6. PEMBAHASAN UMUM
a. Keanekaragaman Serangga Penyerbuk
Serangga penyerbuk pertanaman caisin didominasi oleh 3 spesies Hymenoptera, yaitu A. cerana, A. dorsata, dan Ceratina sp. Tujuh spesies
Hymenoptera penyerbuk lainnya ditemukan dengan kelimpahan rendah kurang dari 2. Disamping Hymenoptera, serangga penyerbuk yang mengunjungi bunga
caisin adalah Lepidoptera 6 spesies dengan kelimpahan masing-masing spesies kurang dari 1. Spesies lain yang ditemukan pada bunga caisin adalah Parnana
biguttata Coleoptera dan Syrphus balteatus Diptera dengan kelimpahan sekitar 2. Lebah merupakan penyerbuk utama pada berbagai spesies tanaman. Smith-
Ramirez 2005 melaporkan di savana tropik Venezuela, lebah merupakan penyerbuk dominan 38.6, diikuti oleh kupu 13.9, lalat 12.7, tabuan
wasp 10.8, dan burung, kumbang, dan kelelawar dengan total 3.1. Dalam penelitian ini ditemukan A. dorsata yang melakukan pencarian
pakan pada bunga pertanaman caisin. Lebah A. dorsata merupakan lebah sosial yang bersarang di dalam hutan dan lebah ini sering melakukan migrasi ke tempat
lain. Di lokasi penelitian, spesies ini ditemukan pada bulan Januari-Pebruari dan Maret 2006. Spesies tersebut tidak ditemukan pada pengamatan bulan April-Mei
2006. Di TN Gunung Halimun, A. dorsata ditemukan antara bulan Oktober-April Kahono, komunikasi pribadi. Ditemukannya A. dorsata pada pertanaman caisin
menunjukkan bahwa lahan pertanian di tepi hutan dikunjungi oleh serangga yang bersarang di dalam hutan. Hal ini menyebabkan keanekaragaman serangga di
lahan pertanian tepi hutan menjadi lebih tinggi. Spesies ini jarang ditemukan dilahan pertanian yang lokasinya jauh dari hutan.
Disamping A. dorsata, lebah sosial lain yang ditemukan pada pertanaman caisin adalah A. cerana. Tingginya kelimpahan lebah sosial dalam pengamatan ini
sejalan dengan hasil penelitian Klein et al. 2002 yang melaporkan bahwa kebanyakan lebah sosial ditemukan di dalam dan di pinggir hutan. Hal ini
disebabkan hutan merupakan habitat yang cocok untuk bersarang lebah madu dan stingless bees. Berbeda dengan lebah sosial, lebah soliter lebih menyukai habitat
102
yang lebih terbuka, yaitu di lahan pertanian dengan intensitas cahaya lebih tinggi dan kelembaban udara lebih rendah.
Kunjungan serangga penyerbuk pada pertanaman caisin banyak terjadi di pagi hari sekitar pukul 07.30-10.30 dengan puncak kunjungan terjadi pada pukul
08.30. Pada pengamatan pukul 11.30-14.30, kelimpahannya serangga penyerbuk makin menurun. Hal ini berkaitan dengan cuaca di lokasi pengamatan di siang
dan sore hari umumnya mendung, berkabut, atau hujan. Kunjungan serangga penyerbuk Trigona carbonaria: Apidae dan Leiopcoctus speculiferus:
Colletidae pada tanaman Persoonia virgata Proteaceae dilaporkan tinggi di pagi hari Wallace et al. 2002. Puncak kunjungan kedua spesies lebah tersebut
terjadi pukul 09-11.00. Berdasarkan indeks Shannon, keanekaragaman dan kemerataan serangga penyerbuk di pagi sampai sore hari makin meningkat.
Kesamaan spesies penyerbuk pada setiap pengamatan berkisar 50-90. Kunjungan serangga penyerbuk yang tinggi di pagi hari kemungkinan
berkaitan dengan reward didapatkan oleh serangga penyerbuk di pagi hari yang lebih besar dibandingkan siang atau sore hari. Bunga tanaman caisin mekar di
pagi dan bertahan sampai 3 hari Delaplane Mayer, 2000. Penelitian
menunjukkan tingginya kelimpahan serangga penyerbuk berkaitan dengan jumlah bunga sebagai sumber nutrisi.
Wesphal et al. 2006 melaporkan lahan dengan tanaman Phacelia sp. yang banyak berbunga mass-flowering menyediakan lebih
banyak sumberdaya, sehingga lebah dapat mengumpulkan lebih banyak nutrisi. Di lingkungan dengan sedikit sumberdaya, lebah memerlukan waktu lebih lama
dalam pencarian pakan. Lebah mampu mengingat memorise lokasi pencarian pakan yang terdapat banyak nutrisi, sehingga pencarian pakan selanjutkan hanya
diperlukan waktu yang singkat site and flower constancy. Disamping ketersediaan sumberdaya, kunjungan serangga penyerbuk juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Di lokasi penelitian, k ondisi cuaca di pagi
hari lebih optimum suhu berkisar 24.5-26.2
o
C, kelembaban udara 73.1-76.9, dan intensitas cahaya 2576-3574 lux yang mendukung serangga dalam
melakukan pencarian pakan. Kelimpahan serangga penyerbuk tinggi pada kisaran intensitas cahaya 5000-64100 lux, suhu udara 24-28
o
C, dan kelembaban udara 67- 103
85. Suhu udara minimum dan maksimum 22 dan 30
o
C di lokasi penelitian masih dalam kisaran suhu efektif bagi lebah. Amano et al., 2000 melaporkan
suhu efektif bagi A. mellifera, A. cerana japonica, dan T. carbonaria masing- masing berkisar 16-37, 15-36, dan 17-39
o
C. Pada saat terbang, suhu thoraks bumblebees dipertahankan pada suhu antara 35-45
o
C. Pada suhu udara 24
o
C, bumblebees hanya memerlukan waktu sekitar 1 menit untuk menaikkan suhu
tubuhnya menjadi 37
o
C Barth, 1991. Kemampuan lebah madu dalam mengatur suhu koloni menjadikan lebah mampu bertahan hidup dalam kisaran iklim luas.
Beberapa cara dilakukan lebah untuk mempertahankan suhu di dalam sarang berkisar antara 33-35
o
C, antara lain dengan fanning dan evaporasi air jika suhu udara panas, atau membentuk kelompok cluster jika suhu udara turun
Gojmerac, 1980; Barth, 1991.
b. Perilaku Kunjungan Lebah Penyerbuk