Sifat Fisis Hasil dan Pembahasan .1 Keasaman Bahan

47 sorghum tanpa perlakuan. Namun nilai PT masih lebih tinggi bila dibandingkan papan partikel dari KBJ tanpa campuran. Penggunaan bambu dan batang sorghum tanpa perlakuan perendaman dalam asam asetat belum mampu memperbaiki stabilisasi dimensi papan. Namun melalui perlakuan perendaman partikel bambu dalam asam asetat 1 selama 24 jam, mampu memperbaiki sifat papan partikel. Peningkatan nisbah partikel bambu yang ditambahkan pada partikel KBJ menyebabkan perbaikan nilai stabilisasi dimensi, meskipun pada penelitian ini nilai PT yang dihasilkan belum memenuhi standar. Penggunaan perekat UF sebagai perekat untuk penggunaan interior memiliki beberapa keterbatasan yang salah satunya adalah tidak tahan terhadap air. Bektas et al. 2005 mengemukakan bahwa persen PT dari panel tergantung pada beberapa faktor seperti jumlah kadar perekat dan penyebarannya, KA furnish, kompatibilitas furnish dan perekat, komposisi kimia dari furnish, dll. Hsu 1987 dalam Febrianto et al. 2010 menyatakan bahwa DSA dan PT papan terjadi akibat dari adanya sifat PT bahan penyusun dalam pembuatan papan, spring back akibat tegangan dalam yang dilepaskan pada saat pengkondisian papan, dan separasi furnish. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam Tabel 6.4, jenis partikel pencampur, nisbah campuran menghasilkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 99 untuk PT dan DSA. Interaksi antara jenis partikel pencampur dan nisbah campuran menghasilkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 95 untuk PT dan 99 untuk DSA. Berdasarkan uji duncan, campuran KBJ dan partikel bukan kayu pada nisbah 1000 berbeda nyata dengan 6040, 7030 dan 0100 untuk parameter PT papan. Sedangkan untuk DSA papan, campuran KBJ dan partikel bukan kayu pada nisbah 1000 berbeda nyata dengan 7030 dan 0100. Secara keseluruhan, PT papan yang dihasilkan belum memenuhi standar JIS A 5908 2003. Keragaan papan partikel hasil penelitian disajikan pada Gambar 6.2. Tabel 6.2 Sifat fisis papan partikel berdasarkan nisbah campuran KBJ dan partikel bukan kayu Jenis campuran Nisbah Krpt. g cm -3 KA PT DSA KBJ-asbambu 1000 0.67±0.05 8.69±0.82 23.85±0.04 87.01±6.60 7030 0.68±0.01 8.61±0.64 28.58±0.26 95.38±5.52 6040 0.73±0.03 9.07±0.36 25.10±1.24 74.39±4.52 5050 0.72±0.03 8.51±0.27 20.51±0.61 66.16±6.85 0100 0.72±0.05 9.14±0.79 13.49±0.08 52.60±3.62 KBJ-as sorghum 7030 0.68±0.03 8.45±0.69 32.84±1.46 104.00±12.28 6040 0.72±0.03 8.52±0.50 31.46±1.56 106.97±14.62 5050 0.74±0.01 8.57±0.48 28.99±0.92 102.94±3.61 0100 0.72±0.05 8.00±0.67 21.39±1.51 48.97±4.49 JIS A 5908-2003 0.5-0.9 4-13 Maks 12 - 48 Tabel 6.3 Sifat fisis papan partikel dari campuran KBJ dengan partikel bukan kayu pada nisbah campuran 7030 ww Jenis campuran Krpt. g cm -3 KA PT DSA KBJ-as 0.67±0.05 8.69±0.82 23.85±0.04 87.01±6.60 KBJ-asbambu 0.68±0.01 8.61±0.64 28.58±0.26 95.38±5.52 KBJ-asbambu-as 0.70±0.05 9.18±0.38 19.80±0.53 60.68±3.27 KBJ-assorghum 0.68±0.03 8.45±0.69 32.84±1.46 104.00±12.28 KBJ-assorghum-as 0.67±0.02 8.18±0.48 35.58±3.53 95.23±0.48 JIS A 5908-2003 0.5-0.9 4-13 Maks 12 - Tabel 6.4 Analisis sidik ragam sifat fisis papan partikel Sumber keragaman Kerapatan KA PT DSA Nilai F Sig Nilai F Sig Nilai F Sig Nilai F Sig Jenis I 0.04 Ns 3.27 ns 256.19 33.78 Nisbah camp II 2.89 Ns 0.26 ns 187.70 44.57 Interaksi I dan II 0.31 Ns 1.10 ns 5.00 9.12 ns tidak berbeda nyata; berbeda nyata pada selang kepercayaan 95; berbeda nyata pada selang kepercayaan 99 Gambar 6.2 Papan partikel hasil penelitian

6.3.3 Sifat Mekanis

Nilai rerata terendah dan tertinggi untuk MOE dan MOR papan berdasarkan nisbah KBJ yang dihasilkan dalam penelitian ini masing-masing sebesar 1006 dan 2139 N mm -2 serta 6.17 dan 16.45 N mm -2 Tabel 6.5. Nilai rerata terendah dan tertinggi untuk MOE dan MOR papan masing-masing sebesar 1006 dan 2041 N mm -2 serta 4.62 dan 13.74 N mm -2 Tabel 6.6. Pencampuran partikel bambu dan batang sorghum tanpa perlakuan perendaman dalam asam asetat mampu memperbaiki sifat bending MOE dan MOR dari papan yang dihasilkan. Campuran bambu menghasilkan nilai MOE dan MOR yang lebih baik dibandingkan dengan campuran batang sorghum. Hal ini disebabkan karena bambu memiliki keteguhan lentur yang lebih tinggi. Hasil penelitian Mohmod et al. 1990 menunjukkan bahwa nilai keteguhan lentur dari bambu dengan perekat UF mencapai 8000 N mm -2 . Nilai keteguhan lentur bambu ini lebih dari 4 kali lipat dibandingkan nilai keteguhan lentur bambu ketika dibuat papan partikel. Perlakuan perendaman partikel bambu dalam asam asetat 1 selama 24 jam telah berhasil memperbaiki nilai MOE dan MOR papan yang 49 sebelumnya 1300 N mm -2 menjadi 2040 N mm -2 sehingga nilai bending papan partikel yang dihasilkan berhasil memenuhi standar JIS A 5908 2003. Peningkatan nisbah campuran menghasilkan peningkatan nilai MOE dan MOR papan. Penggunaan material yang lebih kuat dapat menutup kelemahan dari material yang lemah. Papan partikel dengan campuran KBJ dengan bambu pada nisbah 6040 menghasilkan nilai MOE papan hampir 2 kali lipat dibandingkan dengan papan tanpa campuran. Akbulut 1995 dalam Nemli 2002 mengemukakan bahwa peningkatan shelling ratio memperbaiki sifat fisis dan mekanis papan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam Tabel 6.7, jenis partikel pencampur, nisbah campuran dan interaksi keduanya menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 99 untuk nilai MOE dan MOR. Berdasarkan hasil uji Duncan, MOE dan MOR papan partikel dari campuran KBJ dengan bambu dan batang sorghum berbeda nyata dengan papan partikel tanpa campuran. Berdasarkan nisbah campuran antara KBJ dan partikel bukan kayu, nisbah 1000 berbeda nyata dengan 5050, 6040, 7030 dan 0100 untuk MOE papan. Nisbah 1000 berbeda nyata dengan 7030 dan 0100 untuk MOR papan. Secara keseluruhan, Nilai MOR papan yang dihasilkan telah memenuhi standar JIS A 5908 2003. Sedangkan untuk nilai MOE papan yang memenuhi standar dihasilkan oleh papan yang dibuat dari campuran KBJ dengan partikel bambu yang diberi perlakuan perendaman dalam larutan asam asetat 1 selama 24 jam. Nilai rerata terendah dan tertinggi untuk IB papan yang dihasilkan dalam penelitian ini sebesar 0.16 dan 0.38 N mm -2 Tabel 6.5. Nilai rerata terendah dan tertinggi untuk IB papan yang dihasilkan sebesar 0.05 dan 0.32 N mm -2 Tabel 6.6. Pencampuran partikel bambu tanpa perlakuan perendaman dalam asam asetat mampu memperbaiki nilai IB dari papan yang dihasilkan. Campuran bambu menghasilkan nilai IB yang lebih baik dibandingkan dengan campuran batang sorghum. Perlakuan perendaman partikel bambu dalam asam asetat 1 selama 24 jam telah berhasil memperbaiki nilai IB papan yang sebelumnya 0.16 N mm -2 menjadi 0.32 N mm -2 , peningkatan nilai IB mencapai 100. Peningkatan ini disebabkan karena homogenitas partikel berdasarkan derajat keasamannya. Berdasarkan Tabel 6.1, nilai pH dari bambu sebesar 6.53. Setelah perlakuan perendaman dalam asam asetat nilai pH dari bambu mengalami penurunan menjadi 5.73 dimana nilai pH ini mendekati pH KBJ yang diberi perlakuan perendaman dalam asam asetat. Perekat UF merupakan perekat yang bekerja optimal pada kondisi asam. Hasil penelitian Nawawi et al. 2005 dan Malanit et al. 2009 menggambarkan bagaimana pengaruh keasaman suatu bahan terhadap kinerja dari perekat UF, nilai keteguhan rekat perekat UF akan semakin meningkat dengan meningkatknya sifat keasaman dari kayu adanya penurunan pH kayu. Peningkatan nisbah campuran menyebabkan terjadinya peningkatan nilai IB papan. Akbulut 1995 dalam Nemli 2002 mengemukakan bahwa peningkatan shelling ratio memperbaiki sifat fisis dan mekanis papan. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam Tabel 6.7, jenis partikel pencampur, nisbah campuran dan interaksi keduanya menunjukkan perbedaan yang nyata pada selang kepercayaam 99. Berdasarkan hasil uji Duncan, IB papan partikel dari campuran KBJ dengan bambu berbeda nyata dengan papan partikel dengan campuran batang sorghum dan papan