dalam paket-paket deregulasi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menarik investasi didalam memenuhi kebutuhan sumber-sumber pembiayaan pembangunan.
Sementara itu, rencana PMA yang disetujui pemerintah adalah nilai investasi proyek baru, perluasan, dan alih status, yang terdiri atas saham peserta Indonesia.
2.2.4. Investasi Dalam Negeri
Investasi Dalam Negeri biasa dikenal dengan istilah Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN adalah bentuk upaya menambah modal untuk
pembangunan melalui investor dalam negeri. Modal dari dalam negeri ini bisa didapat baik itu dari pihak swasta ataupun dari pemerintah.
Kebijakan tentang rencana PMDN ditetapkan oleh pemerintah melalui UU No 6 Tahun 1968, kemudian disempurnakan dengan diberlakukannya UU No. 12
Tahun 1970. Rencana PMDN yang disetujui pemerintah adalah nilai investasi baru, perluasan, dan alih status, yang terdiri atas modal sendiri dan modal
pinjaman. Jumlah kumulatif rencana PMDN adalah jumlah seluruh rencana PMDN yang disetujui pemerintah sejak tahun 1968 dengan memperhitungkan
pembatalan, perluasan, perubahan, penggabungan, pencabutan, dan pengalihan status dari PMDN ke PMA atau sebaliknya.
2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi
Penanam-penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan mereka tetapi untuk mencari keuntungan. Dengan demikian,
banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam
menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha Sukirno, 1994.
Terdapat beberapa faktor lain yang akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan
tingkat investasi adalah: 1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis investasi yang kelihatannya
mempunyai prospek yang baik dan dapat dilaksanakan, dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang
diperlukan. Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar daripada nilai
sekarang modal yang diinvestasikan Sukirno, 1994. Bila suatu investasi diramalkan akan mengalami peningkatan tingkat keuntungan maka pada dasarnya
investasi tersebut akan mengalami peningkatan. 2. Tingkat bunga.
Dalam melakukan investasi para investor harus mempertimbangkan tingkat bunga. Apabila tingkat bunga lebih tinggi dari tingkat pengembalian
modal, investasi yang direncanakan tidak menguntungkan, oleh sebab itu rencana perusahaan untuk melakukan investasi akan dibatalkan. Kegiatan investasi hanya
akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan tingkat bunga Sukirno, 1994. Semakin tinggi tingkat bunga maka tingkat
investasi yang dilakukan akan mengalami penurunan. Sedangkan ketika suku bunga mengalami penurunan, investasi akan mengalami peningkatan.
Gambar 2.2. Tingkat Bunga dan Tingkat Investasi
Sumber: Sukirno 1994
3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan. Perusahaan-perusahaan yang sangat besar melakukan kegiatan investasi
dalam waktu beberapa tahun. Oleh sebab itu, dalam menentukan apakah kegiatan- kegiatan yang akan dikembangkan itu akan memperoleh untung atau akan
menimbulkan kerugian, para pengusaha haruslah membuat ramalan-ramalan mengenai keadaan masa depan. Ramalan yang menunjukkan bahwa keadaan
perekonomian akan menjadi lebih baik lagi pada masa depan, yaitu diramalkan bahwa harga-harga akan tetap stabil dan pertumbuhan ekonomi maupun
pertambahan pendapatan masyarakat akan berkembang cepat, merupakan keadaan yang akan mendorong pertumbuhan investasi.
Semakin baik keadaan masa depan, semakin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh para pengusaha. Oleh sebab itu, mereka akan lebih terdorong
untuk melaksanakan investasi yang telah atau sedang dirumuskan dan direncanakan Sukirno, 1994.
I r
r
1
r
2
I I
1
I
2
Ti ng
kat bu
n g
a
Investasi yang dilakukan
4. Kemajuan teknologi. Pada umumnya semakin banyak perkembangan teknologi yang dibuat,
semakin banyak pula kegiatan pembaruan yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Untuk melaksanakan pembaruan-pembaruan, para pengusaha harus
membeli barang-barang modal yang baru, dan adakalanya juga harus mendirikan bangunan-bangunan pabrikindustri yang baru. Maka semakin banyak pembaruan
yang akan dilakukan, semakin tinggi tingkat investasi yang akan tercapai Sukirno, 1994.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
Gambar 2.3. Investasi Terpengaruh
Sumber: Sukirno 1994
Dalam analisis mengenai penentuan pendapatan nasional pada umumnya dianggap investasi yang dilakukan para pengusaha adalah berbentuk investasi
otonomi. Walau bagaimanapun, pengaruh pendapatan nasional kepada investasi tidak boleh diabaikan. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan
memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang-barang dan
jasa-jasa. Keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong I
I I
1
Y Y
1
In vestasi
Pendapatan nasional
dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan perkataan lain, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula Sukirno,
1994. 6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
Ketika perusahaan mengalami peningkatan keuntungan, pada umumnya keuntungan yang diperoleh tersebut akan disalurkan untuk meningkatkan
produksi. Dengan kata lain, akan meningkatkan investasi perusahaan tersebut. Adanya peningkatan keuntungan perusahaan membuat perusahaan berusaha untuk
lebih meningkatkan keuntungannya lagi di masa depan sehingga perusahaan meningkatkan tingkat investasinya guna mencapai tingkat keuntungan yang
diharapkan lebih besar. 7. Tingkat inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap investasi. Pada dasarnya, ketika terjadi inflasi maka harga-harga pada umumnya akan mengalami
kenaikan termasuk juga harga faktor-faktor produksi. Ketika harga-harga faktor produksi meningkat, perusahaan cenderung mengurangi investasinya. Selain itu,
inflasi menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga. Untuk menghindari kemerosotan nilai modal yang dipinjamkan maka institusi keuangan akan
menaikkan tingkat bunga. Semakin tinggi inflasi, semakin tinggi pula tingkat suku bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi kegairahan penanam modal
untuk mengembangkan sektor-sektor yang produktif Sukirno, 1994.
8. Tingkat upah Investasi dapat dipengaruhi oleh tingkat upah tenaga kerja. Ketika upah riil
mengalami penurunan maka tenaga kerja akan lebih murah. Upah riil yang rendah mendorong perusahaan menarik lebih banyak tenaga kerja. Dengan adanya tenaga
kerja tambahan ouput akan lebih banyak diproduksi Mankiw, 2000. Dengan semakin banyaknya output yang diproduksi maka tingkat keuntungan dapat
mengalami peningkatan sehingga perusahaan cenderung akan meningkatkan investasinya.
Dalam Salvatore 1997 dijelaskan bahwa para pengusaha Jepang belakangan ini merelokasikan atau memindahkan pusat-pusat produksi mobilnya
di berbagai negara, khususnya di kawasan Asia Timur dan kawasan Asia Tenggara karena tingginya biaya produksi, khususnya tenaga kerja, di Jepang
sendiri, sehingga menjadikan kegiatan produksi domestik di sektor tersebut menjadi relatif mahal sehingga kurang efisien.
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis