Biota dan tumbuhan laut Penyakit ice ice

0,090 ppm P-PO 4 apabila nitrogen dalam bentuk nitrat, sedangkan bila nitrogen dalam bentuk amonium batas tertinggi berkisar pada 1,78 ppm P-PO 4 Fritz, 1986. Fosfat dalam air baik terlarut maupun tersuspensi, keduanya berbentuk anorganik dan organik. Fosfat organik dalam laut umumnya berupa ion ortho asam fosfat H 3 PO 4 yang berkisar 10 fosfat anorganik berada dalam bentuk PO 4 3- dan 90 dalam bentuk HPO 4 2- . Sumber alami fosfat dalam perairan berasal dari erosi tanah, kotoran buangan hewan, lapukan tumbuhan, buangan industri, hanyutan pupuk, limbah domestik, hancuran bahan organik dan mineral-mineral fosfat Susana, 1989. Berdasarkan kadar ortofosfat, perairan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu perairan oligotrofik yang memliki kadar ortofosfat 0,003-0,01 mgl, perairan mesotrofik memiliki kadar ortofosfat 0,011-0,03 mgl dan perairan eutrofik memiliki kadar ortofosfat 0,031-0,1 mgl Vollenweider in Iksan 2005. Senyawa fosfat dalam perairan berasal dari sumber alami seperti erosi tanah, buangan hewan dan lapukan tumbuhan serta dari laut itu sendiri. Fosfat diabsorbsi oleh fitoplankton dan seterusnya masuk ke dalam rantai makanan. Dalam air laut, kadar rata-rata fosfat adalah sekitar 2ug at PO 4 -pl.

2.7 Biota dan tumbuhan laut

Komunitas alga laut merupakan tempat perlindungan dan rumah bagi ikan- ikan kecil, invertebrata, mamalia dan lainnya. Komunitas alga laut juga merupakan sumber makanan bagi biota laut. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunitas alga laut adalah organismehewan pemangsa dan adanya jenis-jenis alga laut yang lain. Persaingan untuk mendapatkan sinar matahari dan juga nutrien akan mempengaruhi keberadaannya dan pertumbuhan alga laut Hewan-hewan laut seperti molusca dan ikan dapat berpengaruh terhadap persporaan alga laut. Menurut Ruond 1980 in Kadi dan Atmadja 1988 molusca ’Limpet’ dan ’Litorina’ dapat memakan spora dan menghambat pertumbuhan muda alga laut.

2.8 Penyakit ice ice

Penyakit tanaman pada rumput laut pertama kali diketahui pada tahun 1974 di Filipina dengan gejala yang dilaporkan adanya bercak pada thallus yang terinfeksi selanjutnya berwarna putih dan mati kemudian hancur. Penyakit ini menyerang Eucheuma sp. Terutama disebabkan oleh adanya perubahan lingkungan arus, suhu, kecerahan dan lain-lain. Penyakit rumput laut ini terjadi di daerah-daerah dengan kecerahan tinggi dan dikenal sebagai ice ice dengan gejala timbulnya bercak-bercak pada thallus, lama kelamaan akan kehilangan warna sampai menjadi putih dan terputus Anonymous, 2005. Bila dikaitkan dengan penyakit tumbuhan, maka ice ice pada tanaman rumput laut terjadi karena infeksi mikroba pada saat tanaman menjadi rentan. Kondisi ini disebabkan karena adanya perubahan lingkungan yang ekstrem dan tidak dapat ditolerir, sehingga tanaman menjadi lemah atau tidak sehat. Rumput laut yang terkena penyakit ice ice ini sebelumnya disebabkan adanya gejala pertumbuhan yang lambat, permukaan thallus menjadi kasar dan pucat. Ice ice sering dikaitkan dengan pengaruh tekanan fisika-kimia perairan yang kurang dapat ditolerir oleh rumput laut, seperti peningkatan permeabilitas sel dikarenakan rendahnya laju pertumbuhan atau akibat reaksi fotosintesis yang sangat lambat Doty, 1973. Trono 1974 menemukan korelasi positif terjadinya penyakit ice ice dikarenakan keadaan lingkungan yang kurang mendukung, diantaranya air yang tenang atau pergerakan arusnya lemah. Uyenco et al., 1981 in Lundsor 2002 mengemukakan bahwa adanya korelasi positif antara ice ice terhadap konsentrasi fosfat pada rumput laut dan adanya korelasi positif antara ice ice dengan banyaknya jumlah epifit pada rumput laut. Namun belum jelas apakah epifit penyebab dari ice ice, atau rumput laut yang lemah hanya menjadi substrat bagi epifit tersebut. Sebagaimana tentang ”Aging effect” pada rumut laut yang ditandai dengan penurunan pertumbuhan persatuan waktu. Tanda-tanda ini nampak sebulan atau beberapa waktu setelah penanaman yang ditandai dengan cabang-cabang tanaman sedikit, keseluruhan tanaman menjadi pucat dan permukaan thallus menjadi besar. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka akan terjadi kekeroposan thallus sebagai ciri dari penyakit ice ice yang mengakibatkan kegagalan panen. Bercak putih ice ice merupakan penyakit yang timbul pada musim laut tenang dan arus lemah diikuti dengan musim panas yang dapat merusak areal tanaman sampai mencapai 60-80 dan lamanya 1-2 bulan Sulistijo dan Atmadja, 1996. Infeksi mikroba penyebab penyakit ice ice sudah menjalar pada lokasi perairan budidaya rumput laut yang dibudidayakan dipulau Pari, sehingga semua tanaman rumput laut yang dibudidayakan di pulau pari terkena penyakit ice ice dan menurunkan harga dipasaran. Terjadinya penyakit dipengaruhi oleh berkembangnya jenis rumput laut lain yang menempel atau epifit, ini didahului dengan rendahnya unsur hara di perairan karena dengan berkembangnya rumput laut jenis lain akan mengakibatkan penurunan unsur hara yang diperlukan oleh pertumbuhan Direktorat jenderal Perikanan, 2004. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat diterapkan untuk mengendalikan penyakit ice-ice tetapi untuk mengurangi kerugian, maka tanaman harus dipanen sesegera mungkin jika penyakit telah berjangkit. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memonitor adanya perubahan-perubahan lingkungan, terutama pada saat terjadinya perubahan lingkungan, disamping itu dilakukan penurunan posisi tanaman lebih dalam untuk mengurangi penetrasi cahaya sinar matahari. Penelitian terhadap bakteri yang menyebabkan penyakit pada Eucheuma cattonii ini pernah dilakukan oleh Laboratorium mikrobiologi P2O-LIPI dan hasilnya diduga ada 8 jenis bakteri tersebut yang menimbulkan penyakit ice-ice, namun patogenitas bakteri tersebut belum diketahui. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian uji patogenitas dari 8 jenis bakteri tersebut yang hasilnya menunjukkan hanya 5 bakteri yang dapat menimbulkan penyakit ice ice. Lima bakteri tersebut adalah Pseudomodas nigricaciens, Pseudomonas fluorescens, Vibrio granii, Bacillus cereus dan Vibrio agarliquefaciens. Sementara bakteri Pseudomonas gelatica, Pseudomonas icthyodermis dan Bacillus megaterium yang tidak memiliki patogenitas, sehingga tidak menyebabkan gejala penyakit ice ice . Hasil uji patogenitas terhadap kelima bakteri tersebut dilanjutkan dan ditemukan yang memiliki daya patogenitas tertinggi adalah Vibrio agarliquefaciens . Sampai sekarang belum ditemukan cara untuk membasmi penyakit ice ice, namun upaya yang dilakukan adalah berhenti menanam pada saat musim penyakit, sehingga dalam budidaya perlu pemantauan lingkungan perairan dan memperhatikan musim dimana budidaya harus dihentikan untuk sementara.

2.9 Predator pada rumput laut