didukung dengan tingkat pendidikan dan pengalaman di bidang politik dan pemerintahan yang baik Yudhono, 2000.
d. Sejauh mana kepentingan partai lebih diutamakan oleh anggota DPRD, hal ini untuk menguji loyalitas anggota DPRD kepada profesinya. Anggota
yang baik DPRD harus melaksanakan tugas-tugas dan fungsinya sebaik mungkin dan menjadi daya pemacu bagi pencapaian kinerja yang baik dalam
pekerjaannya, menjunjung tinggi kepentingan rakyat atau justru ikut dalam kepentingan politik masing-masing.
2. Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran X2 yaitu merupakan pengetahuan
dewan terhadap mekanisme penyusunan anggaran mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap pertanggungjawaban serta pengetahuan dewan tentang
peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan keuangan daerah APBD. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan
anggaran ini adalah sebagai berikut: a.
Tingkat pemahaman anggota dewan terhadap RAPBDAPBD b.
Kemampuan anggota dewan dalam memahami laporan pertanggungjawaban kepala daerah
c. Kemampuan DPRD dalam mengkaji dan mengevaluasi laporan realisasi
anggaran dan laporan keuangan.
3. Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah APBD Y,
merupakan hasil kerja yang dilakukan DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah yang meliputi pengawasan pada saat penyusunan, pengesahan,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran APBD. Indikator-indikator
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan untuk mengukur variabel kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah ini adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan dewan dalam penyusunan arah dan kebijakan umum APBD.
b. Keterlibatan dewan dalam pengesahan APBD.
c. Kemampuan menjelaskan APBD yang telah disusun.
d. Keyakinan dewan bahwa APBD telah memiliki transparansi.
e. Keterlibatan dewan dalam memantau pelaksanaan APBD.
f. Evaluasi yang dilakukan dewan terhadap Laporan Pertanggungjawaban.
g. Evaluasi yang dilakukan dewan terhadap faktor-faktor atau alasan-alasan
yang mendorong timbulnya revisi APBD. h.
Permintaan keterangan oleh dewan terhadap laporan pertanggungjawaban LPJ APBD yang disampaikan kepala daerah.
i. Tindak lanjut dari dewan jika terjadi kejanggalan dalam LPJ APBD.
4. Transparansi Kebijakan Publik Z yaitu keterbukaan tentang anggaran yang
mudah diakses oleh masyarakat. Kebijakan publik merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan sebagai keputusan yang mempunyai tujuan
tertentu. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel transparasi kebijakan publik ini adalah sebagai berikut:
1 Pengumuman atau pemberian informasi oleh pemerintah daerah berkaitan dengan kebijakan anggaran yang telah disusun.
2 Kemudahan dokumen-dokumen kebijakan anggaran yang telah disusun oleh pemerintah daerah untuk diketahui publik.
3 Ketepatan waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban.
Universitas Sumatera Utara
4 Kemampuan transparasi anggaran dalam meningkatkan dan mengakomodasi usulan masyarakat.
5 Adanya sistem penyampaian informasi anggaran kepada publik.
4.5.3. Pengukuran Variabel
Alat pengukur dalam penelitian ini menggunakan kuisioner, sedangkan skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala likert,
yaitu skala yang mengukur respon subyek kedalam lima 5 poin skala dengan interval yang sama, dengan demikian tipe data yang digunakan adalah tipe interval,
Jogiyanto 2004. Skala masing-masing variable diukur dengan model skala likert yaitu
mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang diajukan dengan skor 5 SS=Sangat Setuju, 4 S=Setuju, 3 TT=
Tidak Tahu, 2 TS=Tidak Setuju, dan 1 STS= Sangat Tidak Setuju Kecuali untuk variabel pengetahuan dewan tentang anggaran diberi skor
sesuai dengan kemampuannya masing-masing, mulai dari tingkat terendah 20 diberi skor 1, 40 diberi skor 2, 60 diberi skor 3, 80 diberi skor 4, dan
100 diberi skor 5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Definisi Operasional Variabel
Variabel Penelitian
Definisi operasional Indikator
skala
Dependen Kinerja DPRD
dalam Pengawasan
Keuangan Daerah APBD
Y Hasil dari kegiatanprogram
yang dicapai oleh anggota dewan dalam melaksanakan
kegiatan atu tindakan pengawasan terhadap APBD
yang didasarkan atas kompetensi yang dimiliki
oleh anggota dewan tersebut -
Keterlibatan Dewan dalam penyusunan arah dan
kebijakan umum APBD.
- Keterlibatan
Dewan dalam pengesahan APBD. -
Kemampuan menjelaskan APBD yang telah disusun.
- Keyakinan
Dewan bahwa APBD telah memiliki transparansi
- Keterlibatan
Dewan dalam memantau pelaksanaan APBD.
- Evaluasi
yang dilakukan Dewan terhadap Laporan Pertanggungjawaban.
- Evaluasi
yang dilakukan Dewan terhadap faktor‐ faktor
atau alasan‐alasan yang mendorong timbulnya revisi
APBD. -
Permintaan keterangan oleh Dewan terhadap
Laporan Pertanggungjawaban LPJ APBD yang
disampaikan Kepala Daerah.
- Tindak
lanjut dari Dewan jika terjadi kejanggalan dalam
LPJ APBD.
Interval
Independen Political
background X1
Merupakan pengalaman anggota dewan dalam
berorganisasi di bidang politik
- Pengalaman di bidang Politik -
Jabatan di Partai Politik -
Latar Belakang Partai Politik -
Sejauh mana kepentingan partai lebih diutamakan oleh anggota DPRD
Interval
Pengetahuan dewan Tentang anggaran
X2 Pengetahuan dewan terhadap
mekanisme anggaran mulai dari tahap perencanaan
sampai pada tahap pertanggungjawaban.
- Tingkat pemahaman anggota dewan terhadap
RAPBD APBD -
Kemampuan anggota dewan dalam memahami laporan pertanggungjawaban kepala daerah.
- Kemampuan dprd dalam mengkaji dan
mengevaluasi laporan realisasi anggaran dan laporan keuangan
Interval
Moderating Transparansi
Kebijakan Publik
Z Keterbukaan tentang
anggaran yang mudah diakses oleh masyarakat,
kebijakan publik merupakan tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah dan sebagai
pengambil keputusan yang mempunyai tujuan
tertentu. -
Pengumuman atau pemberian informasi oleh Pemerintah daerah berkaitan dengan kebijakan
anggaran yang telah disusun. -
Kemudahan dokumen-dokumen kebijakan anggaran yang telah disusun oleh Pemerintah
daerah untuk diketahui publik. -
Ketepatan waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban.
- Kemampuan transparasi anggaran dalam
meningkatkan dan mengakomodasi usulan masyarakat.
‐ Adanya sistem penyampaian informasi anggaran kepada publik
Interval
Universitas Sumatera Utara
4.6 . Pengujian Kualitas Data 4.6.1. Uji Validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan atau pernyataan
kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan atau pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl
Pearson dengan ketentuan : jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka skor butir pertanyaan atau pernyataan kuesioner valid tetapi sebaliknya jika r hitung lebih kecil
dari r tabel, maka skor butir pertanyaan atau pernyataan kuesioner tidak valid.
4.6.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur tingkat konsistensi antara hasil pengamatan dengan instrument atau alat ukur yang digunakan pada waktu yang
berbeda-beda. Teknik yang digunakan untuk mengukur realibilitas pengamatan adalah dengan menggunakan koefisien cronbach alpha, yaitu instrumen dikatakan
reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Menurut Nunnally 1967 dalam Ghozali 2005 “Suatu kontruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai cronbach alpha 0,60”.
4.7. Model dan Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dan diuji validitas dan reliabilitas, maka selanjutnya dilakukan pengujian yang berhubungan dengan model statistik yang
akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Alat analisis untuk menguji hipotesis – hipotesis tersebut digunakan adalah analisis linier berganda multiple regression
Universitas Sumatera Utara
dan uji nilai selisih mutlak atau sering disebut moderating regression analysis MRA. Menurut Sharma dalam Erlina, 2008:42 untuk menguji apakah variabel
dapat dikatakan sebagai variabel moderating dapat digunakan model MRA ini. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS for windows. Pengujian hipotesis dilakukan
setelah model regresi berganda yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik, agar hasil pengujian dapat diinterpretasikan dengan tepat.
Model Analisis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Model 1 Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ e Model II Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
1
– X
3
+ b
5
X
2
– X
3
+ e Keterangan:
Y = Kinerja DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah APBD
a = Konstansta
b
1,
b
2,
b
3,
b
4,
b
5
= Koefisien regresi X
1
=
Political background
X
2
=
Pengetahuan dewan tentang anggaran
X
3
=
Transparansi Kebijakan Publik
X
1
– X
3
= Interaksi antara political background dengan transparansi kebijakan publik
X
2
– X
3
= Interaksi antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan transparansi kebijakan publik
e = Error term
Universitas Sumatera Utara
4.8. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian
normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
4.8.1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti bentuk lonceng pada diagram histogram. Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria
pengujian satu sampel menggunakan pengujian satu sisi yaitu dengan membandingkan probabilitas dengan tingkat signifikansi tertentu yaitu apabila :
Nilai Signifikan atau probabilitas 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. dan bila Nilai Signifikan atau probabilitas 0,05 maka distribusi data adalah
normal.Ghazali, 2006. Selain melihat nilai signifikansi dari uji Kolmogorov-Smirnof, untuk melihat
apakah suatu data mempunyai distribusi normal dapat dilihat dari nilai Zskewness, nilai kurtosis, dan dengan melihat grafik. Nilai z statistik untuk skewness dapat
dihitung dengan : Zskewness =
N Skewness
6 , sedangkan nilai z kurtosis dapat dihitung
dengan rumus Zkurtosis =
N Kurtosis
24
, dimana N adalah jumlah sampel, jika nilai Z
hitung Z tabel pada tingkat signifikansi 0,05, maka distribusi data tidak normal.
Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya jika nilai Z hitung Z tabel pada tingkat signifikansi 0,05, maka data terdistribusi dengan normal Ghozali, 2006.
4.8.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji, apakah ditemukan atau tidak korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi antar variabel independen
maka akan ditemukan adanya masalah multikoliniertas. Suatu model regresi yang baik harus tidak menimbulkan masalah multikolinieritas. Untuk itu diperlukan uji
multikolinieritas terhadap setiap data variabel bebas yaitu dengan:
1. Melihat angka collinearity Statistics yang ditunjukkan oleh Nilai Variance