusaha untuk menyampaikan informasi dan mendapatkan hal – hal yang menjadi sasarannya. Proses itu melibatkan pengirim, pesan, saluran, penerima, dan akibat komunikasi (Tondowijodjo, 2002: 14).

Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah: “Proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang – perangsang (biasanya lambang – lambang dalam bentuk kata – kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan) (Effendy, 2003:2)”. Defenisi komunikasi yang sejalan dengan pendapat Hovland yaitu batasan pengertian yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut ini: “ Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect. Pertanyaan tersebut dapat kita jawab, dan jawaban ini merupakan


(34)

unsur-unsur komunikasi yang dalam bahasa komunikasi disebut: Komunikator, pesan, media, komunikan, efek.

Bahwa komunikasi merupakan proses menyampaikan informasi dari satu orang ke orang lain atau dari satu perusahaan kepada orang – orang yang membutuhkan informasi tersebut, baik karyawan dan lain sebagainya, yang melibatkan pengirim atau disebut komunikator, pesan, saluran, penerima (komunikan), dan akibat komunikasi (efek). Tujuannya mencapai kesamaan dalam upaya merubah tingkah laku orang – orang yang terlibat dalam proses tersebut.

Berbicara tentang komunikasi yang efektif, menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, seperti yang dukutip dalam Rakhmat (2007: 13), paling tidak menimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. Artinya dasar pengertian yang terbangun dalam proses komunikasi selanjutnya akan menimbulkan kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik, dan akhirnya pada tahap saling mengerti atas tindakan yang menunjukkan sikap mau dan mampu menerima masing – masing pada keadaan ketika komunikasi tersebut berlangsung atau pada tahap berkelanjutan melalui pelbagai tindakan dan keadaan yang memungkinkan untuk hal tersebut. Tindakan saling mengerti akan mudah mengubah sikap dan menumbuhkan hubungan baik.


(35)

b. Proses Komunikasi

Dari berbagai defenisi komunikasi yang telah di ketengahkan oleh para ahli sebagaimana telah diuraikan tadi dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung pengertian yang sama oleh seseorang kepada orang lain, baik dengan maksud agar mengerti, maupun agar berubah tingkah lakunya (Effendy, 2003: 7).

Effendy, seperti yang peneliti kutip dalam Ruslan (2005: 20), menyatakan bahwa teknik dan proses dalam komunikasi adalah suatu cara atau seni untuk menyampaikan pesan (message) dua arah atau timbal balik

(reciprocal two way traffic communication) yang dilakukan oleh komunikator sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah suatu pernyataan sebagai paduan antara buah pikiran dan perasaan (cognitive and affective) yang dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, anjuran, persuasi, publikasi, berita, dan sebagainya. Pesan yang disampaikan itu bisa menghasilkan suatu reaksi berupa tindakan (action), sikap, atau perilaku tertentu (behavior) setelah menerima pesan (message), apakah mendukung

(proponent), menentang (opponent) atau tidak peduli (uncommitted),


(36)

Pada dasarnya setiap orang melakukan komunikasi, sehingga kegiatan komunikasi dalam manajemen tidak menarik perhatian. Tanggung jawab komunikasi dalam organisasi tetap berada di tangan direksi, karena kebijaksanaannya yang harus dijabarkan di dalam kegiatan komunikasi organisasi. Dalam hal menentukan kebijaksanaan, hal yang harus diperhatikan adalah penentuan sasaran, perencanaan, dan keputusan – keputusan.

Sedangkan dalam memimpin dan menyelanggarakan kegiatan organisasi, yang harus dikomunikasikan adalah penugasan dan pengendalian. Keterampilan utama yang harus dimiliki direksi adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan ini harus selalu dikembangkan. Lambang – lambang yang dipergunakan dalam komunikasi dapat berbentuk verbal atau non – verbal. Komunikasi verbal

(verbal communication) adalah komunikasi yang menggunakan lambang bahasa, baik bahasa lisan , maupun bahasa tulisan. Komunikasi non-verbal

(non – verbal communication) adalah komunikasi yang menggunakan lambang – lambang yang bukan bahasa, umpamanya kial (gesture), isyarat dengan menggunakan alat, gambar, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi verbal, yakni komunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tertulis guna pelaksanaan


(37)

capaian keberhasilan kerja di Hotel Emerald Garden Medan. Baik dalam bentuk pengarahan, instruksi, koordinasi kerja dan berbagai bentuk kegiatan komunikasi lain yang dilaksanakan dengan tujuan mencapai rencana kerja secara baik.

c. Komunikasi Horizontal dan Vertikal

Setiap organisasi harus mempunyai program yang rinci tentang komunikasi horizontal dan vertikal, baik ke atas maupun yang ke bawah. Ke atas: karyawan harus dapat mengemukakan pendapatnya tentang organisasi dan menyumbangkan pemikiran tentang pekerjaan melalui kelompok kerja atau komisi keselamatan kerja, perwakilan atau dewan karyawan, dll. Ke bawah, tujuan komunikasi adalah pemahaman dan penerimaan dari pihak karyawan tentang rencana dan kebijaksanaan organisasi, hal inilah yang menjadi titik utama penelitian ini dengan pendekatan komunikasi antar pribadi untuk mendukung keberhasilan kepemimpinan di Hotel Emerald Garden Medan.

Untuk itu diperlukan pelatihan komunikasi bagi para manajer dan pimpinan. Salah satunya kata dan perbuatan dalam komunikasi, keterbukaan mengenai nasib dan masa depan para karyawan, pemanfaatan rapat umum,


(38)

majalah perusahaan, edaran dan sarana lain yang serupa dapat meningkatkan komunikasi untuk karyawan.

Horizontal, sasaran dari komunikasi adalah untuk mencapai koordinasi dan pemahaman antar bagian dalam organisasi melalui skema yang jelas dari organisasi yang menunjukkan hubungan antar bagian dan karyawan, hadirnya perwakilan satu bagian dalam rapat dari bagian yang lain, dan dorongan agar saling berpartisipasi secara wajar. Berupaya memanfaatkan kesempatan tatap muka antar karyawan (Tondowidjojo, 2002: 25).

2.2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Untuk memberikan batasan tentang komunikasi antar pribadi tidaklah mudah. Disebabkan perbedaan definisi komunikasi antar pribadi sebagai proses komunikasi yang sedang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Sementara pertanyaan lain menitikberatkan pada proses komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih akan tetapi bermedia, seperti telepon dan surat menyurat yang sifatnya lebih personal.

Everet M. Rogers, memberikan batasan bahwa proses komunikasi yang menggunakan telepon kurang kena bila digolongkan sebagai komunikasi massa atau komunikasi antar pribadi. Tetapi sarjana Amerika lainnya Mc – Croskey memasukkan peralatan komunikasi yang menggunakan gelombang


(39)

dan cahaya seperti halnya telepon dan telex sebagai saluran komunikasi antar pribadi. Sebab inilah memunculkan kelompok yang lebih senang memakai istilah komunikasi antarpribadi yang beralat (memakai media mekanik) dan komunikasi antarpribadi yang tidak beralat (berlangsung tatap muka) (Cangara, 2007: 33).

Alo liliweri (2007:105), menyatakan salah satu cara yang tepat untuk mendefinisikan komunikasi antarpribadi adalah membandingkan dia dengan bentuk – bentuk komunikasi lain. Dengan cara tersebut maka perbandingan itu akan meliputi penyelidikan tentang berapa banyak orang yang terlibat dalam komunikasi, bagaimana jarak fisik satu orang dengan sesama yang lain, berapa banyak saluran sensoris yang digunakan, dan bagaimana sifat umpan balik. Umumnya disebutkan bahwa komunikasi antar pribadi berbeda dengan bentuk komunikasi lain, terutama dalam hal jumlah para partisipan atau para interaktor. Komunikasi antar pribadi sering dibilang dyad melibatkan antara dua orang atau tiga orang partisipan, jarak fisik di antara mereka sangat dekat, partisipan banyak menggunakan saluran sensoris, dan sifat umpan baliknya segera. Satu catatan penting tentang definisi komunikasi antar pribadi berdasarkan pandangan kontekstual (contextual view) bahwa: komunikasi lebih mengutamakan konteks di mana komunikasi antara para peserta dilakukan.


(40)

Komunikasi antarpribadi (termasuk komunikasi dalam organisasi) tidak terjadi dalam suatu ruangan yang terisolasi. Komunikasi antar pribadi tersebut selalu terjadi dan berlangsung dalam konteks tertentu, yakni (Liliweri, 2007: 108):

1. Konteks psikologis, dalam konteks ini komunikasi antarpribadi membuat anda mengkomunikasikan kebutuhan anda, keingnan, nilai – nilai, dan bahkan kepribadian anda sendiri. Jadi komunikasi psikologis mengisyaratkan penyertaan suasana psikologis dari individu. Kata ‘anda’ dalam suatu komunikasi antar pribadi merujuk pada ‘ada orang lain’ yang berpartisipasi dalam interaksi antar manusia.

2. Konteks relasional, komunikasi antarpribadi terletak pada konteks ini karena komunikasi tidak hanya memperdulikan kepentingan anda tetapi anda juga harus memperdulikan reaksi orang lain terhadap anda. Jadi komunikasi antar pribadi itu bersifat timbal balik.

3. Konteks situasional, komunikasi terletak pada konteks psikososial, karena meskipun komunikasi itu berasal dari anda namun anda sebagai pribadi ada dalam suatu masyarakat (individual in society). Komunikasi antar pribadi itu dalam suasana yang berbeda – beda menurut ‘ruang sosial atau ruang psikologis’ manusia. Karena itu maka orang dapat membedakan


(41)

komunikasi antar pribadi yang lajim dilakukan di kantor, di gereja, di mesjid, di sekolah, dan lain sebagainya.

4. Konteks lingkungan, komunikasi antarpribadi ada di dalam dan terjadi dalam suatu lingkungan fisik, lingkungan alam tertentu. Komunikasi itu ada di lokasi tertentu, di tempat yang suhu udaranya dingin atau panas, di lingkungan yang berkaitan dengan waktu siang atau malam, atau pada musim tertentu.

5. Konteks budaya, komunikasi antarpribadi itu ada di dalam suatu konteks budaya sehingga meliputi perilaku budaya tertentu yang dapat dipelajari dan dipertukarkan. Jadi komunikasi antar pribadi itu ada dalam pengaruh nilai, norma, aturan budaya para partisipasn atau masyarakat (konteks sosial) yang mempengaruhi interaksi.

a. Fungsi Komunikai Antarpribadi

Fungsi komunikasi antar pribadi meliputi upaya menumbuhkan informasi, membangun suatu konteks pemahaman, membentuk identitas, memenuhi kebutuhan antar pribadi (Liliweri, 2007:110), diuraikan sebagai berikut:


(42)

1) Menumbuhkan informasi, bahwa harapan waktu kita berkomunikasi antarpribadi adalah untuk menumbuhkan pengetahuan tentang orang lain, oleh karena itu kita dapat berinteraksi dengan mereka secara efektif. Kita dapat meramalkan bagaimana orang lain itu berpikir, merasakan dan bertindak jika kita tahu siapa mereka. Bagaimana menumbuhkan informasi tentang orang lain? Kita menambah informasi secara pasif dengan cara mengamati mereka dan secara aktif dengan menanyakan melalui orang lain siapakah dia, atau secara interaktif langsung mendekati dia secara langsung.

2) Membangun suatu konteks pemahaman, dalam komunikasi antarpribadi kita berkomunikasi untuk menolong diri sendiri supaya lebih mengerti tentang apa yang orang katakana dalam konteks tertentu, kata – kata yang kita ucapkan amat berbeda dengan oleh orang lain, itu tergandung dari bagaimana kata – kata itu diartikan dalam satu konteks. Bagaimana isi pesan (content messages) dan bagaimana pesan itu dikatakan (relationship messages). Kedua bentuk pesan ini dikirimkan secara bersamaan (simultan) tetapi tiap – tiapnya mempengaruhi makna dalam komunikasi. 3) Membentuk identitas, salah satu tujuan dari komunikasi antarpribadi

yakni, membentuk sebuah identitas. Peranan yang dimainkan dalam relasi dengan orang lain menolong kita membangun identitas. Dengan identitas


(43)

itu kita menampilkan wajah kita kepada publik sehingga mereka mempunyai gambaran tentang diri kita. Kedua aspek, peran dan tampilan itu dibentuk berdasarkan pada bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.

4) Memenuhi kebutuhan antarpribadi, akhirnya kita harus mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi berfungsi: (1) kita ingin mengatakan kebutuhan kita kepada orang lain; atau (2) kita ingin mendengarkan kebutuhan orang lain. William Schutz dalam teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation) telah mengidentifikasikan tiga kebutuhan manusia, yakni: (1) Inklusi, adalah kebutuhan untuk terlibat bersama dengan orang lain; (2) Kontrol, adalah kebutuhan untuk mengontrol, mengawasi, bahkan menguasai orang lain; (3) Afeksi, adalah kebutuhan untuk mengembangkan relasi dengan orang lain, kebutuhan untuk dikasihi orang lain.

b. Pengembangan Relasi dalam Komunikasi Antarpribadi

Dalam perkembangan relasi antar orang – orang yang terlibat dalam proses komunikasi antar pribadi menunjukkan perkembangan tentang hubungan antar mereka. Tahap – tahap relasi dalam model relasi Mark Knapp (Liliweri, 2007: 112), digambarkan dari tahap perkenalan (intiation), sebagai


(44)

tahap yang sangat singkat jika diperhitungkan dari segi waktu hanya terhjadi selama lebih kurang 15 menit. Kesan yang muncul adalah hanya memberikan kesan yang menyenangkan bagi orang lain. Dengan standar umum seperti salam, sapaan, atau pengamatan setiap tampilan orang lain atau sekedar melihat keramah tamahannya saja. Kemudian pada tahap kedua tahap mengalami relasi (experimenting), dimana pada tahap ini individu akan mengajukan pertanyaan pada orang lain, tujuannya memberikan atau mencari informasi tentang mereka dan kemudian individu akan menetapkan melanjutkan atau menghentikan relasi yang sudah terjalin tersebut. Pada tahap ketiga tahap membuat relasi lebih intensif (intensifying), pada tahap ini ada

self – disclosure atau individu akan membuka diri sehinga dia menjadi bagian dari atau sama dengan para interaktor. Ini tahap yang makin intensif, dalam hubungan yang bersifat lebih tidak formal, dengan tingkat keakraban yang terjalin antara interaktor dengan individu lainnya yang terlibat dalam keadaan seperti ini. Banyak pernyataan yang dibuat berfungsi untuk meningkatkan keterikatan pada hubungan. Tahap keempat, tahap mengintegrasikan

(integrating), pada tahap ini setiap individu berusaha menjadi pasangan yang baik, dia berusaha mengintegrasikan kesamaan – kesamaan. Mulai sepakat untuk melakukan sesuatu bersama – sama dan menjadikannya sebagai sesuatu yang penting. Hal ini agar orang lain melihat mereka sebagai pasangan,


(45)

pertukaran tentang identitas dalam relasi mulai terbentuk pada tahap ini. Pada tahap kelima, sebagai tahap ralasi yang mengikat (bonding), ditunjukkan dengan ciri relasi yang terjadi menjadi lebih formal, kadang – kadang bersifat legal atau mengikuti aturan, komunitas lain umumnya sudah tahu bahwa ada relasi yang mereka bentuk. Contoh orang membedakan relasi dari sekedar best friend atau teman baik, atau mitra bisnis yang diantara mereka tercipta persetujuan. Atau perkembangan dari tahap relasi romantis menjadi pertunangan dan perkawinan membentuk keluarga. Banyak relasi diperkaya pada tahap ini.

Pada perkembangan relasi yang sudah menjadi tahap ikatan antara orang – orang yang terlibat di dalam proses komunikasi itu, menurut Knapp (Lilweri, 2007: 114), perlu juga memperhatikan dan mempertimbangkan kapan dan karena alasan apa relasi itu harus diakhiri. Tahap diferensiasi

(differentiating),pada tahap ini mulai ada penekanan pada aspek ‘aku’ daripada sebelumnya ‘kita’. Dengan kata lain individu mulai menunjukkan bahwa dirinya ada dan berbeda dengan orang lain yang telah bergaul dengan dia selama ini. Mereka mulai mengembangkan hobi dan aktivitas yang berbeda – beda. Relasi dapat dilanjutkan untuk memecahkan masalah – masalah bersama, atau pada tahap ini muncul isyarat kemungkinan lainnya untuk mengakhiri hubungan tersebut karena berbagai alasan yang


(46)

menunjukkan perbedaan mendasar dalam keadaan tersebut. Tahap pengakhiran relasi (terminating) datang secara alamiah, secara fisik masing – masing membuat jarak fisik atau sosial. Ada dualisme ‘kau’ atau ‘saya’ melalui perpisahan, akhir dari relasi itu bisa positif bisa juga negatif.

2.3. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan aspek yang tidak dapat terpisahkan dengan organisasi termasuk perusahaan sebagai bagian dari persekuatuan manusia untuk mencapai rencana yang sudah ditetapkan. Perusahaan memerlukan pemimpin dalam mencapai tujuannya dan pemimpin ada di dalam organisasi guna melaksanakan dan menjalankan fungsi – fungsi tersebut. Kepemimpinan merupakan upaya yang menyeluruh dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan suatu perusahaan. Seorang pimpinan dipilih sesuai dengan kualitas dan standar tertentu yang dihadapkan pada kenyataan tentang tugas, tanggung jawab dan wewenang yang diberikan kepadanya dalam menkoordinasikan antar berbagai elemen – elemen dalam perusahaan untuk mencapai satu tujuan, yakni keberhasilan perusahaan. Pimpinan memberikan arahan dan mengawasi pelaksanaan kerja baik secara individu mapun kelompok. Ketika kepemimpinan dianggap sebagai upaya yang sistematis, meliputi kegiatan sebagai berikut: kepemimpinan merupakan seni mengkoordinasikan dan


(47)

memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Danim, 2004:55). Peter F. Drucker mengemukakan ada empat hal sederhana yang kita ketahui tentang kepemimpinan (Wirjono, 2006: 4):

1. Satu – satunya definisi tentang pemimpin ialah seseorang yang mempunyai pengikut. Beberapa orang adalah pemikir. Tanpa ada pengikut tidak akan ada pimpinan.

2. Seorang pemimpin yang efektif bukanlah seseorang yang disayangi atau dikagumi. Dia adalah seseorang berbuat benar dalam rangka mencapai rencana kerja yang ada. Popularitas bukanlah kepemimpinan, hasil yang dicapai itulah kepemimpinan.

3. Pemimpin – pemimpin terlihat dengan jelas, oleh karena itu mereka dapat memberikan contoh kepada orang lain.

4. Kepemimpinan bukanlah pangkat, hak istimewa, gelar atau uang, kepemimpinan adalah tanggung jawab.

Bahwa kepemimpinan adalah seni mengkoordinasikan orang lain, yakni para karyawan dalam upaya mencapai rencana kerja di dalam bidang kerja dan jasa perhotelan di Emerald Garden, sesuai dengan lokasi penelitian ini. Pemimpin adalah contoh sebagai ikutan bagi para karyawan yang dalam kepemimpinan tersebut bertanggung jawab terhadap capaian dan dengan cara bagaimana memperbaiki kinerja secara keseluruhan nantinya dengan


(48)

memberdayakan karyawan secara optimal. Populartitas bukanlah tujuan dari proses kepemimpinan akan tetapi bagaimana dengan popularitas itu mereka dapat mencapai rencana kerja secara menyeluruh hinga menunjukkan prestasi kerja secara berkesinambungan.

Lebih jauh, dalam memberikan pengertian kepemimpinan dalam James A.F. Stoner, e.l., (2003: 161), meliputi empat faktor penting di dalamnya, sebagai berikut:

1) Kepemimpinan melibatkan orang lain, karyawan atau pengikut. Dengan kemauan mereka menerima pengarahan dari pimpinan, anggota kelompok membantu mendefinisikan status pemimpin dan membuat proses kepemimpinan menjadi mungkin, tanpa orang yang dipimpin, semua mutu kepemimpinan dari seorang manajer menjadi tidak relevan.

2) Kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata antara pimpinan dan anggota kelompok. Anggota kelompok bukannya tanpa kekuasaan, mereka dapat dan membantuk aktivitas kelompok dengan berbagai cara. Sekalipun demikian pemimpin biasanya mempunyai kekuasaan yang lebih besar.

3) Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi tingkah laku pengikut dengan berbagai cara.


(49)

4) Kepemimpinan adalah mengenai nilai. James Mc Gregor Burns mengatakan bahwa pemimpin yang mengabaikan komponen moral kepemimpinan mungkin dalam sejarah dikenang sebagai penjahat atau lebih jelek lagi.

Kepemimpinan yang efektif menurut Peter F. Drucker, memiliki perilaku yang sama, yaitu (2003: 5):

1) mereka tidak bertanya “apa yang saya kehendaki?” melainkan apa yang perlu dilakukan”.

2) mereka bertanya apa yang dapat dan harus saya lakukan untuk membuat perbedaan?

3) mereka selalu bertanya, “apa misi dan tujuan organisasi?”

4) mereka memiliki toleransi yang kuat terhadapa kebhinekaan orang, tetapi sangat tidak toleran bila berkaitan dengan kinerja, standar dan nilai – nilai seseorang.

5) mereka tidak takut kepada kekuatan yang dimiliki rekan – rekannya. 6) mereka memiliki keyakinan diri bahwa diri mereka adalah tipe orang yang

dihormati dan dipercaya. Dengan demikian mereka memperkuat diri untuk tidak melakukan hal – hal yang populer tetapi tidak benar.


(50)

Dari definisi – definisi ini memberikan gambaran yang cukup luas dan mendalam tentang kepemimpinan, dapat ditarik kesimpulan secara umum adalah sebagai berikut:

1) Kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu untuk mengkoordinasikan dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2) Aktivitas pimpinan antara lain terjelma dalam bentuk memberi perintah, membimbing dan mempengaruhi kelompok kerja atau orang lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. 3) Aktivitas pemimpin dapat dilukiskan sebagai seni (art) dan bukan

ilmu (science) untuk mengkoordinasikan dan memberi arah kepada anggota kelompok dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. 4) Memimpin adalah mengambil inisiatif dalam rangka situasi sosial

(bukan perseorangan) untuk membuat prakarsa baru, menentukan prosedur, merancang perbuatan dan segenap kreatifitas lain dan karena itu pulalah tujuan organisasi akan tercapai.

5) Pimpinan selalu berada dalam situasi sosial, sebab kepemimpinan pada hakikatnya adalah hubungan antara individu dengan individu


(51)

atau kelompok lain. Individu atau kelompok tertentu disebut pimpinan dan individu atau kelompok lain disebut bawahan.

6) Pimpinan tidak memisahkan diri dari kelompoknya. Pimpinan bekerja dengan orang lain, bekerja melalui orang lain atau keduanya. Hingga terbangun relasi yang harmonis, yang saling membutuhkan antara mereka dalam proses pencapaian rencana perusahaan secara menyeluruh.

7) Pimpinan adalah mereka yang memiliki kepercayaan diri dan mampu menggunakan kelebihan para bawahannya dalam mencapai tujuan, tidak menjadikan mereka sebagai kekuatan yang membahayakan dalam tugas tersebut.

a. Gaya Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan berhubungan dengan tugas dan pemeliharaan kelompok cenderung diekspresikan dalam dua gaya kepemimpinan yang berbeda. Menurut Stoner, gaya pimpinan ini dapat dilihat sebagai berikut (2003: 165):

1) Manajer yang memiliki gaya berorientasi pada tugas mengawasi karyawan untuk secara ketat memastikan tugas dilaksanakan dengan memuaskan.


(52)

2) Manajer yang memiliki gaya berorientasi pada karyawan lebih menekankan pada motivasi ketimbang mengendalikan bawahan. Mereka mencari hubunga bersahabat, saling percaya dan saling menghargai dengan karyawan, yang sering kali diizinkan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang mempengaruhi mereka. Hampir sama dengan itu, gaya kepemimpinan sebagai ciri tertentu atau ciri khas seseorang menurut Danim (2004: 75) dapat dibedakan menjadi:

1) Pemimpin otokratik dapat diartikan sebagai pimpinan yang bertindak sesuai dengan kemuan sendiri (otoriter). Sikapnya senantiasa mau menang sendiri, tertutup terhadap ide dari luar dan hanya idenya dianggap akurat. Pemimpin otokratik memiliki ciri – ciri antara lain: a. Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pimpinan. b. Bawahan, oleh pimpinan hanya dianggap sebagai pelaksana dan

mereka tidak boleh memberikan ide – ide baru.

c. Bekerja dengan sangat disiplin tinggi, bekerja keras dan tidak kenal lelah.

d. Menentukan kebijakan sendiri dan kalaupun bermusyawarah sifatnya hanya penawaran saja.


(53)

e. Memiliki kepercayaan rendah terhadap bawahan dan kalaupun ada, di dalam dirinya penuh dengan ketidakpercayaan.

f. Komunikasi dilakukan secara tertutup satu arah.

g. Korektif dan minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang.

2) Pimpinan demokratis, mengutamakan keterbukaan dan keinginan untuk memposisikan pekerjaan dari, oleh dan untuk bersama. Melaksanakan interaksi dinamis, pemimpin dengan gaya seperti ini percaya bahwa dinamisasi dalam perusahaan akan mampu mencapai hasil yang maksimal (Danim, 2004: 75).

3) Kepemimpinan permisif, merupakan tipe atau gaya seorang pimpinan yang meng – ya – kan, tidak mau ambil pusing, tidak bersikap dalam makna sikap sesungguhnya. Ciri – ciri pimpinan seperti ini adalah: a. Tidak ada pegangan yang kuat dan kepercayaan rendah pada diri

sendiri.

b. Mengyakan semua saran.

c. Lambat dalam membuat keputusan.

d. Banyak mengambil muka kepada bawahan. e. Ramah dan tidak menyakiti bawahan.


(54)

b. Perilaku Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu seni (leadership in an art), pemimpin profesional adalah seorang seniman dalam memimpin. Semakin terarmpil seorang pemimpin maka akan memudahkan dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Robert L. Kantz seperti yang dikutip dalam Danim (2004: 77) mengatakan bahwa keterampilan berhubungan dengan perilaku dalam kepemimpinan, meliputi: (1) keterampilan teknis (technical skill), (2) keterampilan hubungan manusia (human relations skill), (3) keterampilan konseptual (conceptual skill).

Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan dapat dilihat sebagai berikut, meliputi:

a. Pendekatan perilaku membahas orientasi atau identifikasi pemimpin. Aspek pertama pendekatkan kepemimpinan menekankan pada fungsi – fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar kelompok berjalan efektif, seseorang harus menjalankan dua fungsi utama dalam kepempimpinannya: (1) fungsi – fungsi yang berhubungan dengan tugas

(task related) atau pemecahan masalah, dan; (2) fungsi – fungsi pemeliharaan kelompok (group maintenance) atau social (Handoko, 200: 299).


(55)

b. Pandangan kedua tentang perilaku kepemimpinan memusatkan pada gaya pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan. (1) gaya dengan orientasi tugas (task oriented), pimpinan mengawasi dan mengarahkan bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkannnya; (2) orientasi karyawan (employee oriented), mencoba untuk lebih memotivasi karyawan dibanding mengawasi mereka.

c. Kerangka Perspektif Kepemimpinan

Arthur Jago (Liliweri, 2007:152) mengembangkan beberapa perspektif (sudut pandang) penting yang mengkaji konsp kepemimpinan, antara lain: 1) Perspektif berdasarkan focus pandangan, melihat perangai dan perilaku

pimpinan, perspektif perangai selalu memandang kepempimpinan sebagai satuan karakteristik perangai yang relatif stabil yang dimiliki seorang pempimpin. Diyakini seorang pimpinan memiliki karakteristik – karakteristik perangai internal tertentu yang menjadi syarat bagi dia untuk disebut sebagai seorang pimpinan yang efektif. Perspektif perilaku, memandang perilaku eksternal pimpinan, perilaku yang dapat diamati. Perspektif ini lebih mementingkan tindakan eksternal seorang pemimpin sebagai individu sekaligus menggambarkan karakteristik internal individu.


(56)

2) Dimensi pola pendekatan, hakikat kepemimpinan sebagai perspektif universal, terletak pada pernyataan bahwa ‘hanya ada satu jalan terbaik’ untuk mempimpin, bahwa kepemimpinan yang efektif selalu dapat berperan pada situasi dan kondisi organisasi yang berbeda – beda. Kepemimpinan juga sangat bergantung pada siatuasi dan kondisi yang memungkinkan seorang pemimpin atau sekolompok pemimpin tampil dengan kepemimpinan tertentu.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam perspektif kepemimpinan, termasuk di dalam kepemimpinan di Hotel Emerald Garden Medan, sebagai penyedia jasa perhotelan, siatuasi dan kondisi kerja sangat dimungkinkan menjadi pertimbangan bagi para pimpinan untuk bertindak kepada karyawan dalam rangka mencapai pelaksanaan rencana kerja secara maksimal. Bila dimungkinakan tindakan represif juga menjadi bagian dari tugas pimpinan dengan wewenang yang mereka miliki. Penghargaan terhadap kepemimpinan juga menjadi penting untuk diperhatikan dalam rangka membangun suasana kerja dan keadaan yang stabil. Tidak hanya pimpinan yang harus memperhatikan karyawan, akan tetapi juga berlaku sebaliknya, para karyawan tetap mempertimbangkan sisi psikososial pimpinan mereka dalam capaian kerja yang akan dituju.


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian tentang pengaruh penggunaan komunikasi antar pribadi terhadap keberhasilan kepemimpinan Hotel Emeral Garden Medan ini telah dilakukan dengan penentuan tempat penelitian di Hotel Emeral Garden Medan, mulai dari bulan Januari 2008 sampai dengan bulan Mei 2008. Dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan peneliti menggunakan angket, sebagai data lapangan, yang diberikan kepada 83 orang responden, dengan persyaratan bahwa mereka merupakan pegawai di hotel tersebut, dibuktikan dengan data karyawan di bagian personalia.

Data yang dikumpulkan meliputi:

1. Identitas responden (intervening variable / variabel Z).

2. Komunikasi Antar Pribadi (independent variable / variabel X), dan; 3. Keberhasilan kepemimpinan (dependent variable / variabel Y).

Secara umum data yang ditemukan dalam kuesioner penelitian ini akan diuraikan satu persatu melalui bentuk tabel frekuensi jabawan responden dalam tabel frekuensi yang memuat tentang frekuensi jawaban dan


(58)

selanjutnya dipersentasekan berdasarkan hal itu. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut di bawah ini:

1. Identitas Responden 1). Usia Responden

Usia responden merupakan kategorisasi atau pengelompokan usia karyawan yang menjadi responden, dengan rentang usia berjarak 10 tahun antara satu pilihan dengan pilihan lainnya, dapat dilihat dalam tabel.

Tabel IV – 01 Usia Responden

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c. d.

20 - 31 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun > 50 tahun

70 9 2 1

84,33 10,84 2,40 1,20

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.4

Usia responden, yakni seluruh karyawan Hotel Emarald Garden Medan, mayoritas berada antara usia 20 – 31 tahun (70 orang / 84,33%), 9 orang (10,84%) berusia 31 – 40 tahun, 2 orang (10,84%) berusia 41 – 50 tahun, dan 1 orang (1,20%) berusia > 50 tahun.


(59)

2). Jenis Kelamin Responden

Sebagai pengelompokan responden berdasarkan jenis kelamin, yang terdiri dari laki – laki dan perempuan, adalah sebagai berikut ini.

Tabel IV – 02 Jenis Kelamin Responden

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b.

Laki – laki Perempuan

60 23

72,28 27,71

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.5

Jenis kelamin dikemukakan dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mengangkat isu gender sebagai permasalahan, akan tetapi hanya berupaya untu menggambarkan jenis kelamin karyawan sebagai sumber daya yang ada saat ini. Mayoritas laki – laki, dengan jumlah 60 orang karyawan (72,28%), tersebar di berbagai bidang tugas yang ada di hotel, selebihnya adalah perempuan, yakni sebanyak 23 orang karyawan (27,71%). Jenis kelamin tidak menjadi ukuran dalam menilai prestasi kerja karyawan, ini dibuktikan dengan tidak adanya dominasi atau ketentuan yang dibuat dalam manajemen untuk pekerjaan yang khusus dilakukan laki – laki atau perempuan saja, prinsipnya semua bisa dan mampu dalam bidang tugas masing – masing.


(60)

3). Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden, atau disebut sebagai pendidikan responden dalam penelitian ini, sebagai jenjang pendidikan formal, dengan klasifikasi mulai dari tamat SD sampai dengan tamat Strata 1 (S1), adalah sebagai berikut seperti diuraikan dalam tabel IV – 03:

Tabel IV – 03 Pendidikan Responden

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Tamat SLTA Tamat Diploma III Tamat S1

37 24 22

44,57 28,91 26,50

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.6

Pendidikan formal mayoritas responden adalah SLTA, dengan jumlah 37 orang (44,57%), kemudian tamatan Diploma III dari berbagai jurusan, terutama pariwisata dan perhotelan sebanyak 24 orang (28,91%), dan tamatan S1, seluruh jurusan, terutama manajemen, juga S1 pariwisata terdiri dari 22 orang (26,50%). Menunjukkan sumber daya manusia di dalam hotel memungkinkan untuk dikembangkan lebih jauh dalam rangka mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang ada.


(61)

4). Masa Kerja

Menunjukkan tentang masa kerja karyawan, mulai ia diterima di hotel sampai dengan saat ini. Jelasnya adalah sebagai berikut seperti di dalam tabel frekuensi:

Tabel IV – 04 Masa Kerja Responden

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c. d.

< 1 tahun 1 – 5 tahun 6 – 10 tahun > 10 tahun

15 37 28 3

18,07 44,57 33,73 3,61

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.7

Masa kerja responden, mayoritas mereka memiliki masa kerja antara 1 tahun sampai dengan 5 tahun, sebanyak 37 orang (44,57%), 28 orang karyawan dengan masa kerja 6 tahun – 10 tahun, 15 orang responden (18,07%) dengan masa kerja di bawah 1 tahun, dan 3 orang (3,61%) dengan masa kerja di atas 10 tahun. Data ini menunjukkan masa kerja karyawan di Hotel Emerald Garden Medan, relatif dengan pengalaman kerja yang cukup lama dan dengan dukungan pendidikan formal, tentu menjadi modal besar dalam pengembangan sumber daya manusia yang handal bagi perusahaan.


(62)

2. Komunikasi Antar Pribadi / Independent Variable (Variabel X) a. Tahap Perkenalan (Intiation)

5). Pelaksanaan acara temu ramah pimpinan dan karyawan

Temu ramah sering diterjemahkan secara bebas sebagai temu akrab, antara pimpinan dan karyawan, tujuannya untuk menjalin keakraban dalam suasana kerja. Dari jawaban responden menunjukkan:

Tabel IV – 05 Acara Temu Ramah

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Pernah Jarang Tidak pernah

67 11 5

80,72 13,25 6,02

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.9

Acara temu ramah pernah dilaksanakan oleh manajemen, terutama dalam dalam upaya sosialisasi berbagai kebijakan perusahaan, ini sesuai dengan jawaban 67 orang responden (80,72%), akan tetapi menurut 11 orang responden (13,25%) mereka melihat agenda ini jarang dilaksanakan di dalam perusahaan, bahkan cenderung tertutup (jawaban 5 orang / 6,02%) dengan jawaban tidak.


(63)

6). Ditujukan Untuk Suasana Kekraban

Perasaan penolakan di dalam diri, sebagai reaksi yang menunjukkan adanya pertentangan, yang menunjukkan sikap menerima atau menolak isi pesan di dalam sinetron, adalah sebagai berikut:

Tabel IV – 06

Ditujukan untuk Suasana Keakraban

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Ya

Kadang – kadang Tidak

40 23 20

48,19 27,71 24,09

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 75, FC.10

Pelaksanaan temu ramah antar pimpinan dan karyawan di Hotel Emerald Garden Medan, ditujukan untuk menciptakan suasana keakraban, sesuai jawaban 40 orang responden (48,19%), sementara itu menurut 23 orang (27,71%) menjawab kadang – kadang, menurut mereka temu ramah yang dilaksanakan selama ini hanya untuk kepentingan sesaat saja untuk mendukung kebijakan tertentu dan lain sebagainya. Hal tersebut diperkuat oleh jawaban 20 orang lainnya (24,09%) menjawab acara temu ramah tidak hanya ditujukan untuk keakraban semata, tetapi untuk kepentingan lain juga.


(64)

7). Usaha Aktif Menggagas Temu Ramah

Usaha aktif dimaksudkan sebagai usaha yang secara terus menerus dilaksanakan dalam upaya pelaksanaan temu ramah antara pimpinan dan karyawan di Hotel Emerald Garden, sebagai berikut:

Tabel IV – 07 Usaha Aktif

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Ada Jarang Tidak

33 35 15

39,75 42,16 18,07

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.11

Ternyata jarang ada usaha aktif yang dilakukan pimpinan dalam menggagas acara temu ramah, sesuai dengan jawaban 35 orang responden (42,16%), sebaliknya ada 33 orang (39,75%) yang menjawab bahwa ada upaya aktif yang dilakukan pimpinan dalam menggagas pelaksanaan temu ramah, salah satunya dengan gagasan kegiatan bersama, yang melibatkan kepala unit kerja masing – masing untuk selanjutnya dilanjutkan penginformasian kepada mereka, dan 15 orang responden (18,07%) menilai tidak ada upaya aktif pimpinan menggagas acara temu ramah, sifatnya pasif dan menunggu saja.


(65)

2. Tahap Mengalami Relasi (Experimenting)

8). Ketertarikan Terhadap Pelaksanaan Acara Temu Ramah

Sebagai keinginan yang kuat dari dalam diri karyawan untuk menghadiri acara temu ramah yang dilaksanakan selama ini di dalam perusahaan, adalah sebagai berikut:

Tabel IV – 08

Pertemuan Antar Karyawan

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Tertarik

Kurang tertarik Tidak tertarik

56 12 15

67,46 14,45 16,86

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.12

Pertemuan antar karyawan hal yang menarik bagi karyawan, sesuai dengan jawaban 56 orang responden (67,46%), karena menurut mereka petemuan itu penting untuk dihadiri, guna mendapatkan informasi dan mengakrabkan diri dalam lingkungan kerja. Menurut 15 orang responden (16,86%) merasa tidak tertarik karena menurut mereka acaranya membosankan dan syarat dengan kepentingan pimpinan semata, 12 orang responden lainnya (14,45%) menyatakan kurang tertarik, karena terkesan basa – basi saja.


(66)

9). Tambahan Keakraban

Efek yang dirasakan setelah pelaksanaan temu ramah antar pimpinan dan karyawan di Hotel Emerald Garden Medan, adalah sebagai berikut:

Tabel IV – 09

Keakraban yang Dirasakan

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Ada Kurang Tidak ada

18 40 25

21,68 48,19 30,12

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.13

Menurut responden, mereka kurang merasakan adanya keakraban setelah pelaksanaan temu ramah antara pimpinan dan karyawan di dalam perusahaan, berdasarkan jawaban 40 orang (48,19%), 25 orang responden (30,12%) merasa tidak ada keakraban yang mereka rasakan setelah pelaksanaan acara tersebut, 18 orang responden (21,69%) menyatakan dalam jawaban mereka ada keakraban yang mereka rasakan setelah pelaksanaan acara temu ramah yang selama ini dilaksanakan, salah satunya mudahnya pelaksanaan koordinasi kerja yang ada dalam melaksanakan tugas antar unit kerja dalam mencapai tujuan bersama.


(67)

10). Keakraban Lebih Tercipta

Sesuai dengan jawaban responden dalam penelitian ini menunjukkan tentang keakraban yang lebih tercipta dengan pelaksanaan acara temu ramah, sebagai berikut:

Tabel IV – 10 Penciptaan Keakraban

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Tercipta Kurang Tidak tercipta

18 40 25

21,68 48,19 30,12

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.14

Responden merasakan kurang terciptanya keakraban antar mereka, berdasarkan jawaban 40 orang (48,19%), karena menurut mereka kesan yang terbangun hanya untuk menjadi ajang kepentingan pimpinan. Bahkan 25 orang (30,12%) menyatakan tidak tercipta keakraban yang lebih baik antar mereka setelah pelaksanaan acara tersebut, 18 orang responden (21,68%) menjawab mereka merasakan ada perasaan keakraban yang lebih baik dalam diri mereka antar sesama karyawan.


(68)

c. Tahap Membuat Relasi Lebih Intensif (Intensifying)

11). Selalu Ikut Serta dalam Acara Temu Ramah

Jawaban responden, yakni karyawan di Hotel Emerald Garden Medan, terhadap keikutsertaan mereka dalam setiap acara temu ramah yang dilaksanakan selama ini adalah sebagai berikut:

Tabel IV – 11

Keikutsertaan Temu Ramah

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Ya

Kadang – kadang Tidak

59 18 6

71,08 21,68 7,22

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.15

Mayoritas responden menjawab bahwa mereka selalu ikut serta dalam setiap acara temu ramah yang selama ini dilaksanakan di dalam perusahaan, berdasarkan jawaban 59 orang (71,08%), 18 orang lainnya (21,68%) menjawab kadang – kadang, hal ini menunjukkan berbagai alasan, salah satunya karena adanya pembatasan karyawan yang dibolehkan untuk menghadiri acara tersebut. Sementara itu 6 orang responden (7,22%) menjawab tidak selalu hadir, karena tidak diundang dan lain sebagainya.


(69)

12). Mengikuti Pertemuan

Alasan ikut serta karyawan dalam pertemuan adalah dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel IV – 12

Alasan Mengikuti Pertemuan

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Senang Terpaksa Kewajiban

55 15 13

66,26 18,07 15,66

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.16

Penilaian responden terhadap alasan mereka ikut serta dalam setiap pelaksanaan pertemuan antar pimpinan dan karyawan, mayoritas mereka menyatakan senang, berdasarkan jawaban 55 orang (66,26%), 15 orang menjawab karena terpaksa (18,07%), dan 13 orang lainnya (15,66%) menjawab karena itu merupakan kewajiban. Dengan demikian, dari jawaban ini menunjukkan bahwa karyawan menyadari pentingnya pertmuan tersebut bagi mereka guna mencapai tujuan kerja dengan iklim usaha perhotelan yang semakin kompleks saat ini.


(70)

d. Tahap Pengintegrasian 13). Pertemuan Rutin

Perasaan puas yang dirasakan oleh responden dengan program pertemuan antara karyawan dan pimpinan dalam manajemen Hotel Emerald Garden Medan, sebagai berikut:

Tabel IV – 13 Pertemuan Rutin

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Puas

Cukup puas Tidak puas

60 10 13

72,28 12,04 15,66

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.17

Secara umum, responden yakni karyawan merasa puas dengan agenda pertemuan yang dilaksanakan selama ini, sesuai dengan jawaban 60 orang (72,28%). Sementara itu 10 orang responden lainnya (12,04%) merasa cukup puas dengan program tersebut, dan 13 orang (15,66%) menjawab mereka tidak puas dengan pertemuan tersebut, karena masih tidak melibatkan karyawan di dalam unit kerja secara keseluruhan.


(71)

13). Pertemuan Bermanfaat

Manfaat sebagai hasil guna yang didapatkan oleh karyawan setelah pelaksanaan program ini, adalah sebagai berikut:

Tabel IV – 14

Mendapatkan Manfaat Pertemuan

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Mendapatkan

Kurang mendapatkan Tidak mendapatkan

51 15 17

57,33 20,00 22,66

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.18

Mayoritas responden merasakan manfaat dari pelaksanaan program temu ramah antar pimpinan dengan karyawan, dalam tahap untuk mencapai dukungan penuh melalui pelaksanaan tugas dan fungsi mereka, berdasarkan jawaban 51 orang (57,33%), 17 orang responden (22,66%) menjawab tidak mendapatkan manfaat dari pelaksanaan pertemuan, karena menurut mereka kesannya hanya formalitas saja. 15 orang responden (20,00%) menyatakan kurang mendapat manfaat dari program tersebut selama tidak ada evaluasi ulang sebagai kajian tentang tujuan pelaksanaannya bagi kepentingan perusahaan dalam jangka panjang.


(72)

e. Tahap Relasi yang Mengikat (Bonding)

15). Sadar Akan Tugas

Penilaian responden terhadap peningkatan kesadaran akan tugas sebagai kewajiban mereka terhadap perusahaan, karena akibat dari program komunikasi antar pribadi dalam bentuk acara remu tamah, sebagai berikut:

Tabel IV – 15

Membangkitkan Kesadaran Tugas

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Mampu

Kurang mampu Tidak mampu

43 25 15

51,80 30,12 18,07

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC.19

Responden sebagai elemen khalayak dalam penelitian ini menilai program komunikasi antar pribadi dalam acara temu ramah mampu membangkitkan kesadaran tugas mereka, berdasarkan jawaban 43 orang (51,80%), 25 orang (30,12%) menjawab kurang mampu, dan 15 orang (18,07%) menjawab tidak mampu.


(73)

16). Menjadikan Pertemuan untuk Kesadaran Diri di Perusahaan

Penilaian responden, yakni karyawan di Hotel Emerald Garden Medan, tentang kesadaran diri mereka terhadap tugas, fungsi, dan wewenang yang diberikan kepada mereka, adalah sebagai berikut:

Tabel IV – 16

Kesadaran Arti Penting Perusahaan

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Ya

Kadang – kadang Tidak

37 31 15

49,33 41,33 9,33

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC. 20

Menurut responden, berdasarkan jawaban mayoritas karyawan di dalam perusahaan, menjawab mereka dapat menemukan kesadaran diri dari pesan persuasif yang disampaikan dalam setiap pertemuan yang dilaksanakan, sesuai jawaban 37 orang (49,33%), 31 orang (41,33%) menjawab kadang – kadang, dan 15 orang (9,33%) menjawab mereka tidak merasakan hal tersebut.


(74)

2. Keberhasilan Kepemimpinan (Dependent Variable / Variabel Y) a. Banyaknya Capaian Kemampuan Kerja (Goal Path Multiplicity)

17). Penempatan Karyawan Berdasarkan Kemampuan Kerja

Penempatan karyawan berdasarkan kemampuan kerja menjadi pertimbangan pimpinan, gambarannya adalah sebagai berikut:

Tabel IV – 17

Berdasarkan Kemampuan Kerja

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Berdasar

Kurang berdasar Tidak berdasar

47 25 11

56,62 30,12 13,25

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC. 22

Kenyataan tentang pertimbangan kemampuan kerja menjadi salah satu pertimbangan pimpinan dalam menempatkan karyawan di perusahaan. Mayoritas karyawan yakni sebanyak 47 orang (56,62%) menjawab berdasar, 25 orang (30,12%) menjawab kurang berdasar, dan 11 orang karyawan (13,25%) menjawab tidak berdasar. Hal ini menunjukkan bahwa dasar pertimbangan penempatan karyawan di dalam perusahaan rasional berdasarkan kemapuan kerja.


(75)

18). Pendidikan Karyawan Dipertimbangkan

Pendidikan menjadi salah satu syarat lain dalam menempatkan karyawan dalam bidang tugas yang ada, penilaian responden adalah sebagai berikut:

Tabel IV – 18 Pertimbangan Pendidikan

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Ya

Kadang – kadang Tidak

33 33 17

39,75 39,74 20,48

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC. 23

Mayoritas responden, yakni karyawan di Hotel Emerald Garden Medan, menjawab bahwa mereka dapat menerima pertimbangan pendidikan formal sebagai salah satu syarat untuk menduduki tugas dalam jabatan tertentu di perusahaan, berdasarkan jawaban 33 orang (39,75%), akan tetapi 33 orang responden yang lain (39,74%) menjawab kadang – kadang, menurut mereka hal teresbut harus dipertimbangkan dengan tetap mengedepankan kemampuan kerja, dan 17 orang (20,48%) menjawab tidak menerima kalau hanya faktor pendidikan yang dikedepankan tanpa mempertimbangkan faktor lainnya, salah satunya tentang kesetiaan dalam tugas.


(76)

19). Penilaian Kemampuan Kerja Obyektif

Obyektifitas penilaian kemampuan kerja dan penempatan karyawan di dalam perusahaan akan sangat membantu capaian kerja dalam jangka panjang, menurut responden sebagai berikut di bawah ini:

Tabel IV – 19 Penilaian Obyektif

No Uraian Frekuensi Persentase (%) a.

b. c.

Ya

Kadang – kadang Tidak

34 17 32

40,96 20,48 38,55

Jumlah 83 100,00

Sumber: Kuesioner Penelitian, Tahun 2008, n = 83, FC. 24

Reponden menilai penempatan karyawan dalam bidang kerja di dalam perusahaan selama ini sudah obyektif, berdasarkan jawaban 34 orang (40,96%), 32 orang lainnya (38,55%) menjawab tidak menerima keseluruhan penilaian yang dilaksanakan selama ini, karena menurut mereka masih ada penilaian yang tidak obyektif, salah satunya unsur kekeluargaan yang berkembang selama ini di dalam perusahaan. Sementara itu 17 orang responden (20,48%) menjawab kadang – kadang, menunjukkan adanya sikap selektif mereka dalam memandang penilaian pekerjaan yang dibebankan.


(1)

18. Apakah bentuk tanggung jawab kerja ditunjukkan dengan keinginan melaksanakan pekerjaan secara maksimal?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

19. Apakah program internal PR perusahaan menumbuhkan keinginan kuat untuk mempertahankan perusahaan selamanya?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

20. Apakah program internal PR perusahaan mampu memberikan masukan kepada manajemen perusahaan menyediakan sarana dan prasarana kerja secara maksimal?

a. Mampu

b. Cukup mampu c. Tidak mampu

21. Menurut saudara, apakah program internal PR perusahaan memberikan semangat dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak


(2)

22. Menurut saudara, apakah program internal PR perusahaan sudah mampu meningkatkan produktivitas kerja secara maksimal?

a. Sudah mampu b. Cukup mampu c. Tidak mampu

23. Saran terhadap peningkatan program internal PR perusahaan:

______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________

24. Saran terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan:

______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________


(3)

Lampiran Tabel r

Tabel r

Nilai – Nilai Product Moment

N Taraf signifikan N Taraf signifikan N Taraf signifikan

5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 0,997 0,950 0,878 0,811 0,754 0,707 0,666 0,632 0,602 0,576 0,553 0,532 0,514 0,497 0,482 0,468 0,456 0,444 0,433 0,423 0,413 0,404 0,396 0,388 0,999 0,990 0,959 0,917 0,874 0,834 0,796 0,765 0,735 0,708 0,684 0,661 0,641 0,623 0,606 0,590 0,575 0,561 0,549 0,537 0,526 0,515 0,505 0,496 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 0,381 0,374 0,367 0,361 0,355 0,349 0,344 0,339 0,334 0,329 0,325 0,320 0,316 0,312 0,308 0,304 0,301 0,297 0,294 0,291 0,288 0,284 0,281 0,279 0,487 0,478 0,470 0,463 0,456 0,449 0,442 0,436 0,430 0,424 0,418 0,413 0,408 0,403 0,398 0,393 0,389 0,384 0,380 0,376 0,372 0,368 0,364 0,361 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 125 150 175 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 0,266 0,254 0,244 0,235 0,227 0,220 0,213 0,207 0,202 0,195 0,176 0,159 0,148 0,138 0,113 0,098 0,088 0,080 0,074 0,070 0,065 0,062 0,345 0,330 0,317 0,306 0,296 0,286 0,278 0,270 0,263 0,256 0,230 0,210 0,194 0,181 0,148 0,128 0,115 0,105 0,097 0,091 0,086 0,081


(4)

Lampiran Tabel T

Tabel Distribusi T

V α 0.10 α 0.05 α 0.025 α 0.01 α 0.005

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 inf. 3.078 1.886 1.638 1.533 1.476 1.440 1.415 1.397 1.383 1.372 1.363 1.356 1.350 1.345 1.341 1.337 1.333 1.330 1.328 1.325 1.323 1.321 1.319 1.319 1.316 1.315 1.314 1.313 1.311 1.282 6.314 2.920 2.353 2.132 2.015 1.943 1.895 1.860 1.833 1.812 1.796 1.782 1.771 1.761 1.753 1.746 1.740 1.734 1.729 1.725 1.721 1.717 1.714 1.711 1.708 1.706 1.703 1.701 1.699 1.645 12.706 4.303 3.182 2.776 2.571 2.447 2.365 2.306 2.262 2.228 2.201 2.179 2.160 2.145 2.131 2.120 2.110 2.101 2.093 2.086 2.080 2.074 2.069 2.064 2.060 2.056 2.052 2.048 2.045 1.960 31.821 6.965 4.541 3.747 3.365 3.143 2.998 2.896 2.821 2.764 2.718 2.681 2.650 2.624 2.602 2.583 2.567 2.552 2.539 2.528 2.518 2.508 2.500 2.492 2.485 2.479 2.473 2.467 2.462 2.326 63.657 9.925 5.841 4.604 4.032 3.707 3.499 3.355 3.250 3.169 3.106 3.055 3.012 2.977 2.947 2.921 2.898 2.878 2.861 2.845 2.831 2.819 2.807 2.492 2.787 2.779 2.771 2.763 2.765 2.576


(5)

Lampiran Nilai r Product Moment

Tabel Nilai Kritis untuk Korelasi r Product – Moment

Interval Kepercayaan Interval Kepercayaan Interval Kepercayaan

N 95% 99% N 95% 99% n 95% 99%

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0.997 0.950 0.878 0.811 0.754 0.707 0.666 0.632 0.602 0.576 0.553 0.532 0.514 0.497 0.482 0.468 0.456 0.444 0.433 0.423 0.413 0.404 0.396 0.999 0.990 0.959 0.917 0.874 0.874 0.798 0.765 0.735 0.708 0.684 0.661 0.641 0.623 0.606 0.590 0.575 0.561 0.549 0.537 0.526 0.515 0.505 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 0.388 0.381 0.374 0.367 0.361 0.355 0.349 0.344 0.339 0.329 0.325 0.320 0.316 0.312 0.308 0.304 0.301 0.297 0.294 0.291 0.294 0.288 0.284 0.281 0.297 0.496 0.487 0.478 0.470 0.463 0.456 0.449 0.442 0.436 0.430 0.424 0.418 0.413 0.408 0.403 0.396 0.393 0.389 0.384 0.380 0.276 0.372 0.368 0.364 0.361 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 125 150 175 200 300 400 500 600 700 800 900 000 0.266 0.254 0.244 0.235 0.227 0.220 0.213 0.207 0.202 0.195 0.176 0.159 0.148 0.138 0.113 0.098 0.088 0.080 0.074 0.070 0.065 0.62 0.345 0.330 0.317 0.306 0.296 0.286 0.278 0.270 0.263 0.256 0.230 0.210 0.194 0.181 0.148 0.128 0.115 0.105 0.097 0.091 0.086 0.081


(6)

Struktur Organisasi

Hotel Emerald Garden International Medan

OWNER COMISARIS

BOARD OR DIRECTOR

GENERAL MANAGER

EXECUTIVE SECRETARY

FRONT OFFICE MANAGER

EXECUTIVE HOUSEKEEPER

CHIEF SECURITY

F&B MANAGER

F&B SERVICE

F&B PRODUCT

CHIEF ENGINEER

SALES MANAGER

PERSONAL MANAGER

PURCHASING SUPERVISOR

FINANCIAL CONTROLIE


Dokumen yang terkait

Aktivitas Komunikasi Antar Budaya Tjong A Fie (Studi Biografi Gaya Komunikasi Tjong A Fie Dalam Komunikasi Antar Budaya)

2 68 138

Komunikasi Antar Pribadi dan Produktivitas Kerja ( Studi Korelasional Tentang Peranan Komunikasi Antar Pribadi antara Pimpinan Dan Karyawan Terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja di PT. LOGIKREASI UTAMA MEDAN)

0 51 85

Komunikasi Antar Budaya dan interaksi Antar Etnis (Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Komunikasi Antar Budaya Dalam Menciptakan Interaski Antar Etnis di Kalangan Mahasiswa Asing USU).

6 60 140

Komunikasi antar pribadi dan peningkatan kinerja karyawan(studi korelasional peranan komunikasi antar pribadi terhadap peningkatan kinerja karyawan PTPN IV Unit Kebun Laras).

2 35 134

Komunikasi Antar Pribadi Ayah Dan Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ayah terhadap Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja di SMA Swasta Al- Ulum, Medan)

0 44 140

Komunikasi Antar Pribadi Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan)

0 61 128

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Kasus Mengenai Komunikasi AntarPribadi Orang Tua Terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja Pada Beberapa Keluarga di Medan)

11 139 114

Komunikasi Antar Pribadi

0 7 1

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU TERHADAP MURID (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Dalam Membentuk

0 3 16

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU TERHADAP MURID (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antar Pribadi Guru Terhadap Murid Dalam Membentuk

1 4 13