6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Conceptual Understanding Prosedures CUPs
1. Metode Conceptual Understanding Prosedures CUPs.
Menurut Gunstone dalam Made, 2009 : 51, Conceptual Understanding Prosedures CUPs merupakan suatu metode
pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan keterampilan proses ilmiah pada peserta didik. Conceptual Understanding Prosedures
CUPs telah dikembangkan dalam fisika tetapi dapat juga dirancang untuk pembelajaran-pembelajaran lain seperti kimia, matematika dan
biologi. Conceptual Understanding Prosedures CUPs adalah salah satu metode pembelajaran dari pengembangan pembelajaran kooperatif
cooperative learning. Salah satu gagasan dari cooperative learning belajar kelompok yaitu interaksi pribadi di antara para siswa dan
interaksi antar guru dan siswa dengan membangun pengetahuan bersama. Dengan belajar kelompok, siswa dilatih dan dibiasakan untuk
saling membantu dan bertanggung jawab, belajar dan berlatih berinteraksi sosialisasi sesama temannya, berbagi pengalaman dan
pengetahuan, belajar
melakukan dan
mengkomunikasikan, berkompetensi menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Conceptual Understanding Prosedures CUPs berlandaskan pada pendekatan konstruktivisme yang didasari pada kepercayaan bahwa
peserta didik mengkonstruksi pemahaman konsep dengan memperluas atau memodifikasi pengetahuan yang sudah ada. Prosedur yang
diketengahkan meliputi kegiatan pembelajaran individu, diskusi kelompok dan diskusi kelas.
2. Langkah-langkah Metode Conceptual Understanding Prosedures
CUPs
a. Peserta didik dihadapkan pada suatu masalah fisika untuk
dipecahkan secara individu. b.
Peserta didik dikelompokan, tiap kelompok tiga orang peserta didik triplet dengan beragam kemampuan tinggi-menengah-
rendah berdasarkan kategori yang dibuat guru. Dalam pembagiaan kelompok, seorang peserta didik laki-laki harus
selalu ada dalam tiap kelompok. Jika kelas tidak dapat dikelompokan per tiga peserta didik triplet, maka disusun
keseluruhan kelas menjadi triplet dan sisanya digabungkan ke triplet yang telah ada.
c. Setelah peserta didik dikelompokan, kemudian tiap kelompok
mendiskusikan permasalahan yang sama dengan permasalahan yang harus dipecahkan oleh kelompok lain. Dalam pelaksanaan
diskusi kelompok guru mengelilingi kelas untuk mengklarifikasi hal-hal yang berkenaan dengan masalah bila diperlukan, namun
guru tidak terlibat lebih jauh dalam diskusi.
d. Diskusi kelas. Dalam tahapan ini hasil diskusi kelompok di
tempel pajang didepan kelas, kemudian seluruh peserta didik disuruh duduk dekat pajangan jawaban membentuk U sehingga
semua peserta didik dapat melihat seluruh jawaban secara jelas. Kemudian guru melihat persamaan dan perbedaan jawaban
peserta didik, atau mungkin terdapat sejumlah jawaban yang sama. Diskusi kelas dapat dimulai dengan memilih satu jawaban
yang jawabannya dianggap mewakili seluruh jawaban yang ada. Guru kemudian bertanya kepada anggota kelompok yang
jawabannya diambil untuk menjelaskan jawaban yang mereka buat. Jawaban kelompok triplet yang berbeda dengan jawaban
triplet yang dipilih guru kemudian diberikan juga kesempatan untuk menjelaskan jawabanya. Berdasarkan jawaban yang
berbeda tersebut, peserta didik disuruh untuk menentukan argumentasi tersendiri sehingga dicapai kesepakatan yang
dianggap sebagai jawaban akhir peserta didik. Dalam hal ini peserta didik benar-benar dituntut untuk berfikir sehingga guru
harus memperhatikan waktu tunggu sebelum mengajukan pertanyaan lanjutan.
Di akhir diskusi guru harus dapat melihat bahwa tiap peserta didik benar-benar menyadari memegang jawaban yang telah
disetujui. Bila peserta didik tidak dapat mencapai kesepakatan, maka guru bisa saja menyimpulkan hasil diskusi, serta
meyakinkan peserta didik bahwa kesimpulan ini dapat diterima dan kelak akan dipecahkan pada pertemuan selanjutnya.
3. Alasan Menggunakan Metode Conceptual Understanding