Latar Belakang Peningkatan peran pemuda dalam pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, serta lautan seluas 5,8 juta km 2 yang merupakan 70 dari seluruh wilayahnya. Sejak dulu, kekayaan sumberdaya pesisir dan lautan khususnya ikan, telah menjadi sumber makanan serta protein hewani utama bagi rakyat Indonesia. Sekitar 5 juta orang menggantungkan kehidupan ekonomi keluarganya dengan bekerja sebagai nelayan. Di daerah pesisir, selain sebagai nelayan, banyak penduduk yang bekerja sebagai pembudidaya ikan. Demikian juga ada yang bekerja sebagai pengolah dan pemasar ikan dan produk perikanan. Terutama di pulau-pulau kecil, pekerjaan pada bidang perikanan cenderung sebagai satu- satunya alternatif. Bila ukuran keluarga rata-rata 4 orang maka diperkirakan sedikitnya 20 juta penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada perikanan DKP 2003. Namun pemanfaatan sumberdaya kelautan tidak terbatas pada perikanan Dahuri 2003. Kegiatan lain yang mengandalkan sumberdaya kelautan adalah pertambangan, industri jasa transportasi, perhubungan, komunikasi, pariwisata, dan perdagangan. Akan tetapi tidak seperti sektor perikanan yang termasuk di dalamnya kegiatan penangkapan ikan, budidaya, pengolahan, dan pemasaran hasil perikanan, sektor-sektor selain perikanan ini tidak begitu banyak melibatkan penduduk Indonesia, terutama yang ada di pesisir dan kepulauan. Di pulau-pulau kecil di perbatasan negara, perikanan pada umumnya adalah satu-satunya mata pencaharian. Karena itu pula maka biasanya usaha perikanan, utamanya penangkapan, budidaya, pengolahan dan pemasaran menjadi tumpuan ekonomi keluarga. Hanya sejak dasawarsa terakhir, sumberdaya kelautan dan perikanan mulai diperhatikan baik oleh pemerintah, pemerintah daerah, serta swasta sebagai salah satu sumberdaya ekonomi. Hal ini mulai terjadi setelah sumberdaya alam lainnya sudah berkurang karena eksploitasi dan kerusakan lingkungan. Secara nasional memang kontribusi sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai satu sektor ekonomi tidak dilaporkan secara eksplisit. Untuk bidang perikanan sendiri yang difokuskan hanya pada kegiatan produksi primer, sumbangannya terhadap Pendapatan Domestik Bruto PDB sekitar 2. Pangsa sumbangan bidang perikanan primer ini memang tidak beranjak selama 25 tahun terakhir, meskipun secara absolut nilainya meningkat. Bila dipertimbangkan dengan kegiatan industri pengolahan dan pemasaran hasil perikanan maka sumbangan ini semakin besar. Dahuri 2003 mengemukakan bahwa sumbangan sektor kelautan dan perikanan secara keseluruhan mencakup bidang perikanan dan bidang-bidang lain yaitu sekitar 20,06 PDB pada tahun 1998. Sedangkan khusus sub sektor perikanan pada tahun 2004 menyumbang 15,0 terhadap PDB sektor pertanian berdasarkan ha rga konstan tahun 2000 BPS 2006. Dengan adanya perubahan dan perkembangan pembangunan ekonomi di berbagai daerah yang menitikberatkan pada bidang perikanan, maka mungkin saja presentasi sumbangan ini sudah makin besar. Di China dan Korea, sumbangan sektor kelautan dan perikanan terhadap PDB masing- masing negara yaitu 48,4 dan 54,0. Membandingkan Korea dan China di satu sisi dan Indonesia di sisi lain, maka bisa dikemukakan bahwa potensi sumberdaya alam kelautan dan perikanan Indonesia yang lebih besar belum sebanding dengan kontribusi yang disumbangkannya. Dengan kata lain, sumberdaya kelautan dan perikanan yang tersedia dan telah diberikan Tuhan ini belum dimanfaatkan dengan baik bagi pembangunan ekonomi bangsa dan negara. Di beberapa daerah, utamanya provinsi dan kabupaten dengan basis kepulauan, sektor kelautan dan perikanan memang memberikan sumbangan pembangunan yang lebih besar dibandingkan secara nasional. Namun demikian, aktivitas ekonomi di daerah masih juga terbatas pada industri perikanan primer yaitu penangkapan ikan. Industri pengolahan dan pemasaran belum banyak dikembangkan, apalagi bidang pembangunan kelautan lainnya. Sejak diberlakukannya rezim otonomi daerah desentralisasi, beberapa pemerintah daerah provinsi dan kabupaten telah memproklamirkan daerahnya sebagai provinsi atau kabupaten kepulauan atau maritim. Itu berarti di daerah-daerah tersebut, pembangunan kelautan dan perikanan khususnya pemanfaatan sumberdaya alam hayati perairan menjadi tumpuan pembangunan ekonomi. Secara ekonomi makro, pembangunan kelautan dan perikanan selain memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional juga menyediakan dan menyerap lapangan kerja, menyumbangkan devisa, serta memicu dan mendorong pembangunan pulau-pulau terpencil. Secara politik, pembangunan kelautan dan perikanan merupakan wujud dari pembangunan negara Indonesia dalam bingkai negara kesatuan. Tujuan pembangunan sektor kelautan dan perikanan adalah 1 menjadi salah satu mesin pertumbuhan yang mendorong dan menarik pertumbuhan sektor lain, 2 menyediakan ikan sebagai sumber pangan sehat bagi penduduk melalui peningkatan konsumsi ikan per kapita, 3 menyediakan lapangan kerja dan sebagai pendapatan penduduk dalam rangka pengentasan kemiskinan, 4 meraih lebih banyak devisa melalui peningkatan ekspor dan pengendalian impor, serta 5 mewujudkan laut sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam hal kelautan dan perikanan sebagai sektor basis yang menarik dan mendorong sektor lain, hal tersebut hanya bisa diwujudkan melalui pembangunan industri hulu dan hilir. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan memiliki dampak ekonomi bagi sektor lain. Berdasarkan tabel Input-Output tahun 2000, dari 172 sektor KLUI Kelompok Lapangan Usaha Indonesia, paling sedikit terdapat 57 dan 30 KLUI yang masing- masing dapat digolongkan ke dalam sektor perikanan dan kelautan Nikijuluw 2005. Dengan demikian pilihan pemerintah untuk membangun sektor kelautan dan perikanan sama artinya dengan menggerakkan sektor lain yang saling memiliki keterkaitan. Dengan sumberdaya alam kelautan dan perikanan yang dimiliki dan dikelola oleh hampir seluruh provinsi serta lebih dari 400 kabupatenkota maka membangun sektor kelautan dan perikanan bisa dipandang sebagai upaya membangun perekonomian daerah. Sebagai sumber pangan, konsumsi ikan nasional adalah sekitar 20 kg per kapita, meskipun beberapa daerah sudah mencapai lebih dari 40 kg per kapita. Target konsumsi ikan rata-rata nasional adalah 32,3 kg. Dalam hal penyediaan lapangan kerja, sektor kelautan dan perikanan diharapkan dapat menampung sekitar 21 juta jiwa penduduk pesisir pada saat ini. Ekspor bersih hasil perikanan diharapkan terus meningkat dari posisi 1,9 milyar pada tahun 2005 menjadi 4,0 milyar pada tahun 2009 DKP 2006. Tujuan dan target ini memang hanya bisa dicapai melalui pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan, diikuti dengan pengembangan industri terkait khususnya industri pengolahan dan pemasaran yang merubah bahan mentah menjadi bahan jadi, siap konsumsi. Tujuan dan target ini juga akan dicapai bila adanya sumberdaya manusia yang ahli dan terampil, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan sistem manajemen pengelolaan, serta yang terutama yaitu adanya iklim investasi yang memfasilitasi swasta nasional dan asing untuk berusaha dengan sebaik-baiknya. Membangun sektor kelautan dan perikanan adalah pilihan di antara sektor- sektor ekonomi lainnya. Sumberdaya alam Indonesia yang bervariasi yang terdiri dari laut dan daratan membuka peluang berusaha dan berbisnis di berbagai bidang ekonomi. Sejak zaman penjajahan, pembangunan perkebunan menjadi perhatian utama, ditandai dengan dibangunnya perkebunan negara. Pada zaman Orde Lama dan Orde Baru, pembangunan pertanian tanaman pangan dalam rangka menyediakan pangan bagi penduduk menjadi tumpuan. Pada zaman Orde Baru pula, sumberdaya hutan, minyak, dan tambang dieksploitasi untuk dijual sebagai sumber devisa negara. Proses pembangunan yang terjadi ini di satu sisi mengakibatkan sumberdaya alam mengalami deplesi dan kerusakan. Di sisi lain, hal ini mengakibatkan sumberdaya kelautan tidak diperhatikan, dan yang tinggal saat ini yaitu sumberdaya alam di daratan yang sudah makin menipis, sementara di laut masih terlambat atau belum dimanfaatkan dan dieksploitasi. Karena itu, membangun sektor kelautan dan perikanan pada saat ini adalah momentum yang sangat baik untuk menggerakkan pembangunan ekonomi. Selain pertimbangan sumberdaya dan alasan-alasan internal, permintaan dunia akan ikan juga merupakan alasan kuat yang menarik pembangunan kelautan dan perikanan Indonesia. Sumberdaya ikan dunia yang cenderung deplesi di satu sisi, sementara di sisi lain permintaan ikan yang meningkat membuat kelangkaan akan ikan terjadi. Kelangkaan ini membuat industri perikanan dunia mencari daerah baru, negara baru, dan peluang baru untuk berinvestasi dalam rangka memenuhi kebutuhan jurang kelangkaan yang cenderung melebar. Karena Indonesia merupakan salah satu sumber ikan dunia, disebut dengan serengetis sumberdaya ikan dunia, maka menggerakkan pembangunan kelautan dan perikanan untuk tujuan pemenuhan pasar internasional ini adalah salah satu alternatif pembangunan Nikijuluw 2005. Berikut ini adalah justifikasi pembangunan kelautan dan perikanan pada spektrum nasional maupun daerah: 1. Ketersediaan sumberdaya alam, baik sumberdaya hayati maupun non-hayati, baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui. 2. Banyak sektor pembangunan ekonomi yang dapat digolongkan sebagai sektor kelautan dan perikanan, berdasarkan jenis usaha ekonomi masyarakat. 3. Keterkaitan antara sektor kelautan dan perikanan dengan sektor-sektor lainnya yang erat atau tinggi yang berarti membangun sektor kelautan dan perikanan akan memiliki dampak pada sektor lain. 4. Adanya kontribusi PDB perikanan yang cukup signifikan secara nasional maupun daerah provinsi, kabupaten, kota. 5. Adanya permintaan ikan secara nasional dan internasional yang tinggi yang merupakan daya tarik untuk membangun industri perikanan.

1.2 Perumusan Masalah