Mekanisme Mengabukan Kegiatan Belajar

174 Lembar pengamatan : No. Tahapan Cara kerja metode kering dan basah Tahap yang sama Tahap yang berbeda 1. 2. 3. 4. 5. 6.

b. Mekanisme Mengabukan

Mekanisme pengabuan dimulai dari : 1 Krus porselin dioven selama 1 jam. Setelah dioven selama satu jam, krus tersebut segera didinginkan selama 30 menit, setelah itu dimasukkan ke dalam eksikator. Lalu timbang krus sampai konstan sebagai berat a gram berat krus awalkosong. 2 Bahan yang akan diabukan ditempatkan dalam krus yang dapat terbuat dari porselin, silika, kuarsa, nikel atau platina dengan berbagai kapasitas 25 – 100 mL. Pemilihan wadah ini disesuaikan dengan bahan yang akan diabukan.  Bahan yang bersifat asam misalnya buah-buahan disarankan menggunakan krus porselin yang bagian dalamnya dilapisi silika sebab bila tidak dilapisi akan terjadi pengikisan oleh zat asam tersebut. Wadah yang terbuat dari nikel tidak dianjurkan karena dapat berekasi dengan bahan membentuk nikel-karbonil bila produk banyak mengandung karbon. Penggunaan krus porselin 175 sangat luas, karena dapat mencapai berat konstan yang cepat dan murah tetapi mempunyai kelemahan sebab mudah pecah pada perubahan suhu yang mendadak. Penggunaan krus dari besi atau nikel umumnya untuk analisa abu dengan sampel dalam jumlah besar. Krus dari gelas vycor atau kuarsa juga dapat digunakan dan dapat dipanaskan sampai 900 o C dan tahan terhadap asam dan beberapa bahan kimia umumnya kecuali basa.  Bahan yang bersifat basa dapat menggunakan krus yang terbuat dari platina. 3 Timbang bahansampel sebanyak 3 gram di dalam krus dan catat sebagai berat b gram. 4 Kemudian dilakukan pengabuan dengan metode : a. Penentuan Kadar Abu secara Langsung Cara Kering : - Suhu pengabuan untuk tiap-tiap bahan dapat berbeda-beda tergantung komponen yang ada dalam bahan tersebut. Hal ini disebabkan adanya berbagai komponen abu yang mudah mengalami dekomposisi atau bahkan menguap pada suhu yang tinggi. Sebagai gambaran dapat diberikan berbagai sampel suhu pengabuan untuk berbagai bahan sebagai berikut :  Buah-buahan dan hasil olahannya, daging dan hasil olahannya, gula dan hasil olahannya serta sayuran dapat diabukan pada suhu 525 o C.  Serealia dan hasil olahannya susu dan hasil olahannya, kecuali keju pengabuan pada suhu 550 o C sudah cukup baik.  Ikan dan hasil olahannya serta bahan hasil laut, rempah- rempah, keju, anggur dapat menggunakan suhu pengabuan 500 o C. 176  Biji-bijian, makanan ternak dapat diabukan pada suhu 600 o C. Pengabuan diatas 600 o C tidak dianjurkan karena menyebabkan hilangnya zat tertentu misalnya garam klorida ataupun oksida dari logam alkali. Pengabuan dilakukan dengan muffle atau tanur yang dapat diatur suhunya, tetapi bila tidak tersedia dapat menggunakan pemanas bunsen. Hanya saja penggunaan Bunsen menyebabkan akan menyulitkan untuk mengetahui dan mengendalikan suhu. Hal ini dapat diganti dengan melakukan pengamatan secara visual yaitu bila bara merah sudah terlihat berarti suhu lebih kurang 550 o C bila menggunakan krus porselin. Hasil akhir proses pengabuan terlihat bahan hasil pengabuan berwarna putih abu-abu dengan bagian tengahnya terdapat noda hitam, ini menunjukkan pengabuan belum sempurna maka perlu diabukan lagi sampai noda hitam hilang dan diperoleh abu yang berwarna putih keabu- abuan. Warna abu ini tidak selalu abu-abu atau putih tetapi ada juga yang berwarna kehijauan, kemerah-merahan. Lama pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara 2-8 jam.  Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu pengabuan 30 menit.  Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu maka krus yang berisi abu yang diambil dari dalam muffle atau tanur harus lebih dahulu dimasukkan ke dalam oven bersuhu 105 o C agar supaya suhunya turun, baru kemudian dimasukkan ke dalam eksikator sampai dingin. Eksikator yang digunakan harus dilengkapi dengan zat penyerap uap air misalnya silika gel atau kapur aktif atau kalsium klorida, natrium hidroksida. Agar supaya eksikator 177 dapat mudah digeser tutupnya maka permukaan gelas diolesi dengan vaselin.  Setelah itu dilakukan penimbangan, ulangi pengabuan sampai diperoleh berat konstan dan catat sebagai berat c gram. Pengabuan sering memerlukan waktu cukup lama. Pengabuan dapat dipercepat dengan cara antara lain sebagai berikut :  Mencampur bahan dengan pasir kuarsa murni sebelum pengabuan. Hal ini dimaksudkan untuk memperbesar luas permukaan dan mempertinggi porositas sampel sehingga kontak antara oksigen dengan sampel selama proses pengabuan akan diperbesar. Oksidasi zat-zat organik akan berjalan dengan lebih baik dan cepat sehingga waktu pengabuan dapat dipercepat. Perlu diingat bahwa pasir yang digunakan harus betul-betul bebas dari zat organik dan bebas abu, sehingga harus memijarkan pasir tersebut dan mencucinya dengan asam kuat, misalnya dengan asam sulfat pekat atau asam klorida pekat dan selanjutnya dibilas dengan alkohol, kemudian dikeringkan atau bila perlu dilakukan pemijaran sekali lagi. Bila menggunakan pasir maka harus diketahui beratnya pasir yang digunakan. Sisa pembakaran pengabuan dikurangi dengan berat pasir yang ditambahkan merupakan berat abu dari sampel yang dianalisis.  Menambahkan campuran gliserol-alkohol ke dalam sampel sebelum diabukan. Pada waktu dipanaskan akan terbentuk suatu kerak yang berpori yang disebabkan karena gliserol-alkohol yang ditambahkan akan dioksidasikan dalam waktu yang sangat cepat pada suhu yang tinggi. Dengan demikian maka oksidasi bahan menjadi lebih cepat. Gliserol-alkohol tidak mempengaruhi kadar abu bahan tersebut. 178  Menambahkan hidrogen peroksida pada sampel sebelum pengabuan dapat pula mepercepat proses pengabuan karena dapat membantu proses oksidasi bahan.

c. Penentuan Kadar Abu Secara Tidak Langsung Cara Basah