Sejarah dan Perkembangan Jagung Di Indonesia Morfologi Jagung

4 Gambar 1. Bentuk jagung dari beberapa jenis jagung: kiri ke kanan: flint, dent, dan yellow flour. Anonim a , 2006 Menurut Suprapto 1992, jagung yang banyak yang ditanam di Indonesia adalah tipe mutiara flint dan setengah mutiara semiflint, seperti Jagung Arjuna mutiara, Jagung Harapan setengah mutiara, Pioneer-2 setengah mutiara, Hibrida C-1 setengah mutiara, dan lain- lain. Selain jagung tipe mutiara dan setengah mutiara, di Indonesia terdapat juga jagung tipe berondong pop corn, jagung gigi kuda dent corn , dan jagung manis sweet corn. Klasifikasi botani tanaman Jagung adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Keluarga : Grasminales Graminaeae Genus : Zea Spesies : Zea mays L

2. Sejarah dan Perkembangan Jagung Di Indonesia

Jagung dikenal oleh masyarakat Indonesia pada waktu awal abad ke 16 yang dibawa dari benua Amerika khususnya daerah tropis, oleh Portugis dan Spanyol berlayar melalui Eropa, India dan Cina. Sejak itulah 5 produksi jagung mengalami peningkatan sampai pertengahan abad 20 Sarono, Subiyanti dan Cherng-liang , 2001. Produksi jagung nasional meningkat setiap tahun, namun hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar 11 juta ton per tahun, sehingga masih mengimpor dalam jumlah besar yaitu hingga 1 juta ton Subandi et al., 2003. Sebagian besar kebutuhan jagung domestik untuk pakan atau industri pakan 57, sisanya sekitar 34 untuk pangan, dan 9 untuk kebutuhan industri lainnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi jagung nasional juga berpeluang besar untuk memasok sebagian pasar jagung dunia yang mencapai sekitar 80 juta ton per tahun Mejaya, Marsum dan Marcia, 2005. Di Indonesia, jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Kini dalam setahun luas areal panen jagung sekitar 3,3 juta ha. Hasil survei yang dilakukan tahun 1999, sekitar 80 dari areal pertanaman jagung di Indonesia ditanami varietas unggul yang terdiri atas jagung bersari bebas komposit dan hibrida masing-masing 56 dan 24, sedang sisanya 20 varietas lokal Mejaya et al., 2006. Pada tahun 2000, sekitar 75 dari areal pertanaman jagung di Indonesia telah ditanami varietas unggul terdiri atas 28 jenis hibrida dan 47 jenis komposit, sisanya 25 varietas komposit lokal Mejaya et al., 2006. Daerah-daerah di Indonesia yang menjadi penghasil utama tanaman jagung yaitu di pulau Jawa, Madura, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus untuk Jawa Timur dan Madura, tanaman jagung dibudidayakan cukup intensif karena selain tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman jagung, di daerah tersebut, jagung banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok Warisno, 1998.

3. Morfologi Jagung

Jagung tongkol lengkap terdiri dari kelobot, tongkol jagung, biji jagung, dan rambut. Kelobot merupakan kelopak atau daun buah yang berguna sebagai pembungkus dan pelindung biji jagung. Jumlah kelobot 6 dalam satu tongkol jagung pada umumnya 12-15 lembar. Semakin tua umur jagung, semakin kering kelobotnya. Tongkol jagung merupakan simpanan makanan untuk pertumbuhan biji jagung selama melekat pada tongkol. Panjang tongkol jagung bervariasi antara 8-12 cm Effendi dan Sulistiati, 1991. Pada umumnya satu tongkol jagung mengandung 300-600 biji jagung. Biji jagung berbentuk bulat dan melekat pada tongkol jagung. Susunan biji jagung pada tongkolnya berbentuk spiral. Biji jagung selalu terdapat berpasangan, sehingga jumlah baris atau deret biji selalu genap. Warna biji jagung bervariasi dari putih, kuning, merah, dan ungu sampai hitam. Rambut merupakan tangkai putik yang sangat panjang yang keluar ke ujung kelobot melalui sela-sela deret biji. Rambut mempunyai cabang- cabang yang halus, sehingga dapat menangkap tepung sari pada saat pembuahan Effendi dan Sulistiati, 1991.

4. Anatomi Biji Jagung