7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Logika Kabur
2.1.1. Variabel Linguistik
Menurut Frans Susilo, SJ 2006, suatu variabel adalah suatu lambang atau kata yang menunjuk kepada sesuatu yang tidak tertentu dalam semesta
wacananya. Misalnya dalam kalimat: “Mahasiswa itu lulus dengan pujian”, kata “mahasiswa” adalah suatu variabel karena menunjuk kepada orang
yang tidak tertentu dalam semesta wacananya yaitu himpunan manusia. Demikian pula dalam proposisi: “x habis dibagi 2”, lambang “x” adalah
suatu variabel dengan semesta wacana himpunan bilangan-bilangan. Suatu variabel dapat diganti oleh unsur-unsur dalam semesta wacananya, misalnya
variabel “mahasiswa” dapat diganti dengan “Anton”, dan variabel “x” dapat diganti dengan bilangan 4. Kata “Anton” dan lambang “4” menunjuk pada
unsur yang tertentu pada masing-masing semesta wacananya, dan disebut
konstanta
.
Kalau semesta wacananya adalah himpunan bilangan-bilangan, maka variabelnya disebut variabel numeris; sedangkan kalau semesta wacananya
adalah himpunan kata-kata atau istilah-istilah dari bahasa sehari-hari misalnya: tinggi, cepat, muda, dst, maka variabelnya disebut variabel
linguistik . Susilo, 2006
2.1.2. Pengubah Linguistik
Menurut Frans Susilo, SJ, 2006 dalam bukunya “Himpunan dan Logika Kabur serta aplikasinya”, Pengubah linguistik linguistic
hedgemodifier adalah suatu kata yang dipergunakan untuk mengubah
suatu kataistilah menjadi kataistilah yang baru dengan makna yang baru pula. Dua pengubah linguistik yang paling sering dipakai adalah “sangat”
dan “agak”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jika suatu istilah A dikaitkan dengan himpunan kabur à dalam semesta X, maka istilah “sangat A” dikaitkan dengan himpunan kabur
konsentrasi dari Ã, dengan lambang Konà dan fungsi keanggotaan
�
� Ã
= �
Ã
……………….......2.1 untuk setiap ∈ , sedangkan istilah “agak A” dikaitkan dengan
himpunan kabur dilasi dari Ã, dengan lambang Dilà dan fungsi keanggotaan
�
Ã
= �
Ã
………………....... 2.2 untuk setiap ∈ .
2.1.3. Proposisi Kabur