Pembagian dividen yang paling sering dilakukan adalah dalam bentuk uang. Para pemegang saham akan menerima dividen sebesar tarif per lembar dikalikan
jumlah lembar yang dimiliki.
2.
Dividen yang berbentuk aktiva selain kas dan saham sendiri Dividen yang dibagikan kadang–kadang tidak berbentuk uang tunai, tetapi berupa
aktiva seperti saham perusahaan lain atau barang–barang hasil produksi perusahaan yang membagikan dividen tersebut. Pemegang saham yang menerima
dividen seperti ini mencatat dalam bukunya dengan jumlah sebesar harga pasar yang diterimanya.
3. Dividen saham stock dividen Penerimaan dividen dalam bentuk saham dari perusahaan yang membagi
saham disebut dividen saham. Saham yang diterima berbentuk saham yang sama dengan yang dimiliki atau saham jenis yang lain.
2.1.4. Kebijakan Dividen
Menurut Sartono 2001: 281 “kebijakan dividen adalah keputusan apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen
atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang”. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka
akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan
laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Menurut Husnan dan Pudjiastuti 2006: 334 pendapat tentang dividen
dikelompokkan menjadi 3 tiga, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Dividen dibagi sebesar–besarnya
Argumentasi pendapat ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh dividen yang dibayarkan. Argumentasi ini mempunyai kesalahan dalam hal bahwa
peningkatan pembayaran dividen hanya dimungkinkan apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan juga meningkat. Perusahaan tidak bisa membagikan
dividen yang makin besar apabila laba yang diperoleh tidak meningkat. Memang benar kalau perusahaan mampu meningkatkan pembayaran dividen
karena peningkatan laba, harga saham akan naik. Harga saham tersebut disebabkan karena kenaikan laba dan bukan kenaikan pembayaran dividen.
2. Dividen tidak relevan Mereka yang menganut pendapat ini mengatakan bahwa perusahaan bisa saja
membagikan dividen yang banyak ataupun sedikit, asalkan dimungkinkan menutup kekurangan dana dari sumber ekstern, jadi yang penting adalah apakah
investasi yang tersedia diharapkan akan memberikan NPV yang positif, tidak peduli apakah dana yang dipergunakan untuk membiayai berasal dari dalam
perusahaan menahan laba ataukah dari luar perusahaan menerbitkan saham baru. Dampak pilihan keputusan tersebut sama saja bagi kekayaan pemodal,
atau keputusan dividen adalah tidak relevan the irrelevant of dividend.
3. Dividen dibagikan sekecil–kecilnya
Penganut pendapat bahwa dividen seharusnya dibagikan sekecil – kecilnya, mengabaikan adanya biaya emisi floatation cost. Apabila perusahaan
menerbitkan saham baru, perusahaan akan menanggung berbagai biaya yang disebut sebagai floatation cost, seperti fee untuk underwriter, biaya
Universitas Sumatera Utara
notaris, akuntan, konsultan hukum, pendaftaran saham saham, dan sebagainya, yang berkisar antara 2 – 4 .
Kebijakan dividen adalah suatu kebijakan perusahaan sehubungan dengan membayar pendapatan sebagai dividen dibandingkan mempertahankan mereka untuk
reinvestasi di perusahaan Mgbame, 2011. Ini adalah pembagian keuntungan antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali dalam perusahaan. Dengan
demikian kebijakan dividen merupakan bagian penting dari jangka panjang strategi perusahaan pembiayaan.
Ada beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa
suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut Brigham dan Houston, 2001:
1. Teori irelevansi dividen dividend irrelevance theory Merton Miller dan Franco Modigliani 1961 berpendapat, nilai suatu
perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividend payout ratio, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak EBIT dan resiko perusahaannya.
Jadi menurut Miller dan Modigliani, dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang
saham. Menurut Miller dan Modigliani, kenaikan nilai perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan atau earning
power dari asset perusahaan. Pernyataan Miller dan Modigliani ini didasarkan pada beberapa asumsi
penting yang lemah seperti:
Universitas Sumatera Utara
a. Pasar modal sempurna dimana para investor rasional b. Tidak ada biaya emisi saham jika perusahaan menerbitkan saham baru.
c. Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan perusahaan. d. Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individu.
2. Teori ”bird-in-the-hand” bird in the hand theory Menurut Keown 2000,611 kepercayaan bahwa pendapatan dividen
mempunyai nilai lebih tinggi bagi investor daripada pendapatan modal. Sedangkan menurut Litner 1962 mengemukakan bahwa para pemegang
saham lebih suka kalau keuntungan dibagikan dalam bentuk dividen dari pada retained earning. Alasan mereka adalah pembayaran dividen merupakan
penerimaan yang pasti disbanding dengan capital gain. Mereka mengkiaskan bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung di udara.
Teori inilah yang kemudian disebut sebagai bird in the hand theory. 3. Teori Preferensi Pajak tax preference theory
Apabila dividen dikenakan pajak dengan jumlah yang lebih tinggi dari pada pajak atas capital gain, pemodal menginginkan agar dividen tersebut dibagikan dalam
jumlah kecil dengan maksud untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Menurut Atmajaya, 1994 faktor yang mempengaruhi dalam menetukan kebijakan dividen, antara lain:
1. Perjanjian hutang, pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan
kreditor membatasi pembayaran dividen. 2.
Pembatasan dari saham preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.
Universitas Sumatera Utara
3. Tersedianya kas, dividen berupa uang tunai hanya dapat dibayar jika tersedia uang
tunai yang cukup. 4.
Pengendalian, jika manajemen ingin mempertahankan control terhadap perusahaan, ia cenderung menjual saham baru. Akibat dividen yang dibayarkan
kecil. 5.
Kebutuhan dana untuk investasi, perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang
menguntungkan. 6.
Fluktuasi laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relative besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika
laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi dividen sebaiknya kecil agar kestabilan terjaga.
Dividend Payout Ratio DPR merupakan rasio antara antara dividend per share dengan earning per share. Dividend Payout Ratio mencerminkan kebijakan
dividen dari manajemen mengenai besarnya dividen yang harus dibagikan kepada pemegang saham.
Ada dua prediksi dari teori pecking order Chang, 2009:
1. Internal keuangan yang pertama kali digunakan untuk melakukan investasi sebelum
pembayaran dividen. Dengan demikian, investasi diperkirakan memiliki pengaruh negatif terhadap pembayaran dividen.
2. Investasi akan dikorbankan atau ditunda karena keuangan internal yang telah
digunakan untuk membayar dividen. Oleh karena itu, pembayaran dividen memiliki pengaruh negatif terhadap investasi. Prediksi ini disempurnakan menjadi prediksi
diuji bahwa ada interaksi negatif antara dividend payout ratio dan investasi.
Menurut Sartono 2001:292, faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen ada lima, yaitu:
1. Kebutuhan dana perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus diperhatikan.
2. Likuiditas perusahaan.
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan, maka semakin besar
posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
3. Kemampuan meminjam
Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan memiliki kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula.
4. Keadaan pemegang saham
Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain, maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menahan
laba untuk investasi yang profitable. 5.
Stabilitas dividen Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend
payout ratio yang tinggi. Menurut Twaijry 2008 faktor penentu paling penting dalam strategi dividen
adalah: 1.
Pola dividen masa lalu. 2.
Stabilitas pendapatan. 3.
Laba saat ini dan masa yang akan datang.
2.1.5. Current Ratio CR