dengan variabel inflasi yang tidak signifikan. Banyaknya permasalahan yang muncul dalam model dengan variabel endogen total investasi menyebabkan
penelitian ini memisahkan variabel total investasi menjadi variabel PMDN dan PMA di Jawa Barat.
5.2.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PMDN di Jawa Barat
Untuk mendapatkan hasil estimasi model yang terbaik dalam model PMDN maka penelitian ini telah melakukan pengujian atas beberapa model. Hasil
pengujian model PMDN dengan variabel eksogen dummy, PDRB periode sebelumnya, suku bunga, dan upah minimum menghasilkan model dengan
permasalahan autokorelasi dan multikolinearitas serta variabel upah minimun yang tidak signifikan pada taraf nyata 10. Hasil pengujian model PMDN dengan
variabel eksogen PDRB, inflasi, upah minimum dan dummy menunjukkan bahwa masing-masing variabel tidak signifikan.
Hasil estimasi model PMDN yang terbaik adalah dengan menggunakan variabel eksogen dummy, PMDN periode sebelumnya, dan inflasi. Model yang
digunakan dalam analisis ini adalah: PMDN
t
= α
+ α
1
DUMMY
t
+ α
2
PMDN
t-1
+ α
3
INF 5.1 dimana:
PMDN = investasi PMDN riil Jawa Barat tahun dasar 2002 miliar
rupiah, DUMMY =
dummy sebelum dan sesudah otonomi daerah,
PMDN
t-1
= investasi PMDN riil Jawa Barat tahun dasar 2002 periode sebelumnya miliar rupiah,
INF = inflasi ,
t = periode waktu tahun.
Hasil estimasi model faktor-faktor yang mempengaruhi PMDN di Jawa Barat ditunjukkan melalui Tabel 5.8. Langkah pengujian selanjutnya adalah
melakukan berbagai macam pengujian terhadap parameter estimasi hasil regresi. Pengujian yang dilakukan adalah uji kesesuaian model terhadap dugaan
persamaan secara keseluruhan, uji dugaan model secara individu, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas.
Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 5.8, persamaan regresi linear berganda yang telah diuji memiliki nilai Adj.R Squared sebesar 0,8589. Nilai
Adj.R Squared bisa diartikan bahwa tingkat investasi PMDN dapat dijelaskan oleh
variabel eksogen di dalam persamaan sebesar 85,89 dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar persamaan sebesar 14,11.
Tabel 5.8. Hasil Estimasi Output Persamaan PMDN Variabel Koefisien
Std. Error t-Statistic Prob.
Konstanta -271,4938 106,9843
-2,5377 0,0520
Dummy 337,0632
116,7183 2,8878 0,0343
PMDN Periode Sebelumnya
2,7613 0,5454
5,0627 0,0039 Inflasi -11,9450
2,4788 -4,8189
0,0048 R-squared
0,9117 Mean dependent var 138,4056
Adjusted R-squared 0,8589 S.D. dependent var
161,8335 S.E. of regression
60,7823 Akaike info criterion 11,3536
Sum squared resid 18472,4100 Schwarz criterion
11,4412 Log likelihood
-47,0911 F-statistic 17,2373
Durbin-Watson stat 2,7517 ProbF-statistic
0,0046
Sumber: Lampiran 3
Pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi apakah semua variabel eksogen secara serentak berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen adalah
dengan melihat nilai probabilitas F-hitung menggunakan taraf nyata α = 0,05.
Persamaan tersebut memiliki probabilitas F-hitung lebih kecil dari nilai α maka
seluruh variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen secara serentak.
Pengujian autokorelasi dapat dilakukan melalui serial corelation LM test dengan menggunakan software Eviews 4.1. Nilai probability obsR-squared yang
dihasilkan serial corelation LM test pada model harus lebih besar dari taraf nyata yang digunakan agar model tersebut bebas dari masalah autokorelasi. Nilai
probability obsR-squared pada model persamaan adalah sebesar 0,0634. Nilai ini
lebih besar dari α = 0,05, yang artinya model persamaan yang digunakan dalam
penelitian ini tidak memiliki masalah autokorelasi. Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah variabel
pengganggu memiliki varians yang sama homoskedastisitas. Hal ini dapat diketahui melalui white heteroscrdasticity, dimana nilai probability obsR-
Squared pada model persamaan harus lebih besar dari taraf nyata yang digunakan.
Model persamaan ini memiliki nilai probability obsR-Squared sebesar 0,5530, yang artinya bernilai lebih besar dari taraf nyata
α = 0,05. Dapat diartikan bahwa model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini tidak memiliki masalah
heteroskedastisitas. Pengujian multikolinearitas dapat dilihat berdasarkan correlation matrix.
Apabila nilai mutlak korelasi antar variabel eksogen sebesar 0,8 atau lebih besar dari Adjusted R-squared maka terdapat multikolinearitas dalam model persamaan
tersebut. Model persamaan regresi ini tidak terdapat masalah multikolinearitas
antara variabel-variabel penjelas di dalamnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai output koefisien korelasi setiap variabel eksogennya, kecuali untuk variabel
PMDN periode sebelumnya dan variabel dummy yang menunjukkan korelasi sederhana dengan koefisien korelasi sebesar 0,8090. Koefisien korelasi kedua
peubah tersebut menunjukkan hubungan antara keduanya kuat dan terdapat korelasi positif yang tinggi antara keduanya. Korelasi antara variabel PMDN
tahun sebelumnya dan dummy ini bisa diabaikan. Hal ini dilakukan karena sesuai dengan Uji Klien yang menyebutkan bahwa masalah korelasi sederhana antara
variabel eksogen ini bisa diabaikan apabila nilai koefisien korelasinya lebih kecil dibanding nilai koefisien Adjusted R-squared. Nilai Adjusted R-squared yang
menunjukkan koefisien keragaman persamaan memperlihatkan nilai yang lebih tinggi daripada nilai koefisien korelasi dari variabel PMDN dan PMDN tahun
sebelumnya. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa model regresi ini bebas dari masalah multikolinearitas. Hasil yang didapatkan dari uji autokorelasi,
heteroskedastisitas, dan multikolinearitas menunjukkan bahwa model ini memiliki sifat BLUE Best Liniear Unbiassed Estimator atau penaksir tak bias linier
terbaik karena semua asumsi klasik dari OLS terpenuhi. Untuk menelaah hubungan variabel eksogen terhadap variabel endogen
dapat dilakukan uji-t dan melihat probabilitasnya dengan taraf nyata α = 0,05.
Berdasarkan uji parsial uji-t, semua variabel eksogen berpengaruh secara signifikan terhadap PMDN di Jawa Barat.
Nilai koefisien parameter variabel dummy intersep sebesar 337,0632, yang artinya apabila terjadi dummy pemberlakuan otonomi daerah menyebabkan
peningkatan PMDN di Jawa Barat sebesar 337,0632 satuan miliar rupiah, ceteris paribus
. Hasil estimasi model persamaan menunjukkan bahwa dummy berpengaruh positif secara signifikan terhadap investasi PMDN di Jawa Barat.
Hasil ini sesuai dengan kerangka pemikiran dan juga hipotesis. Kebijakan otonomi daerah mendorong para investor untuk meningkatkan investasinya karena
otonomi daerah mendorong kepercayaan para investor akan adanya peningkatan kualitas pelayanan dan kemudahan dalam pengurusan perizinan menanam modal.
Nilai koefisien parameter variabel PMDN tahun sebelumnya sebesar 2,7613, yang artinya apabila terjadi kenaikan satu satuan miliar rupiah jumlah
PMDN tahun sebelumnya menyebabkan peningkatan PMDN Jawa Barat sebesar 2,7613 satuan miliar rupiah, ceteris paribus. Hasil estimasi model persamaan
menunjukkan bahwa PMDN tahun sebelumnya berpengaruh positif secara signifikan terhadap PMDN di Jawa Barat. Hasil ini sesuai dengan kerangka
pemikiran dan juga hipotesis. Pada dasarnya, dalam melakukan investasi periode sekarang, seorang investor akan melihat hasil investasi pada periode sebelumnya.
Bila investasi pada periode sebelumnya mengalami peningkatan dan tingkat keuntungan yang tinggi maka akan ada kecenderungan untuk meningkatkan
jumlah investasi pada periode sekarang. Nilai koefisien parameter variabel inflasi sebesar -11,9450, yang artinya
apabila terjadi kenaikan satu persen tingkat inflasi menyebabkan penurunan PMDN Jawa Barat sebesar -11,9450 satuan miliar rupiah, ceteris paribus. Hasil
estimasi model persamaan menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap PMDN di Jawa Barat. Hasil ini sesuai dengan kerangka
pemikiran dan juga hipotesis. Inflasi mendorong adanya peningkatan harga-harga barang secara umum. Ketika inflasi terjadi, harga barang-barang produksi dan
juga upah mengalami peningkatan sehingga para investor menurunkan investasinya. Pernyataan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap investasi
didukung oleh penelitian yang dilakukan Siahaan 2005.
5.2.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PMA di Jawa Barat