Kelimpahan Serangga Penyerbuk dalam Kaitannya dengan Faktor Lingkungan

d. Kelimpahan Serangga Penyerbuk dalam Kaitannya dengan Faktor Lingkungan

Di lokasi penelitian, suhu udara berkisar antara 22-30 o C, intensitas cahaya antara 5000-64100 lux, dan kelembaban udara antara 58-91. Intensitas cahaya paling tinggi 64100 lux terjadi pada pukul 10.30, suhu udara tertinggi 30 o C terjadi pada pukul 11.30, dan kelembaban tertinggi 76.9 terjadi pukul 07.30 Tabel 6. Berdasarkan analisis varian Anova, kelimpahan serangga penyerbuk total dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Kelimpahan A. cerana dan A. dorsata dipengaruhi oleh suhu udara dan intensitas cahaya. Kelimpahan serangga penyerbuk non-Apis dipengaruhi oleh intensitas cahaya, kelembaban udara, interaksi suhu-kelembaban udara, dan interaksi suhu-intensitas cahaya Tabel 7. Kelimpahan serangga penyerbuk tinggi umumnya terjadi pada kisaran intensitas cahaya 5.000-6.4100 lux Gambar 21, suhu udara 24-28 o C Gambar 22, dan kelembaban udara 67-85 Gambar 23. Kelimpahan A. cerana dan A. dorsata umumnya tinggi lebih dari 30 individu, sedangkan kelimpahan serangga penyerbuk lainnya kurang dari 20 individu. Tabel 6 Parameter lingkungan di lokasi penelitian yang meliputi intensitas cahaya lux, suhu udara o C, dan kelembaban udara relatif . Keterangan: Int: intensitas, Min: minimum, Mak: maksimun. 54 Waktu Int cahaya x100 lux Kelembaban udara Pukul Min Mak Rerata Min Mak Rerata Min Mak Rerata 07.30 55 502 257.6 22 29 24.5 62 91 76.9 08.30 59 531 310.3 22 28 25.3 63 84 75.5 09.30 107 629 357.4 22 29 26.2 63 91 73.1 10.30 66 641 381.7 23 29 26.8 63 84 72.2 11.30 65 634 355.7 23 30 26.9 64 91 71.7 12.30 57 634 345.6 22 29 27.1 58 91 71.7 13.30 55 628 265.1 22 29 26.8 58 91 71.8 14.30 50 494 201.8 22 29 26.4 63 91 73.1 Suhu udara o C Tabel 7 Hubungan antara kelimpahan serangga penyerbuk total n=1219, A. cerana dan A. dorsata n=323, dan serangga penyerbuk non-Apis n=896 dengan faktor lingkungan berdasarkan hasil analysis of variance Anova. Keterangan: SHU: suhu udara, LEMB: kelembaban udara, CHY: intensitas cahaya, SHU:LEMB: interaksi suhu dengan kelembaban, SHU:CHY: interaksi suhu dengan intensitas cahaya, LEMB:CHY: interaksi kelembaban dengan intensitas cahaya, SHU:LEMB:CHY: interaksi suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya. Gambar 21 Sebaran kelimpahan serangga penyerbuk dalam hubungannya dengan intensitas cahaya. APC: Apis cerana, APD: Apis dorsata, CRT: Ceratina sp. 55 Serangga polinator total Serangga non-Apis Lingkungan Nilai P Lingkungan Nilai P Lingkungan Nilai P CHY 0.927 CHY 0.000 CHY 0.402 SUHU 0.000 SUHU 0.174 SUHU 0.001 LEMB 0.007 LEMB 0.037 LEMB 0.000 CHY:SHU 0.745 CHY:SHU 0.824 CHY:SHU 0.000 CHY:LEMB 0.572 CHY:LEMB 0.059 CHY:LEMB 0.017 SHU:LEMB 0.209 SHU:LEMB 0.151 SHU:LEMB 0.071 CHY:SHU:LEMB 0.141 CHY:SHU:LEMB 0.413 CHY:SHU:LEMB 0.085 A. cerana dan A. dorsata Gambar 22 Sebaran kelimpahan serangga penyerbuk dalam hubungannya dengan suhu udara. APC: Apis cerana, APD: Apis dorsata, CRT: Ceratina sp. Gambar 23 Sebaran kelimpahan serangga penyerbuk dalam hubungannya dengan kelembaban udara. APC: Apis cerana, APD: Apis dorsata, CRT: Ceratina sp. 56 PEMBAHASAN a. Keanekaragaman Serangga penyerbuk Lebah ordo Hymenoptera merupakan serangga penyerbuk dominan pada pertanaman caisin dibandingkan ordo Lepidoptera, Coleoptera, dan Diptera. Tiga spesies lebah, yaitu A. cerana 43.1, Ceratina sp. 37, dan A. dorsata 8.4 merupakan spesies yang ditemukan dominan Tabel 3. Kedudukan dalam taksonomi, sifat hidup, dan sifat penting lainnya 10 spesies Hymenoptera penyerbuk pada pertanaman caisin terangkum dalam Tabel 8. Pentingya lebah sebagai penyerbuk tanaman telah dilaporkan sebelumnya, antara lain oleh Ramadhani et al. 2000, Steffan-Dewenter et al. 2001, dan Greenleaf Kremen 2006. Pada tanaman canola B. campestris dan B. napus, lebah madu ditemukan dengan kunjungan paling tinggi Delaplane Mayer, 2000. Pada tanaman sawi S. arvensis, lebah Bombus sp. dan A. mellifera sebagai penyerbuk utama Steffan-Dewenter Tscharntke, 1999. Pada B. kaber dan B. hirta, pengunjung utamanya adalah A. mellifera Kunin, 1993. Penelitian ini tidak menemukan A. mellifera. Hal ini disebabkan karena A. mellifera umumnya dibudidayakan oleh para peternak dan “diangon” secara berpindah di lokasi-lokasi yang banyak terdapat tanaman berbunga. Di lokasi penelitian tidak ditemukan lebah yang diangon. A. mellifera jarang bersarang secara alami di alam. Seperti dilaporkan oleh Appanah Kevan 1995, A. mellifera bukan merupakan spesies yang biasa dijumpai di hutan tropik. Lebah yang biasa ditemukan di hutan tropik antara lain A. cerana, A. dorsata, A. florea, Bombus, Augochlora, Allodapine, Euglossini, Dialictus, Halictus, Lasioglossum, Trigona, dan Xylocopa. Tiga spesies lebah penyerbuk pada pertanaman caisin, yaitu A. cerana, A. dorsata, dan Trigona sp. termasuk lebah sosial. Pada lebah sosial di dalam koloni terdapat pembagian kasta ratu, pekerja, dan jantan yang mempunyai tugas berbeda. Michener 2000 melaporkan dalam koloni A. cerana ditemukan beberapa-60 ribu lebah pekerja yang berperan mencari pakan untuk kebutuhan koloninya. 57 Tabel 8 Sifat hidup dan sifat-sifat penting spesies Hymenoptera penyerbuk pertanaman caisin. Famili, Subfamili Spesies Sifat hidup Sifat penting Pustaka Apidae, Apinae Apis cerana Eusosial Ukuran tubuh medium panjang 10- 11 mm, sarang banyak sisir, di dalam rongga. Koloni: 1 ratu, 6-7 ribu pekerja, beberapa ratus jantan. Winston, 1987; Michener, 2000 Apis dorsata Eusosial Ukuran tubuh besar panjang 17-19 mm, sarang satu sisir, terbuka, biasanya di pohon tinggi. Koloni: ratu, jantan, lebih 20 ribu pekerja. Winston, 1987; Michener, 2000 Trigona sp. Eusosial Ukuran tubuh kecil panjang 4-6.5 mm, sarang umumnya dalam rongga, beberapa spesies sarang terbuka pada ranting pohon. Koloni: ratu, jantan, dan beberapa puluh-100 ribu atau lebih pekerja. Michener, 2000 Apidae, Xylocopinae Xylocopa Soliter, sosial primitif Ukuran tubuh besar panjang tubuh 13-30 mm, bersarang dengan membuat lubang-lubang pada kayu mati. Dalam satu sarang sering dijumpai 2 atau lebih individu. Michener, 2000 Ceratina sp. Soliter, beberapa spesies komunal Ukuran tubuh kecil panjang 3-12.5 mm, sarang pada batangranting mati. Dalam satu sarang sering ditempati oleh beberapa individu beda generasi, mulai menunjukkan perbedaan perilaku: mirip ratu dan mirip pekerja. Michener, 2000 Halictidae, Nomiinae Nomia sp. Soliter, beberapa spesies komunal Ukuran tubuh sedang panjang 6.5- 16 mm. Bersarang dengan membuat lubang di dalam tanahkayu kering, dalam satu sarang ditemukan 1-20 betina dan 23-191 sel. Michener, 2000 Colletidae, Hylaeinae Hylaeus sp. Soliter Ukuran tubuh kecil panjang 4-7 mm, bersarang dengan membuat lubang-lubang di dalam tanah, kayu mati, atau bebatuan. Michener, 2000 58 Dalam sekali perjalanan, lebah madu pekerja cenderung mengunjungi bunga dari satu spesies tanaman. Lebah madu dapat membawa 10-30 mg serbuksari atau 25-40 mg nektar dalam sekali perjalanan. Kemampuan lebah membawa serbuksari didukung oleh tubuh yang berambut dan struktur pollen basket pada tungkai ke tiga. Dalam satu hari, lebah madu dapat melakukan 10-15 kali perjalanan, walaupun pencarian nektar dapat mencapai 150 kalihari Winston, 1987. Tingginya kelimpahan A. cerana pada pertanaman caisin menunjukkan adanya sarang di sekitar lokasi pengamatan. Sarang tersebut kemungkinan besar terdapat di dalam hutan yang tidak terlalu jauh dari lokasi pengamatan. Kevan et al. 1995 melaporkan jarak pencarian pakan A. cerana umumnya kurang dari 500 m dan umumnya pada jarak kurang dari 100 m dari sarang. Amano et al. 2000 melaporkan pekerja lebah madu dapat melakukan pencarian pakan pada jarak 2-3 km dari sarang. Disamping A cerana, pertanaman caisin juga dikunjungi oleh A. dorsata sebagai lebah sosial yang ditemukan dengan kelimpahan tinggi. Seperti pada A. cerana, jumlah individu A. dorsata dalam satu koloni dapat mencapai 50000 individu Appanah Kevan, 1995. Lebah A. dorsata mempunyai ukuran tubuh lebih besar dibandingkan A. cerana, tubuh berambut dan terdapat organ pengumpul serbuksari pada tungkainya. Lebah ini membuat sarang di pohon tinggi di dalam hutan pada Sola et al., 2005 dan spesies ini sebagai penyerbuk utama tumbuhan dengan kanopi tinggi Appanah Kevan, 1995. Pada pengamatan ini, A. dorsata ditemukan di bulan Januari-Pebruari dan Maret 2006 dan tidak ditemukan pada bulan April-Mei 2006. Hal ini berkaitan dengan lokasi pertanaman caisin pada pengamatan bulan Januari-Pebruari dan Maret 2006 yang terletak pada jarak kurang dari 200 m dari tepi hutan. Kemungkinan jarak tersebut masih terjangkau dalam pencarian pakan. Pengamatan bulan April-Mei terletak pada jarak 400 m dari tepi hutan dan kemungkinan jarak tersebut sudah tidak terjangkau dalam pencarian pakannya. Namun Roubik 1989 melaporkan jarak pencarian pakan A. dorsata dapat mencapai 6.7-10 km dari sarang, sehingga kemungkinan pencarian pakan juga mencakup pada jarak 400 m dari tepi hutan. Tidak ditemukannya A. dorsata pada pengamatan bulan April-Mei diduga lebah 59 tersebut sudah melakukan migrasi ke tempat lain. Disamping A. cerana dan A. dorsata, lebah sosial lain yang mengunjungi bunga caisin adalah Trigona sp. dengan persentase kunjungan rendah 0.15 Tabel 3. Trigona sp. merupakan lebah yang tidak bersengat stingless bee, mampu beradaptasi di iklim tropik dan subtropik, dan bersifat people and ecosystem-friendly. Dalam satu koloni ditemukan beberapa puluh sampai ratusan ribu pekerja Michener, 2000. Sedikitnya jumlah individu Trigona sp. yang ditemukan pada bunga caisin kemungkinan akibat aplikasi pestisida yang dilakukan petani pada berbagai tanaman sayuran di sekitar pertanaman caisin. Kemungkinan lain sedikitnya jumlah individu Trigona sp. pada pertanaman caisin adalah lokasi sarang yang terlalu jauh, sehingga pencarian pakan tidak mencapai pertanaman caisin. Amano et al. 2000 melaporkan pencarian pakan Trigona dilakukan sampai jarak 1 km dari sarang. Pada T. carbonaria jarak maksimum pencarian pakan 500 m dan umumnya 100 m dari sarang. Sarang stingless bees terletak di dalam lubang pohon, beberapa spesies primitif, seperti Meliplebeia, Plebeia, dan Nogueirapis membangun sarang di dalam rongga tanah atau menggantung di ranting pohon. Sebagian besar Trigona bersifat polylectic, yaitu melakukan pencarian pakan pada berbagai spesies tanaman. Stingless bees mampu melakukan pencarian pakan tanpa sinar ultraviolet Tezuka Maeta, 1993. Lebah T. carbonaria dilaporkan efektif dalam penyerbukkan Macadamia integrifolia dan spesies ini cepat beradaptasi dengan tanaman yang belum dikenal sebelumnya Amano et al., 2000. Disamping lebah sosial, bunga pertanaman caisin juga dikunjungi oleh lebah soliter, yaitu Ceratina sp., Hylaeus sp., Nomia sp., dan Xylocopa spp. Diantara lebah soliter tersebut, Ceratina sp. ditemukan dengan kelimpahan paling tinggi 36.98. Kelimpahan spesies ini pada pertanaman caisin hanya sedikit dibawah kelimpahan A. cerana. Tingginya kelimpahan Ceratina pada pertanaman caisin menunjukkan bahwa lahan tersebut merupakan habitat yang sesuai untuk tempat bersarang. Klein et al. 2003 melaporkan sarang Ceratina ditemukan di habitat yang agak terbuka, kelembaban rendah, dan banyak tanaman herba sebagai sumber serbuksari dan nektar. Michener 2000 melaporkan Ceratina termasuk 60 lebah lebah subsosial, bersarang di dalam ranting atau batang pohon mati. Dalam satu sarang ditemukan tetua-anak atau anak-anak. Pada pertanaman caisin, Ceratina diduga sebagai penyerbuk yang potensial. Lebah soliter lain yang mengunjungi bunga caisin adalah X. caerulea, X. confusa, dan X. latipes dengan persentase kunjungan rendah. Sarang Xylocopa ditemukan di dalam kayu rumah penduduk pada jarak sekitar 500 m dari tepi hutan. Xylocopa spp. yang mengunjungi bunga caisin berasal dari koloni tersebut, atau mungkin dari koloni lain yang bersarang di sekitar lahan pertanian atau di dalam hutan. Spesies ini diduga mempunyai efektifitas penyerbukan rendah pada pertanaman caisin. Rendahnya kelimpahan Xylocopa pada pertanaman caisin berkaitan dengan struktur bunga caisin yang tidak sesuai bagi Xylocopa. Bunga yang sesuai bagi Xylocopa adalah bunga dengan struktur lebih berkembang, seperti famili Papilionaceae Kahono, komunikasi pribadi. Gerling 1989 melaporkan spesies tanaman yang sering dikunjungi Xylocopa adalah Delonix regia, Crotalaria sp., Calliandra sp., dan markisah. Roubik 1989 menyatakan Xylocopa bersifat parasosial dalam bentuk komunal, kuasisosial, atau semisosial. Michener 2000 menyatakan Xylocopa sebagai lebah subsosial karena dalam sarang ditemukan anak dan induk dan induk secara aktif memberi makan anak- anaknya. Lebah Xylocopa berukuran tubuh besar dan dilaporkan berperan dalam penyerbukan berbagai tanaman pertanian. Lebah X. confusa dan X. latipes membantu penyerbukan tanaman belimbing Rahayu et al., 2004. Fajarwati 2005 dan Damayanti 2007 melaporkan X. confusa sebagai penyerbuk tanaman tomat, sedangkan X. nigrocaerulea merupakan penyerbuk tanaman kopi Klein et al., 2002. Pada tanaman blueberry, lubang bekas pencarian nektar Xylocopa digunakan kembali oleh lebah madu Delaplane Mayer, 2000. Lebah soliter lain yang mengunjungi bunga caisin adalah Hylaeus sp. dengan persentase kunjungan rendah. Lebah Hylaeus sp. dikenal sebagai lebah polyster atau lebah membran. Lebah ini bersarang di dalam tanah Delaplane Mayer, 2000. Hylaeus sp. bersifat kleptoparasit, induk betina meletakkan telurnya di dalam sarang individu lain Michener, 2000. 61 Disamping Hylaeus sp., pada pertanaman caisin juga ditemukan Nomia sp. Halictidae dengan persentase kunjungan rendah. Hylaeus dikenal dengan alkali bee, banyak ditemukan di daerah tropik dan daerah sedang. Lebah Nomia umumnya membuat sarang di dalam tanah atau kayu kering. Berdasarkan analisis S-T short-tongue, Halictidae secara konsisten merupakan unit monophyletic, dengan subfamili tunggal yaitu Nomiinae Michener, 2000. Pencarian pakan anggota famili ini dapat mencapai jarak 1.6 km dari sarang. Alkali bee merupakan penyerbuk utama tanaman lucerna Delaplane Mayer, 2000. Di Sulawesi, N. thoracica dan N. Culvinomia fulvata merupakan penyerbuk pertanaman kopi dalam sistem agroforestry Klein et al., 2002. Disamping lebah, serangga penyerbuk pada pertanaman caisin adalah kupu dan ngengat Lepidoptera. Enam spesies Lepidoptera mengunjungi bunga caisin, 3 spesies diantaranya, yaitu E. hecabe, J. virgulatus, dan N. hylas berpotensi sebagai penyerbuk karena aktif mencari pakan. Sola et al. 2005 melaporkan ke tiga spesies tersebut merupakan spesies yang umum dijumpai di daerah pertanian, hutan, semak-semak, dan daerah dekat perairan. Lepidoptera lain yang mengunjungi bunga caisin adalah P. guttata, Potanthus sp. Hesperidae, dan Nyctemera sp. P. guttata dan Potanthus sp. biasa dijumpai di jalan setapak, persawahan, atau tumbuhan bawah dalam hutan. Nyctemera sp. biasa dijumpai di habitat terganggu atau terbuka, aktif di siang hari, dan tertarik cahaya di malam hari Sola et al., 2005. Rendahnya persentase kunjungan Lepidoptera pada pertanaman caisin menyebabkan perananya sebagai penyerbuk diduga rendah. Disamping Lepidoptera, bunga pertanaman caisin juga dikunjungi oleh kumbang P. biguttata Coleoptera: Scarabaeidae dan S. balteatus Diptera: Syrphidae dengan persentase kunjungan rendah. Sola et al. 2005 melaporkan P. biguttata penting dalam penyerbukan tanaman, namun spesies ini sensitif terhadap aplikasi pestisida. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa spesies ini tidak sering berpindah dari satu bunga ke bunga lain, sehingga peranannya sebagai penyerbuk pada pertanaman caisin diduga rendah. S. balteatus sering ditemukan hinggap pada bunga, dahan, atau daun dan sering terbang melayang dan potensi spesies ini sebagai penyerbuk pertanaman caisin diduga rendah. Potensi 62 penyerbukan yang rendah pada spesies ini juga dilaporkan oleh Steffan-Dewenter Tscharntke 1999 pada tanaman Brassica. Efisiensi penyerbukan lalat syrphid lebih rendah dibandingkan Osmia rufa lebah liar dan lebah madu. Secara umum, keanekaragaman serangga penyerbuk di lokasi pengamatan masih tinggi. Hal ini disebabkan karena lokasi yang berdekatan dengan hutan TN Gunung Halimun-Salak yang mempunyai habitat relatif tidak terganggu. Hutan merupakan source habitat bagi keanekaragaman di sekitarnya. Spesies yang bersarang di dalam hutan, seperti A. dorsata juga ditemukan di lahan pertanian di tepi hutan. Lebah A. dorsata jarang ditemukan lahan pertanian yang lokasinya jauh dari hutan. b. Keanekaragaman Serangga Penyerbuk dalam Kaitannya dengan Waktu Pengamatan, Fenologi Bunga, dan Faktor Lingkungan Keanekaragaman serangga penyerbuk di suatu habitat berkaitan dengan sumber pakan terutama serbuksari dan nektar dan faktor lingkungan. Berdasarkan waktu pengamatan, jumlah spesies penyerbuk terbanyak dijumpai pukul 10.30, sedangkan jumlah individu tertinggi terjadi pukul 08.30. Puncak kunjungan serangga penyerbuk di pagi hari juga dilaporkan Wallace et al. 2002 pada tanaman Persoonia virgata Proteaceae. Kelimpahan T. carbonaria Apidae dan Leioproctus speculiferus Colletidae tinggi terjadi pukul 09.00-11.00. Pada tanaman C. juncea, T. vogelii, dan B. oleraceae, puncak kunjungan serangga penyerbuk terjadi pukul 08.00-08.30 Ramadhani et al., 2000. Bunga caisin mekar di pagi dan bertahan sampai 3 hari. Disamping serbuksari, bunga caisin juga menghasilkan nektar yang disekresikan di bagian basal bunga Delaplane Mayer, 2000. Jumlah serbuksari dan kandungan nektar yang tinggi di pagi hari diduga merupakan faktor penarik bagi serangga. Kondisi lingkungan di pagi hari yang optimal rerata suhu 22 o C, kelembaban udara 63, dan intensitas cahaya 5900 lux merupakan faktor yang menyebabkan tingginya kelimpahan individu. Penelitian menunjukkan tingginya kelimpahan serangga penyerbuk disebabkan oleh tingginya kelimpahan lebah sosial. Hal ini disebabkan karena jumlah individu lebah sosial paling banyak dibandingkan dengan serangga 63 penyerbuk lain yang ditemukan pada pertanaman caisin. Keanekaragaman serangga penyerbuk ditemukan tinggi pada saat banyak tanaman caisin berbunga. Hal serupa juga dilaporkan oleh Steffan-Dewenter Tscharntke 2000, tingginya kelimpahan lebah sosial terjadi pada saat banyak tanaman kopi berbunga mass- flowering. Pada saat hanya beberapa tanaman yang berbunga banyak ditemukan lebah soliter. Westphal et al. 2003 melaporkan terdapat korelasi positif antara ketersediaan bunga tanaman B. napus dengan densitas Bombus sp. Kompetisi antara lebah sosial dengan lebah soliter dan serangga lain pada saat pencarian pakan diduga terjadi. Penelitian ini menunjukkan adanya kompetisi antara lebah soliter Ceratina sp. dengan lebah sosial A. cerana. Hal ini ditunjukkan dari puncak kunjungan A. cerana dan Ceratina sp. yang terjadi pada hari berbeda. Kompetisi antara A. cerana dengan Ceratina sp. kemungkinan bersifat membagi sumberdaya scramble competition karena tingginya sumberdaya yang tersedia pada pertanaman caisin. Kompetisi antara A. cerana dengan A. dorsata keduanya serangga sosial juga terjadi yang ditunjukkan dari puncak kunjungan kedua spesies tersebut terjadi pada hari yang berbeda. Kompetisi antara lebah madu dengan lebah liar pada saat pencarian pakan juga dilaporkan oleh Steffan-Dewenter et al. 2001. Disamping jumlah bunga, warna bunga juga menentukan kelimpahan serangga pengunjung. Warna bunga biru atau kuning lebih disukai lebah penyerbuk, walaupun pada lebah Amegilla sp. ditemukan mengunjungi bunga berwarna putih dan jingga Reddi, et al., 1999. Lebah dapat melihat dalam kisaran spektrum 0-700 nm ultraviolet-hijau dan 400-550 nm biru-kuning. Tidak seperti manusia, lebah tidak dapat melihat cahaya merah 700-800 nm Barth, 1991. Warna kuning terang pada bunga caisin mudah dikenal oleh lebah penyerbuk. Disamping ketersediaan nutrisi, keanekaragaman serangga penyerbuk juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban udara, dan intensitas cahaya. Kelimpahan serangga penyerbuk pada pertanaman caisin ditemukan tinggi pada kisaran intensitas cahaya 5000-64100 lux, suhu udara 24- 28 o C, dan kelembaban udara 67-85. Suhu udara dan intensitas cahaya umumnya 64 berkorelasi positif, sedangkan kelembaban udara berkorelasi negatif dengan kelimpahan serangga penyerbuk Kleinert-Giovannini Imperatriz-Fonseca, 1987; Klein et al., 2002. Aktivitas terbang Melipona marginata stingless bees dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Aktifitas tersebut berkorelasi positif dengan suhu, namun berkorelasi negatif dengan kelembaban udara Kleinert-Giovannini Imperatriz-Fonseca, 1987. Klein et al. 2002 juga melaporkan jumlah spesies lebah soliter yang diamati pada pertanaman kopi makin meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya. Beberapa spesies lebah mempunyai respon berbeda terhadap perubahan faktor lingkungan. Lebah soliter melakukan aktifitas pada cuaca yang lebih luas, sedangkan aktifitas lebah madu sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Aktivitas Megachile bergantung pada intensitas cahaya. Kelembaban dan suhu udara kurang berpengaruh terhadap aktifitas pencarian pakan Megachile dan Xylocopa Roubik, 1989. Faktor cuaca meteorologi mempengaruhi aktivitas terbang lebah dan pengaturan suhu tubuh. Disamping menentukan waktu kapan lebah terbang, cuaca juga mempengaruhi pencarian pakan pada bunga. Pada saat suhu udara tinggi, lebah cepat terbang berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya. Ketika produksi panas terlalu besar dibandingkan energi yang didapatkan, lebah hanya berjalan dari bunga ke bunga lainnya. Aktivitas terbang pada lebah memerlukan suhu thoraks minimum 25-30 o C dan maksimum 45-50 o C Roubik, 1989. KESIMPULAN Serangga penyerbuk pada pertanaman caisin terdiri atas 4 ordo, yaitu Hymenoptera, Diptera, Lepidoptera, dan Coleoptera. Hymenoptera merupakan ordo dengan kelimpahan paling tinggi. Tiga spesies lebah Hymenoptera, yaitu A. cerana dan A. dorsata Apinae, serta Ceratina sp. Xylocopiae merupakan penyerbuk utama pertanaman caisin. Jumlah individu dan spesies serangga penyerbuk ditemukan tinggi di pagi hari pukul 0.8.300-10.30. Keanekaragaman serangga penyerbuk berkaitan dengan jumlah tanaman berbunga dan faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban udara, dan intensitas cahaya. 65

4. PERILAKU KUNJUNGAN LEBAH PENYERBUK PADA BUNGA PERTANAMAN CAISIN