mendefinisikan DSS sebagai sistem yang dapat diperluas untuk mampu mendukung analisis dan ad hoc dan pemodelan keputusan, berorientasi
terhadap perencanaan masa depan, dan digunakan pada interval yang tidak reguler dan tak terencana.
Bonczek, dkk., 1980 mendefinisikan DSS sebagai sistem berbasis komputer yang terdiri dari tiga komponen yang saling berinteraksi: sistem
bahasa mekanisme untuk memberikan komunikasi antara pengguna dan komponen DSS lain, sistem pengetahuan repositori pengetahuan domain
masalah yang ada pada DSS entah sebagai data atau sebagai prosedur, dan sistem pemrosesan masalah hubungan antara dua komponen lainnya, terdiri
dari satu atau lebih kapabilitas manipulasi masalah umum yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Konsep-konsep yang diberikan oleh definisi
tersebut sangat penting untuk memahami hubungan antara DSS dan pengetahuan.
Keen 1980 menerapkan istilah DSS “untuk situasi di mana sistem ‘final’ dapat dikembangkan hanya melalui suatu proses pembelajaran dan
evolusi yang adaptif.” Jadi, ia mendefinisikan DSS sebagai suatu produk dari proses pengembangan di mana pengguna DSS, pembangun DSS, dan
DSS itu sendiri mempu memengaruhi satu dengan yang lainnya, dan menghasilkan evolusi sistem dan pola-pola penggunaan.
2.3. Multi-Attribute Decision Making
2.3.1. Multiple Criteria Decision making MCDM
Menurut Kusumadewi, dkk 2004 Multiple Criteria Decision Making MCDM adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan
alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran-ukuran, aturan-aturan atau
standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan tujuannya, MCDM dapat dibagi menjadi 2 model Zimmermann, 1991:
Multi Attribute Decision Making MADM; dan Multi Objective Decision
Making MODM. Seringkali MCDM dan MADM digunakan untuk
menerangkan kelas atau kategori yang sama. MADM digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam ruang diskret. Oleh karena itu,
pada MADM biasanya digunakan untuk melakukan penilaian atau seleksi terhadap beberapa alternatif dalam jumlah yang terbatas. Sedangkan
MODM digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah pada ruang kontinyu seperti permasalahan pada pemrograman matematis. Secara
umum dapat dikatakan bahwa, MADM menyelesaikan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif, sedangkan MODM merancang altenatif terbaik.
Perbedaan mendasar terlihat pada Tabel 2.2 Yoon, 1981.
Tabel 2.2 Perbedaan antara MADM dan MODM. Dimensi
MADM MODM
Kriteria didefinisikan oleh Atribut
Tujuan Tujuan
Implisit Eksplisit
Atribut Eksplisit
Implisit Alternatif
Diskret, dalam
jumlah terbatas Kontinu, dalam
jumlah tak terbatas
Kegunaan Seleksi
Desain
2.3.2. Metode Penyelesaian Masalah MADM dengan Simple Additvice
Weighting SAW
Metode SAW sering juga dikenal istilah metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot
dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut Fishburn, 1976 MacCrimmon, 1968. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi
matriks keputusan X ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.
= {
���
ℎ
�
ℎ …… 2.15
dimana adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternative A, pada atribut ; i = 1, 2, ..., m dan j = 1, 2, ..., n. Nilai preferensi untuk setiap
alterntifV
i
diberikan sebagai: = ∑
=
……………............… 2.16 Nilai V
i
yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternative A
i
lebih terpilih.
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Penelitian
Berdasarkan permasalah yang dihadapi oleh Paduan Suara Mahasiswa Cantus Firmus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah dijelaskan
pada bagian latar belakang, penelitian ini diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan
permasalah tersebut adalah menggunakan kombinasi algoritma Logika Kabur dan Multi Attributes Decision Making MADM. Tujuan menggunakan
Logika Kabur adalah untuk menangani masalah-masalah kekaburan seperti hasil tes wawancara, sedangkan MADM digunakan untuk mendapatkan calon
anggota terbaik dari kandidat yang tersedia.
Sebelum adanya sistem yang akan dibuat ini, PSM Cantus Firmus melakukan pemilihan calon anggota dengan mengadakan rapat yang cukup
memakan waktu lama. Segala keputusan yang diambil adalah berdasarkan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh penguji. Dengan adanya
sistem ini diharapkan keputusan yang diambil akan dapat mewakili keputusan yang diambil oleh penguji calon anggota baru.
Hasil skor masing-masing aspek penilaian saat seleksi akan menjadi input untuk diproses menggunakan logika kabur dan juga MADM, kemudian
hasil akhir yang didapat adalah siapa saja yang diterima atau tidak di Unit Kegiatan Mahasiswa PSM Cantus Firmus.
3.2. Data
3.2.1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari panitia Penerimaan Anggota Baru PSM Cantus Firmus 2015. Data yang
didapat merupakan data hasil seleksi anggota baru PSM Cantus Firmus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI