Produksi STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA

39 yang mengemban jabatan ini biasanya harus bertanggung jawab dalam segala bentuk operasional produksi. 7. Desainer Produksi : Orang yang membantu sutradara menentukan suasana dan warna apa yang akan ditampilkan dalam film. 8. Penata Fotografi : Orang yang bertanggung jawab atas segala penataan tata cahaya dan tata kamera. 9. Asisten Sutradara : Orang yang bertugas membantu sutradara dalam jalannya produksi. 7 Mempersiapkan Talent Pemeran yang baik harus mampu melewati tiga tahap utama dalam produksi film atau video. Tahap pertama adalah casting, dalam casting ini karakter peserta berperan penting agar sesuai dengan kriteria yang dimaksud dalam peran. Kerjasama antara casting director dan sutradara harus baik agar dapat memilih pemeran yang baik pula. Tahap kedua setelah pemeran terpilih adalah proses reading. Proses reading adalah proses dimana para pemeran yang telah terpilih tadi, memerankan perannya masing-masing sesuai skenario. Mereka harus belajar mendalami karakter yang dimaksud dalam skenario. Dalam proses ini juga berguna bagi sutradara untuk memperkirakan berapa lama kira-kira waktu yang diperoleh untuk dialog dalam adegan tersebut. Tahap yang terakhir adalah rehearsal, yaitu latihan langsung tata gerak, blocking , mimik dan bahasa tubuh sesuai dengan keinginan sutradara. Jika para pemeran sukses melewati tahap ini bisa dipastikan pada saat shooting berlangsung tidak ada kendala yang berat karena seluruh pemeran telah dilatih Effendy, 2009 : 53.

b. Produksi

Setelah semua proses pra produksi telah kita lalui, kita akan memulai proses produksi. Dalam proses ini pertama-tama yang perlu kita lakukan adalah mempersiapkan peralatan shooting terlebih dahulu. Setelah itu baru kita bisa memulai proses produksi itu sendiri. Berikut perancang berikan contoh susunan proses produksi dari Heru Effendy. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 40 Gambar 2.26 Susunan Proses Produksi Sumber : Buku Mari Membuat Film 1 Peralatan Shooting Dalam perkembangannya peralatan shooting saat ini tidak lagi sekompleks dulu. Banyak alternatif pilihan alat-alat yang bisa kita gunakan untuk shooting. Mulai dari yang mahal yang biasanya digunakan oleh para professional, sampai pada yang paling praktis dan dapat digunakan oleh siapa saja. Sejatinya dari keseluruhan peralatan shooting yang sangat kompleks, ada beberapa yang termasuk wajib ada untuk melakukan sebuah produksi film atau video. Bahkan menurut Rick Smith dan Kim Miller dalam buku mereka yang berjudul Shoot to Sell, peralatan wajib yang harus kalian miliki untuk memulai sebuah produksi adalah kamera video, peralatan audio, stabilization gear dan lighting . Jika kita bekerja pada dunia professional mungkin perlatan shooting yang akan kita gunakan lebih kompleks dan beragam. Tetapi coba kita bedah apa saja yang termasuk dalam kategori perlatan-peralatan ini Smith Miller, 2013 : 96. a Kamera Video Dewasa ini jaman terus mengalami perubahan termasuk dalam hal teknologi yang digunakan manusianya. Tidak terkecuali pada kamera. Berbagai macam kamera telah diproduksi di dunia ini. Mulai dari kamera yang menggunakan pita roll film untuk mengambil dan merekam gambar hingga yang terkini hanya menggunakan sebuah kartu kecil atau memory card sebagai media penyimpanannya. Ada juga jenis-jenis kamera seperti; consumer cameras yang biasa digunakan untuk sekedar hobi atau keperluan keluarga. Kamera ini biasanya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 41 memiliki pengaturan yang serba otomatis dan sangat mudah digunakan juga tidak terlalu mahal. Bentuk kamera seperti ini biasanya bisa kita temukan pada handycam. Sedangkan jenis prosumer cameras adalah kamera yang terkadang digunakan untuk kepentingan industri, memiliki beberapa fitur professional tetapi juga memiliki beberapa fitur otomatis. Kamera jenis ini biasanya ada di antara consumer cameras dan professional cameras. Sedangkan professional cameras sendiri adalah peralatan kamera yang memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi dan memang diperuntukkan bagi industri professional dengan jam terbang tinggi. Tentunya kamera jenis ini memiliki tingkat kualitas lebih tinggi dan harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan consumer dan prosumer cameras. Gambar 2.27 Handycam Sumber : www.google.com Kamera ENG Electronics News Gathering atau portable camera atau yang biasa kita kenal dengan kamera panggul adalah salah satu contoh kamera profesional. Dimana kamera ini tersusun dari beberapa bagian tubuh yang kompleks, antara lain seperti portable lens, camera head, view finder VF, video cassette recorder VCR, microphone, battery and housing, serta ultra light lampeye lamphand lamp . Dan juga EFP Electronics Field Production yang biasanya dipakai untuk produksi dalam ruangan, terutama dalam industri pertelevisian Millerson, 2009 : 12. Gambar 2.28 Dari kiri Kamera ENG dan Kamera EFP Sumber : www.google.com Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 42 Namun industri professional sekalipun cenderung mengikuti trend masa kini dengan beralih menggunakan consumer dan prosumer cameras. Dimana ada sebuah still image camera yang sering kita sebut dengan DSLR Digital Single- Lens Reflex , yang generasi terbarunya memiliki fitur perekaman video. Hal ini kembali dibenarkan oleh Rick Smith dan Kim Miller. Keunggulan lainnya dari kamera jenis ini adalah memiliki media penyimpanan yang cukup simple hanya dengan menggunakan memory card dengan kapasitas yang relatif cukup besar, bisa menggunakan cahaya yang sangat minim, dan kemampuannya menampilkan DOF Depth of Field yang baik bergantung dari jenis lensa yang digunakan. Kamera jenis ini relatif lebih praktis dibandingkan dengan kamera-kamera besar profesional. Gambar 2.29 Kamera DSLR Sumber : www.google.com Menurut Rick Smith dan Kim Miller, setidaknya kamera yang kita gunakan untuk produksi film atau video memiliki spesifikasi seperti berikut : 1. Memiliki external microphone input. 2. Memiliki kabel penghubung untuk headphone. 3. Memiliki pengaturan kontrol audio. 4. Memiliki kemampuan untuk manual fokus. 5. Memiliki pengaturan kontrol white balance. b Peralatan Audio Rick Smith dan Kim Miller mengemukakan sebuah hal, bahwa penonton akan lebih tertarik pada video yang memiliki gambar biasa-biasa saja atau tidak cukup baik tetapi suara yang sangat baik, dibandingkan dengan video yang memiliki kualitas gambar sangat baik tetapi suara yang dihasilkan tidak bisa dimengerti. Itulah mengapa mereka menyarankan kamera yang kita gunakan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 43 untuk produksi sebuah film atau video adalah kamera yang memiliki external microphone input . Secara garis besar ada empat jenis mikrofon yang bisa kita gunakan dalam merekam sebuah video atau film. Pertama adalah mikrofon jenis lavalier microphone . Mikrofon jenis ini sangat kecil, berbentuk klip yang bisa dijepitkan pada baju talent. Mikrofon jenis ini banyak kita temui pada pembawa acara televisi. Alat ini tidak akan nampak jelas karena dapat disembunyikan dalam baju, terkadang dijepitkan di bawah dasi atau pada bawah kerah baju. Lavalier microphone ini juga ada yang berbentuk wireless, ia bisa menangkap suara sang talent meskipun kamera sedang berada jauh dari talent. Gambar 2.30 Lavalier Microphone dan Penggunaannya Sumber : www.google.com Adapula mikrofon jenis shotgun microphone, dalam bahasa dunia perfilman biasa disebut mikrofon boom. Mikrofon jenis ini bentuknya panjang dan menjulur ke bawah, dan juga memiliki tangkai yang panjang. Tangkai inilah yang nantinya akan dipegang oleh seorang boom man. Guna tangkai panjang seperti ini agar mikrofon ini tetap bisa merekam suara dari atas talent tanpa harus masuk dalam pengambilan gambar kamera. Keunggulan mikrofon ini juga bisa merekam suara-suara di sekitar sang talent dan juga bisa mengikuti gerak talent kemanapun dia pergi. Gambar 2.31 Shotgun Microphone dan Penggunaannya Sumber : www.google.com Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 44 Sedangkan hand-held microphone adalah jenis mikrofon genggam yang sudah umum kita jumpai sejak dahulu. Jenis ini tegolong paling tua diantara semua jenis mikrofon. Biasanya mikrofon jenis ini digunakan seorang reporter untuk mewawancarai seseorang di lapangan. Hand-held microphone yang mereka gunakan juga bisa digunakan sebagai pengenalan identitas dari televisi mana mereka berasal. Gambar 2.32 Handheld Microphone dan Penggunaannya Sumber : www.google.com Terakhir adalah head worn microphone. Mikrofon jenis ini hampir sama penggunaannya dengan lavalier microphone. Hanya saja bentuknya yang berbeda. Mikrofon ini berbentuk kecil memanjang, satu ujung di tempelkan pada telinga seperti headset sedangkan ujung lainnya mengarah ke dekat mulut untuk merekam apa yang disampaikan penggunanya. Mikrofon ini lebih fleksibel dan sangat cocok untuk seseorang yang ingin mendemonstrasikan teknik membuat sesuatu. Membebaskan penggunanya untuk melakukan gerakan-gerakan tangan dan tubuh tanpa takut terganggu suaranya. Gambar 2.33 Headworn Microphone dan Penggunaannya Sumber : www.google.com Pemilihan jenis mikrofon yang sesuai untuk proses produksi kita tentunya harus didasari pengetahuan yang baik tentang kelebihan dan kelemahan masing- Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 45 masing jenis mikrofon tersebut. Disesuaikan juga dengan penggunaannya untuk apa Smith Miller, 2013 : 101. c Stabilization Gear Seringkali seorang kameraman terlalu nyaman dengan hand-held kameranya sehingga hampir keseluruhan proses shooting selalu menggunakan hand-held kamera. Memang teknik ini sering dipakai oleh kameraman agar perpindahannya lebih fleksibel dan praktis tanpa harus menggunakan alat. Tetapi menurut Rick Smith dan Kim Miller, jika hal ini terus menerus dilakukan, maka hasil gambar yang diperoleh akan terlihat tidak profesional sebagaimana mestinya. Solusi agar gambar yang kita peroleh terlihat profesional adalah dengan menggunakan stabilization gear. Tripod, monopod, grip adalah contoh alat-alat stabilization gear yang bisa kita gunakan sebagai penunjang produksi film atau video. Tripod dan monopod adalah sebuah tangkai yang mempunyai kaki-kaki penyangga untuk menahan dan membuat kamera stabil. Bedanya, tripod memiliki tiga kaki, sedangkan monopod hanya memiliki satu kaki saja. Penggunaannya pun berbeda. Kebanyakan monopod digunakan untuk memudahkan perpindahan kamera dari satu tempat ke tempat lainnya. Sedangkan tripod biasanya digunakan untuk pengambilan gambar yang lama dan tetap. Gambar 2.34 Monopod dan Penggunaannya Sumber : www.google.com Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 46 Gambar 2.35 Tripod Sumber : www.google.com Sedangkan grip adalah alat pendukung gerakan kamera agar hasil shooting sesuai dengan konsep fotografi yang telah direncanakan. Grip bisa berupa dolly track, yaitu semacam kereta tempat kamera dan kameramannya bisa bergerak maju dan mundur. Ini akan menimbulkan efek mendekat dan menjauhi objek yang diambil. Adapula grip yang berupa dolly crane, yaitu lengan raksasa tempat kamera diletakkan dan bisa digerakkan ke atas dan ke bawah juga ke kanan dan ke kiri. Untuk mengoperasikan alat ini biasanya dibutuhkan dua orang karena memang bentuknya yang sangat besar dan berat Smith Miller, 2013 : 103. Gambar 2.36 Dolly Track dan Penggunaannya Sumber : www.google.com Gambar 2.37 Dolly Crane Sumber : www.google.com Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 47 Gambar 2.38 Slider Sumber : www.google.com d Lighting Kamera sangat membutuhkan cahaya, apalagi jika ia digunakan dalam tempat yang gelap atau tidak cukup cahaya. Seringkali jika kita mengambil gambar pada malam hari atau di ruangan tertutup yang minim cahaya, maka kita akan mendapati hasil gambar kita berbintik-bintik kecil putih seperti semut. Biasanya disebut dengan noise. Noise inilah yang akan membuat kualitas gambar kita buruk dan terlihat tidak profesional. Kamera tidak mempunyai kemampuan untuk men-render detail dalam keadaan sangat gelap dan sangat terang dalam waktu bersamaan menjadi tingkatan yang dapat mata kita lihat. Ini dinamakan dynamic range. Dengan memberikan cahaya lampu ke dalam area yang gelap, sekalipun ada cahaya matahari, kita bisa mendapatkan gambar yang lebih lembut dan dramatis.Jadi kamera tidak akan bekerja terlalu keras untuk bisa mengambil gambar dalam area yang gelap. Ada beberapa lampu yang bisa kita gunakan untuk membantu kamera menghasilkan gambar yang berkualitas. Tetapi yang lebih sering dipakai adalah lampu-lampu LED Light-Emitting Diode karena lampu jenis ini lebih kuat dan mampu menghasilkan cahaya yang lebih baik. Gambar 2.39 Lampu LED Sumber : www.google.com Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 48 Agar lampu bisa membantu memberikan pencahayaan secara menyeluruh pada area yang gelap, kita juga harus menyediakan reflector. Reflector berfungsi sebagai cermin pemantul cahaya, agar cahaya tidak memancar langsung ke objek. Karena jika cahaya lampu memancar langsung pada objek, maka hasilnya bisa terlalu terangover light. Tapi jika menggunakan reflector maka cahaya itu bisa menjadi lebih lembut serta area-area lain bisa diterangi karena fungsi reflector itu juga memendarkan cahaya agar lebih luas pencapaiannya Smith Miller, 2013 : 104. Gambar 2.40 Reflector dan Penggunaannya Sumber : www.google.com 2 Teknik Pengambilan Gambar Setelah semua peralatan shooting yang kita butuhkan telah tersedia, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah memulai proses produksi. Di dalam proses produksi, dimana kita harus mengambil gambar sesuai scene-scene yang kita buat, kita juga harus mengetahui bagaimana cara mengambil gambar yang baik dan sesuai dengan scene tersebut. a White Balance Control Sebelum merekam gambar, terlebih dulu seorang kameraman harus melakukan pengaturan pada white balance control yang bisa dilakukan dengan metode kertas putih. Tujuannya untuk membuat lensa kamera bisa beradaptasi dengan kondisi area saat itu. Karena setiap area memiliki tingkat kepekaan cahaya, warna cuaca dan tekstur yang pasti berbeda Baskin, 2006 : 116. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 49 Gambar 2.41 White Balance Control Membuat Gambar Lebih Cerah Sumber : www.google.com b Basic Shot Setelah mengatur tingkat warna yang sesuai, giliran menentukan komposisi objek yang sesuai dalam frame kamera. Kita harus bisa memutuskan jenis shot apa yang sesuai scene tersebut. Apakah wide shot, medium shot ataukah close-up shot . Wide shot memperlihatkan pada penonton apa saja yang ada di belakang objek utama, segala bentuk lingkungannya akan diperlihatkan. Hal ini akan memberikan informasi lebih banyak tentang area tersebut. Kebanyakan wide shot digunakan pada teknik pengambilan gambar yang berlatar pemandangan alam. Wide shot akan lebih maksimal jika kita menggunakan wide lens pada lensa kamera. Gambar yang dihasilkan akan mencapai sudut yang lebih lebar yang tidak bisa dicapai lensa jenis lain. Wide shot juga ada beberapa macam yaitu extreme wide shot dan very wide shot. Extreme wide shot menampilkan objek yang sangat jauh dari jangkauan kamera sehingga tidak terlihat. Very wide shot menampilkan objek yang terlihat sangat kecil sekali, hampir tidak terlihat, tetap dengan latar lingkungan disekitarnya. Gambar 2.42 Dari kiri Wide Shot, Extreme Wide Shot, Very Wide Shot Sumber : PDF Direktorat Pembinaan SMK 2008 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 50 Sedangkan medium shot akan memperlihatkan gambar dimana objek utama hanya terlihat separuh badan. Terlihat lebih dekat dan jelas tapi juga tidak terlalu dekat. Batas frame bagian atas dengan kepala hanya diberi sedikit jarak. Tetapi juga tidak boleh memotong bagian atas kepala. Jika kita menggunakan jenis shot ini, kita bisa mengkomposisikan objek lebih ke kiri atau lebih ke kanan. Gambar 2.43 Medium Shot Sumber : PDF Direktorat Pembinaan SMK 2008 Close-up shot biasanya digunakan untuk memperjelas dan menjadikan suatu objek sebagai point of view penonton, agar penonton bisa memperhatikan dengan seksama pada objek yang kita tuju. Close-up shot yang biasanya menampilkan wajah full pada frame dinamakan big close-up. Jika big close-up didekatkan lagi pada objek hingga hanya menampilkan bagian-bagian tertentu dari objek tersebut seperti mata, hidung atau telinga saja, dinamakan extreme close-up. Extreme close-up ada dua jenis, yaitu cut in dan cutaway. Cut in adalah yang jenis extreme close up dimana frame mengambil potongan-potongan gerakan objek, seperti tangan yang sedang bergerak atau kaki yang sedang melangkah.. Sedangkan cutaway adalah pengambilan gambar objek lain diluar objek utama, yang pada saat itu memang ada di sekitar objek utama. Contohnya seperti saat objek utama sedang berbicara di depan kamera, kucingnya sedang mengendus- endus kakinya. Kucing inilah objek lain yang bisa dijadikan cutaway Baskin, 2006 : 125. Gambar 2.44 Dari kiri Close Up, Big Close Up, Extreme Close Up Sumber : PDF Direktorat Pembinaan SMK 2008 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 51 Gambar 2.45 Dari kiri Cutaway dan Cut In Sumber : PDF Direktorat Pembinaan SMK 2008 c Focusing Hal yang sering terlupakan namun sebenarnya sangat penting adalah bagaimana kita menentukan fokus yang sesuai pada scene yang akan kita ambil. Karena ketika kita memutar ring focus pada lensa, kita akan menambah kemampuan lensa untuk menghasilkan gambar yang lebih tajam pada objek yang dituju. Agar kamaeraman juga bisa melakukan zoom in – zoom out untuk mendapatkan variasi gambar yang diinginkan. Jika kameraman belum melakukan focusing , bisa dipastikan gambar akan menjadi blur atau out of focus saat melakukan zoomin. Baskin, 2006 : 117. Gambar 2.46 Zoom Manual Sumber : www.google.com Ketika kita melakukan focusing, kita juga bisa menentukan depth of field DOF pada objek yang kita tuju. Depth of field adalah jarak fokus area antara yang terdekat dan yang terjauh. Apakah kita akan memfokuskan objek utama dan membuat blur pada backgroundnya, atau sebaliknya. Depth of field juga dipengaruhi oleh lensa yang kita gunakan. Dengan memberikan aperture f-stops, depth of field bisa ditambah ataupun dikurangi. Semakin besar nomor f-stop yang kita gunakan, semakin besar pula depth of field yang dihasilkan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 52 Gambar 2.47 Contoh Depth of Field Sumber : www.google.com d Title Safe and Action Safe Zones Seringkali kita lupa saat mengambil gambar tidak memperhatikan dengan jeli batas-batas frame yang aman. Padahal salah satu kegunaan viewfinder atau monitor adalah agar kita bisa memastikan gambar yang akan kita ambil sudah tepat atau belum. Kesalahan biasanya terjadi atas ketidaksengajaan sesuatu yang tidak kita lihat dengan seksama. Kadang ada beberapa hal yang luput dari pantauan kita saat merekam, misalnya shoutgun mic yang tidak sengaja masuk dalam frame. Inilah mengapa kita butuh untuk mempelajari seberapa akurat viewfinder kita. Apalagi jika kita hendak merekam gambar untuk pertelevisian, maka penting untuk memperhatikan aspek title safe and action safe zones. Agar nantinya saat proses editing kita tidak bingung menempatkan judul, logo dan aspek-aspek lain yang penting untuk sebuah acara televisi. Itulah mengapa kebanyakan kamera dan semua sistem edit memperlihatkan guides atau garis-garis batas aman area. Gambar 2.48 Title Safe and Action Safe Zones Sumber : www.google.com Title safe zones adalah area di dalam gambar dimana grafis dan judul harus diperlihatkan tanpa memotong apapun setting televisi atau monitor. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 53 Sedangkan action safe zones adalah batas area aman yang masih tersisa untuk kelanjutan gambar yang kita ambil. Area ini memmungkinkan untuk diperlihatkan di kamera, tergantung kamera apa yang kita gunakan Smith Miller, 2013 : 111. e Camera Angle Pengambilan gambar juga akan monoton jika kita tidak bisa mengetahui angle yang tepat untuk scene yang kita ambil. Ada banyak angle yang bisa kita gunakan dan kita pelajari sesuai kebutuhan scene kita. Kita harus bisa berpikir sebagai penonton, sehingga kita tahu apa yang ingin dilihat mata peonton. Setiap komposisi, angle, dan posisi yang kita ambil adalah tempat dimana kita secara visual meletakkan penonton. Kita harus punya alasan mengapa kita meletakkan penonton di posisi tersebut. Angle pertama yang bisa kita gunakan adalah eye-level point of view, dimana kita menempatkan mata penonton sejajar dengan objek utama yang dituju. Tampilan ini membuat penonton merasa sedang berada di samping objek utama dalam scene dan melihat langsung. Sudut seperti ini memnag terbilang standart dan tidak mengandung kesan tertentu, tetapi kita juga harus memperlihatkan komposisi Baskin, 2006 : 121. Gambar 2.49 Eye Level Sumber : www.google.com Sudut lain yang hampir sama dengan eye-level tetapi memberikan efek yang sangat jauh berbeda adalah frog eye. Dimana kita meletakkan mata penonton sebagai penglihatan seekor katak yang melihat objek utama dari dasar. Kamera ditempatkan sejajar dengan dasar akas kedudukan objek atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari dasar alas kedudukan objek. Efek yang ditimbulkan tampilan ini adalah objek yang terlihat sangat besar dan terkadang juga memberikan efek yang mengerikan dan penuh misteri. Biasanya sudut ini digunakan untuk pengambilan dalam film monster atau sejenisnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 54 Gambar 2.50 Frog Eye Sumber : www.google.com Selanjutnya ada high angle, dimana kita meletakkan mata penonton sebagai orang yang melihat objek yang kita tuju dari atas. Di sini kameraman memang berada di atas objek utama dan posisi kamera turun ke bawah. Efek ini bisa menimbulkan objek utama terlihat kecil, lemah, sendiri dan tak berdaya. Contoh high angle yang bisa digunakan adalah mengambil gambar pengemis yang sedang meminta-minta di jalan. Bentuk lain dari high angle yang lebih ekstrem adalah bird’s eye. Dimana dalam tampilan ini kita meletakkan mata penonton jauh di atas objek utama. Efek yang ditimbulkan adalah lingkungan sekitar objek utama yang sangat luas tetapi kita melihatnya sebagai benda-benda kecil yang berserakan. Sudut pengambilan gambar ini biasanya menggunakan helicam atau helikopter sungguhan atau dengan menaiki gedung bertingkat dan merekamnya dari atas atap gedung. Sudut ini banyak sekali digunakan film hollywood, dimana biasanya mereka memperlihatkan rumah-rumah penduduk dan gedung-gedung bertingkat yang berdampingan Baskin, 2006 : 121. Gambar 2.51 Dari kiri High Angle dan Bird’s Eye Angle Sumber : www.google.com Ada pula low angle, teknik ini adalah kebalikan dari high angle. Kita meletakkan kamera di bawah objek utama, memperlihatkan kesan bahwa objek utama memiliki andil besar dan mendominasi. Sudut ini juga bisa kita gunakan sebagai point of view dari mata penonton dan memberikan efek penonton sedang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 55 terancam atau sedang bersembunyi. Tetapi sudut ini juga bisa memberikan kesan bahwa objek utama berwibawa. Seperti kesan yang kita dapatkan saat kita menonton film superhero Baskin, 2006 : 123. Gambar 2.52 Low Angle Sumber : www.google.com Kita harus menggunakan angles dengan seksama. Angles yang tidak biasa akan menimbulkan efek yang menarik, tetapi kita perlu alasan kuat mengapa menggunakannnya. Sesuaikan dengan konteks yang diperlukan dalam scene. f Basic Camera Moves Untuk membuat gambar tidak monoton kita juga perlu melakukan beberapa variasi perpindahan. Entah apakah kamera yang bergerak ataukah objek yang bergerak. Secara umum ada beberapa basic camera moves yang bisa kita lakukan sebagai salah stau teknik pengambilan gambar. Pertama ada zoom in zoom out mendekat dan menjauh, dimana kamera tidak akan bergerak tetapi hanya lensa yang kita putar sehingga seakan- akan mendekati atau menjauhi objek. Fasilitas zooming pasti ada di semua kamera. Hanya saja cara menggunakannya mungkin berbeda. Biasanya jika kita menggunakan kamera DSLR, fasilitas zoom ada pada lensa. Tetapi jika kita menggunakan kamera panggul atau kamera televisi, maka zooming bisa kita lakukan dengan menekan tombol di badan kamera. Zooming biasanya tidak digunakan dalam film karena hitungan scene-nya perdetik Baskin, 2006 : 129. Selanjutnya ada panning, dimana kamera bergerak dari kiri ke kanan ataupun sebaliknya. Dalam panning tidak ada pergerakan ke atas atau ke bawah. Biasanya penggunaan panning ditunjang dengan tripod agar hasil pengambilannya terlihat lebih lembut dan bagus. Pan left adalah sebutan untuk perpindahan kamera dari kanan ke kiri, sedangakn pan right adalah sebutan untuk perpindahan kamera dari kiri ke kanan. Kameraman tidak boleh melakukan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 56 panning terlalu cepat atau terlalu lambat. Setiap objek yang kita ambil diberi patokan 3-5 detik. Patokan ini berdasarkan psikologi penglihatan, bahwa kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi suatu objek membutuhkan waktu minimal 3 detik. Jika kurang dari itu maka orang akan sulit mengenali objek yang dilihatnya Baskin, 2006 : 131. Jika kita pernah melihat film atau acara televisi, dimana ada sebuah scene yang diambil dari atas ke bawah ataupun sebaliknya, itu dinamakan tilting. Kamera bergerak ke atas maupun ke bawah tanpa mengubah posisi horisontalnya. Teknik tilting dari bawah ke atas disebut tilt up sedangkan teknik tilting dari atas ke bawah disebut tilt down. Teknik ini biasanya juga dipakai untuk menunjukkan objek utama secara perlahan secara bagian per bagian hingga muncul secara utuh Baskin, 2006 : 131. Gambar 2.53 Teknik Tilting Up Sumber : www.google.com Gerakan kamera yang lain ada follow, dimana kamera secara nyata mengikuti gerakan objek yang dituju. Biasanya teknik ini dilakukan dengan hand held camera atau dengan menggunakan monopod. Tetapi cara paling mudah tentunya dengan menggunakan hand held camera. Kameraman televisi biasanya melakukan teknik ini dengan memanggul kamera di bahunya. Gambar 2.54 Teknik Hand Held Kamera Sumber : www.google.com Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 57 Ada pula teknik yang hampir serupa dengan zooming tetapi caranya dan efek yang ditimbulkan berbeda, yaitu teknik tracking or dolly. Jika zooming bisa dilakukan dengan hanya menekan tombol pada kamera atau memutar lensa, maka teknik tracking harus menggunakan alat khusus untuk melakukannya. Seperti yang telah perancang sebutkan sebelumnya pada jenis perlatan shooting, alat untuk melakukan tracking ini disebut dengan dolly track. Kamera akan benar- benar berpindah tempat dan bergerak maju mundur, bukan hanya dengan menekan tombol. Efeknya pun akan lebih bagus dan nyata karena penonton dibuat seolah- olah memang berjalan mendekati ataupun menjauhi objek utama. Dolly track harus menggunakna rel khusus agar bisa berjalan stagnan. Pengambilan gambar tidak perlu terlalu lama, hanya beberapa detik saja sudah membuat efektivitas yang baik pada kualitas gambar yang dihasilkan. Jika kita ingin menggunakan teknik tracking ini tetapi ingin alat yang lebih minimalis dan praktis, maka slider adalah solusinya. Kamera DSLR sangat mendukung penggunaan slider. Slider secara fisik berbentuk jauh lebih kecil dibandingkan dengan dolly track. Hanya berupa dua buah tangkai besi yang nantinya berguna sebagai rel, dan juga papan pengunci kamera sebagai tempat kamera berpijak Smith Miller, 2013 : 112. Kebanyakan gerak perpindahan kamera adalah kombinasi dari basic camera moves . Kim Miller dan Rick Smith memberikan saran terbaik untuk tidak terlalu sering menggunakan perpindahan pada kamera sesering mungkin. Dan hanya melakukan itu untuk beberapa konteks pengambilan gambar yang memungkinkan. g Lighting Ada lagi yang perlu diperhatikan dalam teknik pengambilan gambar untuk video ataupun film. Cahaya adalah salah satu hal penting yang perlu kita perhatikan. Cahaya yang yang dominan pada seseorang atau objek disebut dengan key light . Jika di luar ruangan kita memiliki cahaya matahri, tetapi jika di dalam ruangan kita harus memiliki cahaya yang cukup. Biasanya diletakkan 45 derajat dari objek yang dituju. Ketinggiannya bergantung dari bagaimana kita ingin gambar tersebut terlihat. Untuk orang tua Rick Smith dan Kim Miller Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 58 menyarankan untuk membuat cahaya yang lebih rendah, hal ini dilakukan untuk mengurangi kriput pada wajahnya. Fill light biasanya menggunakan cahaya dari langit atau awan secara natural jika digunakan untuk outdoor. Hanya membutuhkan sedikit cahaya tidak seperti key light. Berbeda dengan back light, cahaya datang dari arah belakang objek. Bisa diletakkan di atas atau di tengah-tengah tubuh objek yang dituju. Cahaya ini akan menimbulkan efek siluet dan biasanya juga disebut hair light atau shoulder ligh . Smith Miller, 2013 : 115. Gambar 2.55 Dari kiri Fill Light, Key Light, Back Light Sumber : www.google.com Berbeda dengan key light, fill light, dan back light; top light adalah cahaya yang langsung datang dari atas. Keadaan ini cukup sulit apalagi kita sedang mengambil gambar di luar ruangan saat siang hari yang terik. Sebisa mungkin harus dihindari. Tetapi jika tidak memungkinkan, kita bisa mengakalinya dengan mencari ranting pohon untuk memberikan shade dan mengurangi cahaya yang terlalu terik. Cahaya langsung dari matahari ini juga bisa menimbulkan hard light, dimana efek yang diciptakan adalah terbentuknya bayangan yang tajam dan garis-garis wajah yang terlihat sangat jelas. Gambar 2.56 Top Light Sumber : www.google.com Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 59 Jika kita ingin menimbulkan efek cahaya yang lebih lembut, kita bisa menggunakan teknik soft light dimana cahaya datang dari segala penjuru. Soft light yang natural dan berasal dari alam bisa kita gunakan dari cahaya matahari yang tidak terlalu terik atau kabut di hari yang mendung. Atau jika kita berada di dalam ruangan kita bisa menggunakan softbox yang bisa memendarkan cahaya dan memberikan bayangan yang lembut Smith Miller, 2013 : 114. Gambar 2.57 Harsh LightHard Light dan Soft Light Sumber : www.google.com Sedikit banyak cahaya memiliki peranan penting dalam teknik mengambil gambar. Setidaknya ketujuh standart teknik pengambilan gambar ini harus kita kuasai dan pahami agar nantinya di lapangan kita tidak melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang bisa berakibat fatal pada hasil akhir video atau film yang kita buat.

c. Pasca produksi