Brand Awareness ”Avolution” Dan Keputusan Membeli (Studi Korelasional Pengaruh Brand Awareness Sampoerna ”Avolution” Terhadap Keputusan Membeli Masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan)

(1)

BRAND AWARENESS

”AVOLUTION” DAN KEPUTUSAN MEMBELI

(Studi Korelasional Pengaruh Brand Awareness Sampoerna ”Avolution” Terhadap Keputusan Membeli Masyarakat di Kelurahan Sunggal,

Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Departemen Ilmu Komunikasi (Ekstension)

FRANSYAH PUTRA S.

070922068

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : FRANSYAH PUTRA S. NIM : 070922068

Departemen : ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION

Judul : BRAND AWARENESS ”AVOLUTION” DAN KEPUTUSAN MEMBELI (Studi Korelasional Pengaruh Brand Awareness

Sampoerna ”Avolution” Terhadap Keputusan Membeli Masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan)

Medan, 10 Juni 2010

Dosen Pembimbing, Ketua Jurusan

Dra. Dewi Kurniawati, M.Si. Drs. Amir Purba, M.A

NIP.19650524 198903 2 001 NIP. 19510219 198701 1 001

a.n. Dekan FISIP – USU

Drs. Humaizi, M.A. NIP. 19590809198601 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipetahankan dihadapan Panitia Penguji Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Jurusan Ilmu Komunikasi Ekstension

Hari : __________________________ Tanggal : __________________________ Pukul : __________________________ Tempat : __________________________

Tim Penguji

Ketua : __________________________ ( __________________ ) NIP.

Penguji I : __________________________ ( __________________ ) NIP.

Penguji II : __________________________ ( __________________ ) NIP.


(4)

iv

ABSTRAK

Seiring waktu yang terus berjalan serta memasuki era globalisasi yang tidak bisa dihindarkan oleh siapapun tentunya telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan-perusahaan rokok baik lokal maupun manca negara harus menggunakan berbagai strategi agar produk yang mereka tawarkan ke konsumen tetap diminati oleh konsumen serta tetap berusaha mendapatkan dan mempertahankan konsumen agar tetap menjadi pelanggan setianya, salah satunya rokok Sampoerna ”Avolution”. Namun demikian, minat beli masyarakat akan rokok tersebut ternyata masih kurang. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul BRAND AWARENESS ”AVOLUTION” DAN KEPUTUSAN MEMBELI (Studi Korelasional Pengaruh Brand Awareness Sampoerna ”Avolution” Terhadap Keputusan Membeli Masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan).

Tujuan Penelitian ini untuk melihat sejauh mana pengaruh antara brand awareness terhadap keputusan membeli rokok Sampoerna ”Avolution”masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.

Metode penelitian berupa pengumpulan data menggunakan kuesioner. Model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana. Populasi penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan yang berjumlah 35.691 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Adapun sampel tersebut berjumlah 100 orang.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa 45,50% faktor-faktor keputusan membeli rokok Sampoerna ”Avolution” dijelaskan oleh brand awareness (kesadaran merek) sedangkan sisanya 54,50% dijelaskan oleh faktor- faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan uji t menunjukkan bahwa brand awareness (kesadaran merek) berpengaruh signifikan terhadap keputusan membeli masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan akan rokok Sampoerna ”Avolution”.


(5)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan tiada aral apa pun.

Penelitian berjudul ”BRAND AWARENESS ’AVOLUTION’ DAN KEPUTUSAN MEMBELI (Studi Korelasional Pengaruh Brand Awareness Sampoerna ”Avolution” Terhadap Keputusan Membeli Masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan)” ini disusun untuk memperkaya ilmu pengetahuan serta menambah wawasan penulis disamping sebagai merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun skripsi, penulis menyampaikan terima kasih sebanyak-banyak kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Ekstension Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Dosen pembimbing yang telah dengan sabar mau memberikan bimbingan dan arahan selama saya menyelesaikan penyusunan skripsi ini

4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi Ekstension Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan dan masukan kepada saya dalam menulis skripsi ini


(6)

vi

5. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah membesarkan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang

6. Seluruh teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan serta semangat kepada saya dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar senantiasa melindungi, memberikan berkah dan rahmat-Nya bagi kita semua.

Medan, 10 Juni 2010 Penulis,

Fransyah Putra S


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Pembatasan Masalah ... 4

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1. Tujuan Penelitian ... 4

1.4.2. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Kerangka Teori ... 6

1.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 6

1.5.2. Komunikasi Pemasaran ... 9

1.5.3. Brand Awareness ... 9

1.5.4. Keputusan Membeli ... 12

1.5.5. Teori AIDDA ... 13

1.6. Kerangka Konsep ... 15

1.7. Model Teoritis ... 16

1.8. Operasional Variabel ... 16

1.9. Definisi Operasional ... 17

1.10. Hipotesa ... 19

II. KERANGKA TEORETIS 2.1. Komunikasi ... 21

2.1.1. Pengertian Komunikasi ... 21

2.1.2. Tujuan Komunikasi ... 21

2.1.3. Proses Komunikasi ... 22

2.1.4. Unsur Komunikasi ... 24

2.1.5. Jenis Komunikasi ... 25

2.1.6. Domensi Komunikasi Yang Efektif ... 27

2.1.7. Hambatan Komunikasi ... 31

2.2. Komunikasi Massa ... 34


(8)

viii

2.4. Merek ... 42

2.4.1. Pengertian Merek ... 42

2.4.2. Ekuitas Merek ... 43

2.5. Keputusan Membeli ... 45

2.5.1. Pengertian Keputusan Membeli ... 45

2.5.2. Jenis-Jenis Tingkah Laku Membeli ... 45

2.5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian ... 47

2.5.4. Tahapan Proses Keputusan Membeli ... 50

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 53

3.2. Lokasi Penelitian ... 53

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

3.3.1. Populasi ... 53

3.3.2. Sampel ... 54

3.4. Teknik Pengambilan Sampling ... 55

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.6. Teknik Analisis Data ... 56

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengumpulan Data ... 60

4.1.1. Tahap Awal ... 60

4.1.2. Pengumpulan Data ... 61

4.2. Analisa Data Tabel Tunggal ... 62

4.2.1. Data Responden ... 63

4.2.2. Kesadaran Merek (Brand Awareness) ... 66

4.2.3. Keputusan Membeli ... 72

4.3. Analisa Tabel Silang ... 78

4.4. Pengujian Hipotesis ... 83

4.5. Pembahasan ... 86

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 89

5.2. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Operasional Variabel ... 17

Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

Tabel 3. Usia Responden ... 63

Tabel 4. Jenis Kelamin Responden ... 64

Tabel 5. Pendidikan Terakhir ... 64

Tabel 6. Jenis Pekerjaan ... 65

Tabel 7. Jumlah Penghasilan ... 65

Tabel 8. Kekuatan Brand Name Sampoerna ... 66

Tabel 9. Merek Sampoerna Yang Terkenal ... 67

Tabel 10. Iklan Produk Sampoerna di Televisi ... 68

Tabel 11. Waktu Tayang Iklan Produk Sampoerna di Televisi ... 68

Tabel 12. Frekuensi Iklan Produk Saampoerna di Televisi ... 69

Tabel 13. Gambar Iklan Sampoerna di Jalanan ... 69

Tabel 14. Kemudahan Mendapatkan Rokok Sampoerna “Avolution” ... 70

Tabel 15. Kemasan Rokok Sampoerna “Avolution” ... 70

Tabel 16. Kebesaran Nama Sampoerna “Avolution” ... 71

Tabel 17. Perasaan Bangga Merokok Sampoerna “Avolution” ... 72

Tabel 18. Perhatian Lebih Terhadap Rokok Sampoerna “Avolution” ... 72

Tabel 19. Perhatian Membuat Responden Memutuskan Membeli ... 73

Tabel 20. Ketertarikan Terhadap Rokok Sampoerna “Avolution” ... 74

Tabel 21. Ketertarikan Membuat Responden Memutuskan Membeli ... 74

Tabel 22. Keintinan Memiliki Rokok Sampoerna “Avolution” ... 75

Tabel 23. Keinginan Memiliki Membuat Responden Memutuskan Membeli ... 75

Tabel 24. Keyakinan Kualitas Rokok Sampoerna “Avolution” ... 76

Tabel 25. Keyakinan Kualitas Membuat Responden Memutuskan Membeli... 77

Tabel 26. Selalu Membeli Rokok Sampoerna “Avolution” ... 77

Tabel 27. Membeli Produk Rokok Terbaik... 78

Tabel 28. Hubungan Antara Kekuatan Brand Name dan Perhatian Terhadap Rokok “Avolution” ... 79

Tabel 29. Hubungan Antara Gambar Iklan Sampoerna di Jalanan dan Ketertarikan Terhadap Rokok “Avolution” ... 80

Tabel 30. Hubungan Antara Kebesaran Nama Sampoerna dan Tindakan Membeli Rokok Sampoerna ... 82

Tabel 31. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 84


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap ... 13

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 16

Gambar 3. Proses Komunikasi ... 23

Gambar 4. Model Perilaku Pembeli ... 48

Gambar 5. Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap ... 50


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 94

Lampiran 2. Deskripsi Responden ... 99

Lampiran 3. Analisis Tabel Tunggal ... 101

Lampiran 4. Analisis Tabel Silang ... 106

Lampiran 5. Uji Hipotesis dan Uji t (Uji Parsial) ... 107

Lampiran 6. Foltron Cobol ... 108


(12)

iv

ABSTRAK

Seiring waktu yang terus berjalan serta memasuki era globalisasi yang tidak bisa dihindarkan oleh siapapun tentunya telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan-perusahaan rokok baik lokal maupun manca negara harus menggunakan berbagai strategi agar produk yang mereka tawarkan ke konsumen tetap diminati oleh konsumen serta tetap berusaha mendapatkan dan mempertahankan konsumen agar tetap menjadi pelanggan setianya, salah satunya rokok Sampoerna ”Avolution”. Namun demikian, minat beli masyarakat akan rokok tersebut ternyata masih kurang. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul BRAND AWARENESS ”AVOLUTION” DAN KEPUTUSAN MEMBELI (Studi Korelasional Pengaruh Brand Awareness Sampoerna ”Avolution” Terhadap Keputusan Membeli Masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan).

Tujuan Penelitian ini untuk melihat sejauh mana pengaruh antara brand awareness terhadap keputusan membeli rokok Sampoerna ”Avolution”masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.

Metode penelitian berupa pengumpulan data menggunakan kuesioner. Model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana. Populasi penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan yang berjumlah 35.691 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Adapun sampel tersebut berjumlah 100 orang.

Hasil uji regresi menunjukkan bahwa 45,50% faktor-faktor keputusan membeli rokok Sampoerna ”Avolution” dijelaskan oleh brand awareness (kesadaran merek) sedangkan sisanya 54,50% dijelaskan oleh faktor- faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan uji t menunjukkan bahwa brand awareness (kesadaran merek) berpengaruh signifikan terhadap keputusan membeli masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan akan rokok Sampoerna ”Avolution”.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Seiring waktu yang terus berjalan serta memasuki era globalisasi yang tidak bisa dihindarkan oleh siapapun tentunya telah menuntut adanya perubahan paradigma lama dalam segala bidang, salah satunya adalah bidang pemasaran. Semakin tingginya tingkat persaingan bisnis baik lokal maupun global dan kondisi ketidakpastian telah memaksa perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif (competitive advantage) agar mampu memenangkan persaingan bisnis tersebut.

Seiring perkembangan tersebut masyarakat dihadapkan pada berbagai pilihan dalam mengkonsumsi kebutuhannya sehari-hari. Dengan perkembangan teknologi dan informasi, perkembangan industri semakin tinggi dan kompleks. Salah satu industri yang mengalami perkembangan cukup pesat adalah jenis industri rokok.

Persaingan yang semakin ketat membuat perusahaan-perusahaan rokok baik lokal maupun manca negara harus menggunakan berbagai strategi agar produk yang mereka tawarkan ke konsumen tetap diminati oleh konsumen serta tetap berusaha mendapatkan dan mempertahankan konsumen agar tetap menjadi pelanggan setianya. Para pemasar menyadari dalam persaingan yang semakin ketat dan untuk mencapai laba, mempertahankan kontinuitas perusahaan, mereka harus menciptakan strategi agar kontinuitas perusahaan tetap terjaga.


(14)

xiii

PT. HM SAMPOERNA Tbk, sebagai salah satu perusahaan industri rokok tentunya juga merasa perlu untuk terus membuat inovasi-inovasi baru agar produk-produk yang mereka tawarkan ke pada konsumen tetap bisa diterima oleh konsumen yang pada akahirnya mampu bertahap ditengah-tengah gempuran berbagai merek rokok yang ada yang tidak kalah inovatif dibandingkan dengan Sampoerna.

Salah satu inovasi yang dilakukan oleh PT. HM SAMPOERNA Tbk adalah meluncurkan produk barunya yaitu rokok Sampoerna Slim-nya dengan nama ”AVOLUTION”. Melihat kekutan merek yang ditawarkan, tentunya masyarakat setuju jika dikatakan Sampoerna merupakan salah satu merek rokok yang mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat. Melihat desain rokok yang dibuat, Avolution merupakan salah satu rokok dengan desain baru dimana bentuknya yang kecil dan lebih panjang. Tujuan pembuatan desain rokok tersebut salah satunya tentu untuk menciptakan kesan mewah bagi para perokoknya. Melihat kemasannya yang unik dimana rata-rata rokok mempunyai bentuk kemasan persegi panjang, sementara Avolution mempunyai desain yang berbeda yaitu kotak untuk ukuran rokok 4 x 4 batang untuk setiap kemasannya, tentunya akan mempermudah para perokok membawa Avolution tersebut kemana-mana. Dilihat dari jenisnya, dimana Avolution sekali diluncurkan langsung dua rasa yaitu menthol (Avolution hijau) dan biasa (Avolution merah), tentunya diharapkan bisa memberikan pilihan bagi para pelanggannya. Sedangkan dengan melihat harga yang ditawarkan, yang tidak terlalu mahal yaitu dengan harga sekitar Rp. 10.000,- untuk setiap bungkusnya, sama dengan produk Sampoerna lainnya tentunya diharapkan agar kehadiran rokok tersebut tidak


(15)

memberatkan pelanggannya. Dengan kata lain, munculnya Avolution dengan berbagai inovasi yang diciptakan diharapkan bisa menjadi rokok unggulan generasi terbaru yang ditandai dengan tingkat penjualan yang tinggi dan adanya perubahan gaya hidup merokok para perokok di Indonesia ini.

Namun demikian, jika kita lihat di masyarakat, ternyata tanggapan masyarakat terhadap produk Avolution tersebut masih kurang bagus. Secara jelas kita semua bisa melihat bahwa masih sangat jarang masyarakat perokok di Indonesia ini yang membeli dan merokok Avolution dibandingkan dengan rokok-rokok jenis lain dari produsen yang sama seperti A Mild. Ini tentunya menjadi permasalahan tersendiri khususnya bagi PT. HM SAMPOENA Tbk selaku produsen rokok Avolution.

Atas dasar fenomena masyarakat tersebut maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang BRAND AWARENESS “AVOLUTION” DAN KEPUTUSAN MEMBELI KONSUMEN (Studi Korelasional Pengaruh Brand Awareness “Avolution” Terhadap Keputusan Membeli Masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara).

Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut dikarenakan Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara merupakan salah satu kelurahan yang berpenduduk cukup padat hingga mencapai 35.691 jiwa sehingga diharapkan mampu mewakili perilaku masyarakat Kota Medan pada umumnya.


(16)

xv

2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah penulis sampaikan di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: “Apakah variabel brand awarness ”Avolution” berpengaruh terhadap keputusan membeli masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara?”

3. Pembatasan Masalah

Guna mendapatkan hasil penelitian yang berkualitas, relevan dengan harapan yang diinginkan serta mampu memecahkan permasalahan yang ada, maka penulis membatasi permasalahan yang diteliti, sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu menjelaskan hubungan atau pengaruh antara brand awarness ”Avolution” terhadap keputusan membeli masyarakat. 2. Objek penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sunggal,

Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara. 3. Penelitian ini dilakukan pada Bulan April hingga Juni 2010.

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

4.1. Tujuan Penelitian


(17)

1. Untuk mengetahui pengaruh brand awarness ”Avolution” terhadap keputusan membeli masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pendapat masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara tentang brand awarness ”Avolution”.

3. Untuk mengetahui berbagai pendapat masyarakat di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara tentang pertanyaan yang penulis ajukan yang berkaitan dengan brand awarness ”Avolution”.

4.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi Peneliti

Mengaplikasikan teori yang di dapat selama melaksanakan perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Komunikasi Ekstension, Universitas Sumatera Utara

b. Bagi Praktisi

Bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam mencipatakan produk baru, khususnya pagi PT. HM SAMPOERNA Tbk selaku produsen rokok Sampoerna.


(18)

xvii

Bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan pengembangan ilmu pengetahuan baik yang berhubungan dengan komunikasi khususnya iklan maupun dimensi pemasaran barang dan jasa lainnya.

5. Kerangka Teori

Kerangka teori dibangun dengan tujuan untuk membantu memecahkan berbagai permasalahan atau persoalan yang timbul, karena kerangka teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep yang ada (Singarimbun, 1989:47). Berbagai teori yang relevan dan penulis anggap berhubungan dengan penelitian ini antara lain: (1) Komunikasi dan Komunikasi Massa, (2) Komunikasi Pemasaran, (3) Brand Awareness, (4) Keputusan Membeli, dan (5) Teori AIDDA, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.1. Komunikasi danKomunikasi Massa

Komunikasi sebenarnya berasal dari Bahasa Inggris communication, yang bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam hal ini sama maknanya, sehingga jika kita mengadakan komunikasi dengan orang lain, berarti kita sedang mengadakan kesamaan makna dengan orang lain yang kita ajak bicara tersebut.

Kleinjan dalam Canggara (1998:1) mengemukakan pengertian komunikasi adalah bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas, sepanjang manusia masih hidup maka ia perlu berkomunikasi.


(19)

Komunikasi merupakan proses pengiriman lambang yang mengandung arti dari individu yang satu ke individu yang lain atau dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain. Pengiriman lambang ini dapat juga terjadi antara individu dengan kelompok. Lambang-lambang yang dipergunakan harus dipahami oleh komunikator maupun komunikan, atau sekurang-kurangnya dianggap dipahami untuk memungkinkan kelanjutan dari kegiatan komunikasi antara pihak yang berkepentingan. Komunikasi akan mudah berlangsung lebih lanjut antara orang-orang atau kelompok-kelompok yang sependapat atau sekurang-kurangnya sudah mempunyai pendapat yang sama tentang suatu masalah (Anoraga, 1995:230).

Adapun proses komunikasi merupakan tahapan-tahapan penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Kotler dalam Effendy (2001:18) mengatakan bahwa mengacu pada paradigma Harold Lasswell, terdapat unsur-unsur komunikasi dalam proses komunikasi, yaitu:

1) Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang

2) Encoding (penyandian) adalah proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang

3) Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator

4) Media adalan saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan


(20)

xix

5) Decoding adalah proses dimana komunikan menetakan makna lambang yang disampaikan komunikator kepadanya

6) Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator

7) Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterima pesan

8) Feedback adalah umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila pesan tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator

9) Noise adalah gangguan yang tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya

Dengan adanya kesembilan unsur diatas, diharapkan adanya suatu peningkatan hubungan interpersonal yang baik antara pengirim pesan dan penerima pesan.

Sedangkan komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengartikan massa sebagai meliputi semua orang yang


(21)

menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.

5.2. Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran adalah upaya komunikasi untuk memasarkan (proses jual beli) apa saja. Untuk mendukungnya maka komunikasi pmasaran melakukan penekanannya pada promosi. Disamping itu komunikasi pemasaran adalah suatu proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk, nilai dengan individu atau kelompok lainnya.

5.3. Brand Awareness

Brand adalah nama, istilah, tanda simbol, rancangan atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing. Lebih jauh brand merupakan nilai yang dapat dilihat (tangible) dan nilai yang tidak dapat dilihat (intangible) yang terwakili dalam sebuah merek dagang (trade mark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila dikelola secara tepat (Durianto dkk., 2004: 2). Brand adalah nama, tanda, simbol, desain, atau kombinasi hal-hal tersebut, yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang dan layanan penjual lain (Kotler, 2000 dalam Simamora, 2003:3).


(22)

xxi

Brand juga bisa berarti identitas yang memberikan jaminan atau janji nilai tertentu (Nicole, 2001 dalam Siamora 2003:3).

Brand adalah nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa dan mampu menimbulkan makna psikologis atau asosiasi (Susanto dan Wijanarko. 2004:4). Brand inilah yang membedakan antara produk dan brand. Produk merupakan sesuatu yang dihasilkan di pabrik, namun yang sesungguhnya dibeli oleh konsumen adalah brand-nya. Brand bukan merupakan sesuatu yang tercetak dalam produk atau kemasannya, tetapi termasuk apa yang ada dalam benak konsumen dan bagaimana konsumen mengasosiasikannya. (Susanto dan Wijanarko. 2004:6). Pendapat lain menyatakan bahwa brand adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap atau kemasan) untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok tertentu, serta untuk membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan pesaing (Aaker, 1991 dalam Susanto dan Wijanarko. 2004:6).

Pendapat-pendapat di atas mengandung pengertian bahwa brand adalah suatu identitas yang membedakan suatu produk dengan para pesaing, brand juga mengandung suatu nilai dan jaminan atau janji dari suatu produsen kepada konsumen.

Sedang pengertian Brand Awareness disampaikan oleh Peter dan Olson (2000: 190) yang menyatakan bahwa Brand Awareness adalah sebuah tujuan umum komunikasi untuk semua strategi promosi. Dengan menciptakan brand awareness, pemasar berharap bahwa kapanpun kebutuhan kategori muncul, brand tersebut akan


(23)

dimunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan.

Peter dan Olson (2000:190) menyatakan tingkat brand awareness dapat diukur dengan meminta konsumen menyebutkan nama brand yang mana yang dianggap akrab oleh konsumen. Apakah pengingatan ulang atau brand awareness sudah memadai tergantung pada dimana dan kapan suatu keputusan pembelian dilakukan. Strategi brand awareness yang tepat tergantung pada seberapa terkenal brand tersebut. Kadang kala tujuan promosi adalah untuk memelihara tingkat brand awareness yang sudah tinggi.

Brand awareness (kesadaran merek) menggambarkan keberadaan brand dalam benak konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori (Durianto dkk., 2004:6). Brand yang kuat dicerminkan oleh brand awareness yang tinggi dan asosiasi merek (brand association) yang kuat dan positif (Temporal, 2000 dalam Siamora, 2003:36). Aaker 1996 (dalam Siamora 2003:36) menambahkan bahwa selain kedua faktor tersebut brand yang kuat juga memiliki persepsi kualitas (perceived quality) dan loyalitas konsumen (consumer loyality) yang tinggi.

Definisi-definisi para ahli mengenai brand awareness dapat ditarik simpulan bahwa brand awareness merupakan tujuan umum komunikasi pemasaran, adanya brand awareness yang tinggi diharapkan kapanpun kebutuhan kategori muncul, brand tersebut akan dimunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan. Brand awareness menunjukkan pengetahuan konsumen terhadap eksistensi suatu brand.


(24)

xxiii

5.4. Keputusan Membeli

Menurut Engel et. al. (1994:31) mengemukakan bahwa keputusan pembelian adalah proses merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melakukan pembelian. Kotler (2001:160) mengemukakan bahwa jenis-jenis tingkah laku membeli konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan dan tingkat perbedaan antara merek yaitu:

a. Tingkah laku membeli yang kompleks

b. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan c. Tingkah laku membeli yang merupakan kebiasaan d. Tingkah laku membeli yang mencari variasi

Masih menurut Kotler (2005:202), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis.

(1) Faktor Budaya

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa.

(2) Faktor Sosial

Banyak dipengaruhi oleh kelompok acuan yaitu semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang serta keluarga yaitu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama. (3) Faktor Pribadi


(25)

Yang paling berpengaruh adalah faktor gaya hidup yaitu pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya dan kepribadian yaitu karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama dalam lingkungannya.

(4) Faktor Psikologis

Yang paling berpengaruh adalah faktor motivasi, persepsi, pembelajaran dan keyakinan.

Selanjutnya perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan pembelian. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah. Menurut Kotler (2005:224), 5 tahap model pembelian konsumen, yaitu:

Gambar 1. Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap (Sumber : Kotler, 2005)

5.5. Teori AIDDA

Teori AIDDA disebut A-A Procedure atau from attention to action prosedure yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Menurut effendy (1999:89) AIDDA adalah akronim dari kata-kata Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), Action (tindakan/kegiatan).

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pasca Pembelian


(26)

xxv

Konsep AIDDA ini adalah proses psikologis dari diri khalayak. Berdasarkan konsep AIDDA agar khalayak membaca dan melakukan action apa yang dianjurkan pihak penyusun berita atau tajuk artikel, maka pertama-tama mereka harus dibangkitkan perhatiannya (attention).

Sebuah iklan akan memberikan afek bagi responden yang mendengarkan, atau menyaksikan sebuah iklan. Adapun efek sebuah iklan menurut Frank Jefkins (1996:234-235) adalah:

a. Perhatian (Attention)

Suatu iklan berhasil memenangkan perhatian, memecahkan perhatian pembaca dari berita editorial atau iklan lain bila iklan tersebut menarik pembaca. Perhatian mungkin dapat diraih dengan memanfaatkan posisi dalam publikasi, atau dengan memanfaatkan ukuran atau bentuk iklan itu diletakkan pada posisi yang tepat. b. Ketertarikan (Interest)

Tidak ada suatu patokan tertentu dalam menggunakan perangkat kreatif ini guna membuat orang tertarik pada iklan kecuali iklan itu juga berhasil meraih rasa keterkaitan mereka.

c. Keinginan (Desire)

Pembaca harus dibuat dari sekedar merasa tertarik dan terpikat, mereka harus didorong untuk menginginkan produk atau jasa yang diiklankan

d. Keyakinan (Decision)

Iklan akan sangat bagus bila mampu menciptakan untuk membeli, memiliki, atau menikmati produk dan jasa yang diiklankan. Namun juga perlu menciptakan iklan


(27)

yang mampu memunculkan keyakinan bahwa memang layak untuk melakukan pembelian dan hal ini akan memberikan kepuasan seperti yang mereka inginkan. e. Tindakan (Action)

Iklan mampu menimbulkan respon. Iklan cetak bersifat statis dan tidak mudah untuk membuat pembaca melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan.

Pada pentahapan ini mengandung maksud bahwa komunikasi itu hendaknya dimulai untuk membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini komunikator harus mampu menimbulkan daya tarik. Oleh karena itu iklan harus mempergunakan trik-trik khusus untuk menimbulkan perhatian calon pembeli (Jefkins, 1996:82), seperti: a. Menggunakan headline yang mengarah

b. Menggunakan slogan yang mudah diingat c. Menonjolkan selling point suatu produk d. Menggunakan huruf tebal

6. Kerangka Konsep

Nawawi (1991:56) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menerapkan variabel-variabel penelitian dalam penelitiannya sebelum memulai pengumpulan data. Kerangka konsep merupakan pemikiran rasional yang bersifat teoritis dalam memperkirakan hasil penelitian yang akan dicapai. Dalam penelitian ini digunakan variabel bebas dan variabel terikat sebagai berikut:


(28)

xxvii

Variabel bebas yaitu variabel yang bertindak sebagai penyebab atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah brand awareness (kesadaran merek)

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel lain atau variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah keputusan membeli

7. Model Teoritis

Berdasarkan uraian diatas, maka model territis penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka agar lebih jelas penggunaanya maka dapat dioperasikan sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) Brand Awareness

Variabel Terikat (Y) Keputusan Membeli +


(29)

Tabel 1. Operasional Variabel

VARIABEL TEORITIS VARIABEL OPERASIONAL

1. Variabel Bebas

a. Brand Awareness (X1)

o Kekuatan brand name

o Iklan yang mudah diingat o Frekuensi iklan

o Kemasan yang unik dan elegan

o Kebesaran brand name

2. Variabel Terikat

Keputusan Membeli

o Perhatian (attention) o Ketertarikan (interest) o Keinginan (desire) o Keyakinan (decision) o Tindakan (action)

o Usia

o Jenis kelamin o Tingkat pendidikan

o Pekerjaan

o Penghasilan

9. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur variabel penelitian. Guna menjelaskan lebih lanjut mengenai variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, maka dibawah ini diuraikan definisi operasional variabel penelitian, sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (X) yang berupa Brand Awarenees adalah tujuan umum komunikasi pemasaran yang menunjukkan pengetahuan konsumen terhadap eksistensi suatu brand, adanya brand awareness yang tinggi diharapkan kapanpun kebutuhan kategori muncul, brand tersebut akan dimunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif dalam pengambilan


(30)

xxix

keputusan. Dalam penelitian ini brand awareness diukur dengan indikator pertanyaan sebagai berikut:

1) Kekuatan brand name Sampoerna menjadi alasan pelanggan untuk memilih membeli rokok Sampoerna “Avolution”

2) Iklan-iklan produk Sampoerna di televisi yang mudah diingat telah membuat pelanggan selalu ingat rokok Sampoerna “Avolution”

3) Frekensi iklan-iklan produk Sampoerna di televisi yang sering muncul telah membuat pelanggan selalu ingat rokok Sampoerna “Avolution”

4) Kemasan rokok Sampoerna Avolution yang unik dan elegan membuat pelanggan selalu tertarik untuk membeli rokok Sampoerna “Avolution” 5) Kebesaran nama rokok Sampoerna telah membuat pelanggan selalu tertarik

untuk membeli rokok Sampoerna “Avolution”

b. Variabel Terikat (Y) yang berupa keputusan membeli adalah alasan dan dasar tindakan para pelanggan untuk membeli produk rokok Sampoerna “Avolution”, dengan indikator pertanyaan sebagai berikut :

1) Perhatian pelanggan terhadap rokok Sampoerna “Avolution” telah membuat pelanggan memutuskan untuk membeli rokok Sampoerna “Avolution”

2) Ketertarikan pelanggan terhadap rokok Sampoerna “Avolution” telah membuat pelanggan memutuskan untuk membeli rokok Sampoerna “Avolution”

3) Keinginan memiliki rokok Sampoerna “Avolution” telah membuat pelanggan memutuskan untuk membeli rokok Sampoerna “Avolution”


(31)

4) Keyakinan pelanggan terhadap rokok Sampoerna “Avolution” telah membuat pelanggan memutuskan untuk membeli rokok Sampoerna “Avolution”

5) Tindakan pelanggan untuk memiliki rokok Sampoerna “Avolution” berarti bahwa pelanggan telah memutuskan untuk membeli rokok Sampoerna “Avolution”

6) Usia responden adalah hitungan dari awal tahun kelahiran sampai sekarang 7) Jenis kelamin adalah suatu ciri ikhas yang membedakan antara pria dan

wanita

8) Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang terakhir atau yang sedang dilalui

9) Pekerjaan responden adalah aktifitas rutin yang dilakukan setiap hari 10) Penghasilan adalah jumlah penghasilan responden setiap bulan

10.Hipotesa

Suyanto dan Sutinah (2005:43) mengatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti, yang kemudian diperluas sebagai kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis melalui penelitian.

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka konsep di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:


(32)

xxxi

Tidak terdapat hubungan antara brand awareness terhadap keputusan membeli rokok masyarakat Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara.

b. Hipotesis 2 (Ha)

Terdapat hubungan antara brand awareness terhadap keputusan membeli rokok masyarakat Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara.


(33)

BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1. Komunikasi

2.1.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses mengirimkan berita diantara pihak-pihak yang saling berhubungan sehingga dari padanya diperoleh pemahaman tentang apa yang dimaksud satu sama lain (Iman & Siswandi, 2007:151). Di dalam organisasi bisnis maupun non bisnis komunikasi ibarat aliran darah kehidupan. Tanpa adanya komunikasi maka organisasi tidak dapat bergerak dan melaksanakan aktivitasnya. Setiap orang yang berada dalam organisasi tidak dapat menghindarkan diri dari komunikasi jika mengharapkan kebutuhannya dapat dipenuhi oleh pihak lain.

Melalui komunikasi berbagai pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dapat saling berhubungan secara efektif dan efisien Oleh karena itu komunikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi agar memberikan manfaat optimal bagi organisasi.

2.1.2. Tujuan Komunikasi

Secara umum Widjaja (2000), mengatakan bahwa tujuan komunikasi yang ingin dicapai dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Tujuan Komunikasi Dari Sudut Kepentingan Sumber a. Memberikan informasi


(34)

xxxiii b. Mendidik

c. Menyenangkan atau menghibur

d. Mengajukan suatu tindakan atau persuasi

b. Tujuan Komunikasi Dari Sudut Kepentingan Penerima a. Memahami informasi

b. Mempelajari c. Menikmati

d. Menerima atau menolak anjuran

Sedangkan Sutojo dan Setiawan (2003), mengatakan bahwa komunikasi bisnis yang efektif mempunyai dua tujuan utama yaitu:

1) Mendapatkan pemahaman penuh tentang makna pesan yang diberikan kepada pihak lain, baik di dalam maupun di luar organisasi perusahaan

2) Mendapatkan tanggapan, tindakan atau persetujuan dari si penerima pesan seperti yang diharapkan si pemberi pesan

2.1.3. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima. Proses ini mengharuskan adanya enam langkah apakah kedua belah pihak berbicara menggunakan isyarat tangan atau menggunakan sarana komunikasi tertentu lainnya.

Langkah-langkah dalam proses komunikasi menurut Davis dan Newstrom (1992), adalah:


(35)

1) Mengembangkan gagasan

Langkah pertama adalah mengembangkan gagasan yang akan disampaikan oleh pengirim kepada penerima

2) Penyandian (encode)

Langkah kedua adalah menyandian gagasan menjadi kata-kata, bagan, atau simbol lainnya yang pantas untuk disampaikan

3) Penyampaian

Langkah ketiga adalah penyampaian dengan cara yang dipilih, seperti melalui memo, telephon, bertatap muka atau kunjungan pribadi

4) Penerimaan

Dalam langkah ini inisiatif beralih ke penerima, yang berusaha untuk menerima pesan yang akan disampaikan

5) Pengolahan data (decode)

Pengolahan sandi bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami 6) Penggunaan

Langkah terakhir adalah penggunaan pesan yang disampaikan oleh penerima Adapun proses komunikasi itu sendiri dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Pemberi Pesan – Sender (encoder)

Pesan, Verbal, Nonverbal

Jalur dan

Media Penerima Pesan – Audience/ Receiver/ Decoder


(36)

xxxv

Gambar 3. Proses Komunikasi (Sumber: Sutojo dan Setiawan, 2003)

2.1.4. Unsur Komunikasi

Komunikasi yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan internal dan lingkungan serta sesuai dengan mekanisme yang ada. Jika komunikasi berjalan sangat berlebihan maka tidak menutupi kemungkina kinerja akan terganggu. Oleh karena itu, komunikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi agar memberikan manfaat optimal bagi organisasi. Proses komunikasi terdiri dari 4 unsur penting yang terdiri dari:

1. Pengirim pesan seperti penulis, pembicara, pengirim kode (sandi).

Adalah sumber berita/pesan yang berinisiatif menciptakan komunikasi, yang mempunyai kepentingan untuk menyampaikan maksudnya agar pihak dikirimi pesan mengerti apa yang dimaksudkan.

2. Pesan atau berita.

Adalah informasi berupa penjelasan baik lisan maupun tulisan dapatpula berupa sandi.

3. Media (surat, memo, laporan, pidato, bagan, grafik atau kurva dan sebagainya) Adalah cara penyampaian pesan, berita atau informasi dari pihak pengirim kepada pihak penerima berita. Media merupakan cara yang sangat berpengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi proses berkomunikasi


(37)

Adalah orang atau organisasi yang dikirimi berita, pesan atau informasi oleh pengirim berita. Penerima ini harus dapat memahami atau mengerti berita, pesan atau informasi sebagaimana dikehendaki oleh oleh pengirim berita.

2.1.5. Jenis Komunikasi

Komunikasi terdiri dari :

1. Komunikasi satu arah, jika dalam proses komunikasi hanya berlangsung dari pengirim kepada penerima tanpa respon yang balik dari penerima.

2. Komunikasi dua arah, dalam proses komunikasi berlangsung dari pengirim kepada penerima dan ada respon balik dari penerima kepada pengirim.

3. Komunikasi formal, komunikasi antara pengirim dan penerima berita mempunyai hubungan formal dalam organisasi.

4. Komunikasi informal, komunikasi antara pengirim dan penerima berita tidak mempunyai hubungan formal dalam organisasi.

5. Kominikasi internal adalah komunikasi yang berlangsung di dalam organisasi yang mempunyai hubungan formal di dalam organisasi dan terjadi di dalam organisasi.

6. Komunikasi eksternal adalah komunikasi yang terjadi antara pengirim dan penerima berita yang berada dalam organisasi dan lainnya berada diluar organisasi.

7. Komunikasi horizontal. Jika pengirim dan penerima berada dalam posisi yang sederajat (misal antar manajer dalam organisasi).


(38)

xxxvii

8. Komunikasi vertikal. Jika pengirim dan penerima berada dalam posisi yang tidak sederajat (misalnya antara manajer dan bawahan).

9. Komunikasi sesaat adalah komunikasi yang terjadi pada saat tertentu dan setelah itu tidak terjadi komunikasi lagi. Ini terjadi karena adanya bias komunikasi.

10. Kominikasi berkelanjutan. Jika komunikasi terjadi secara terus menerus atau berkelanjutan. Komunikasi ini terjadi karena komunikasi sebelumnya dianggap belum selesai dan perlu dilanjutkan.

11. Komunikasi berjenjang. Dalam komunikasi ini saluran berita menurun atau menarik sesuai dengan jabatan yang harus dilalui seperti dari manajer puncak, manajer menengah, supervisor, ketua kelompok dan ke operator dan sebaliknya. 12. Komunikasi berantai adalah komunikasi dari pengirim pertama sampai pada

penerima terakhir dapat ditelusuri dengan jelas.

13. Komunikasi spontan adalah komunikasi yang dilakukan tanpa melalui persiapan yang matang dan tidak terjadwal.

14. Komunikasi terprogram adalah komunikasi yang telah dipersiapkan secara matang dan terjadwal sehingga di masa yang akan datang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan secara rutin.

15. Kominikasi aktif, jika antara pengirim dan penerima melakukan respon atau reaksi timbal balik.

16. Komunikasi pasif, jika anatra pengirim dan penerima tidak melakukan respon atau reaksi timbal balik.


(39)

17. Komunikasi semu adalah proses komunikasi akan tetapi antara pengirim dan penerima sebenarnya sama-sama tidak ingin melakukan komunikasi, komunikasi dilakukan hanya bersifat basa basi saja.

2.1.6. Dimensi Komunikasi Yang Efektif

Dimensi komunikasi yang meningkatkan efektifitas komunikasi bertujuan untuk meningkatkan kesamaan arti antara pesan yang dikirim dengan pesan yang diterima dan efektifitas dalam komunikasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Persepsi

Persepsi adalah inti komunikasi sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini jelas terlihat pada pengertian persepsi yang disampaikan oleh Wenburg dan Wilmot (1973) yang mengatakan bahwa persepsi adalah cara organisme memberikan makna. Sedangkan Verdenber (1978) menyatakan bahwa persepsi proses menafsirkan informasi indrawi. Persepsi dikatakan sebagai inti komunikasi karena jika persepsi seseorang tidak akurat, maka tidak mungkin orang tersebut mampu berkomunikasi dengan baik.

2. Reaksi Emosional atau Keadaaan Emosi

Emosi adalah sesuatu yang dirasai oleh seseorang secara mendalam. Perkataan ’emosi’ bermakna ’gerakan tenaga’ yang berasal dari perkataan lain. Menurut


(40)

xxxix

Childre dan Martin (1999) pengalaman emosi seseorang memberi kesan terhadap sel-sel otak dan ingatan, lalu membentuk corak-corak yang mempengaruhi perilaku seseorang.

3. Keahlian Berkomunikasi

Menurut Stephen dalam Kaloh (2006) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan ketrampilan paling penting dalam hidup seseorang. Seperti hal nya bernafas, komunikasi merupakan sesuatu yang otomatis terjadi, sehingga seseorang tidak tertantang untuk belajar berkomunikasi secara efektif dan santun. 4. Saluran atau Media Komunikasi

Dewi (2006) mengatakan bahwa pemilihan saluran dan media sangat penting dilakukan dalam perencanaan pesan bisnis yang berpusat pada penerima. Komunikasi efektif dan tidak efektif dapat dibedakan melalui pilihan atas saluran dan media komunikasi terdiri atas saluran dan media komuniasi. Pilihan saluran dan media komunikasi sangat tergantung pada sifat pesan, waktu, formalitas dan harapan penerima.

Saluran komunikasi terdiri dari saluran komunikasi lisan (oral communication) dan saluran komunikasi tertulis(written communication). Masing-masing saluran memiliki beberapa jenis media. Media yang dimaksud disini adalah alat atau sarana yang digunakan untuk memindahkan pesan dari pengirim kepada penerima.


(41)

Komunikasi lisan merupakan saluran yang paling banyak digunakan dalam bisnis. Komunikasi ini antara lain percakapan antara dua orang secara langsung, melalui telephon, wawancara, pidato, seminar, pelatihan dan presentasi bisnis. Saluran ini relatif disukai karena sederhana, spontan, nyaman, praktis, dan ekonomis, serta memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam memberikan umpan balik (feedback).

Tentu saja tidak semua pesan bisa dengan tepat dikomunikasikan secara lisan. Informasi yang kontroversial dan aktivitas pengambilan keputusan akan terasa sesuai bila menggunakan saluran itu karena reaksi nonverbal penerima mudah diketahui dan komunikator dapat dengan segera mengambil tindakan yang tepat. Kekurangan atau kelemahan saluran ini adalah sifatnya yang spntan sehingga pesan sering tidak dapat direncanakan dan diorganisasikan dengan baik. Disamping itu, pesan lisan yang disampaikan dari orang ke orang akan membuka peluang terjadinya distrosi.

Saluran lisan dapat digunakan apabila:

- Diperlukan umpan balik secara langsung dari penerima - Pesan relatif sederhana dan mudah dimengerti

- Tidak memerlukan catatan permanen

- Penerima dapat dikumpulkan dengan mudah dan ekonomis

- Ingin medorong interaksi untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan


(42)

xli

Tipe atau tingkatkan komunikasi sangat menentukan tempat dan media yang digunakan. Komunikasi lisan antar pribadi bisa dilakukan di ruang kerja hanya dengan panca indera atau dengan media elektronik, seperti telephon dan voice mail. Selain memiliki kelebihan dalam kecepatan pengiriman dan penerimaan informasi, telephon dan vioce mail juga lebih ekonomis.

Dalam aktivitas komunikasi yang melibatkan audiens yang lebih banyak, biasanya digunakan media kelompok atau publik seperti seminar, rapat, dan konferensi yang diselenggarakan di suatu tempat yang lebih luas dengan bantuan peralatan audio visual jarak dekat maupun jarak jauh. Sementara dalam kelompok massa, biasanya digunakan media elektronik misalnya radio, film, televisi, komputer, dan video cassette/tape recorder.

b) Saluran dan Media Komunikasi Tertulis

Pesan-pesan tertulis dalam bisnis dibuat dalam berbagai bentuk, misalnya surat, memo, proposal, dan laporan. Pilihan kata dalam pesan tertulis dilakukan dengan hati-hati untuk mempertahankan nada sopan dan bersahabat.

Pesan-pesan tertulis bisa ditulis tangan atau dengan bantuan media elektronik. Media elektronik yang biasanya dipergunakan adalah mesin faksimile, telegram dan email.

Saluran komunikasi tertulis dapat dipergunakan jika:

- Tidak diperlukan umpan balik secara langsung dari penerima - Pesan terinci dan kompleks


(43)

- Memerlukan perencanaan yang seksama - Memerlukan catatan permanen

- Penerima dalam jumlah banyak

- Penerima sulit dijangkau karena tersebar secara geografis - Ingin meminimalkan peluang distorsi

Kelebihan saluran komunikasi tertulis adalah adanya kesempatan bagi para komunikator untuk merencanakan dan mengendalikan pesan.

2.1.6. Hambatan Komunikasi

Dalam sebuah komunikasi biasanya akan ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi, sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.

Dewi (2006) mengatakan bahwa untuk berkomunikasi secara efektif tidaklah cukup hanya dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi egektifitas komunikasi, tetapi juga disertai dengan pemahaman mengenai hambatan-hambatannya. Hambatan komunikasi bisa terjadi diantara individu (antarmanusia) maupun di dalam organisasi.

1) Hambatan Komunikasi Antar Manusia

Agar dapat saling memahami komunikator dan komunikan harus memiliki pengertian yang sama mengenai kata, gerakan badan, nada suara, dan simbol-simbol lainnya. Hambatan komunikasi antarmanusia dapat berupa:


(44)

xliii a) Perbedaan Persepsi dan Bahasa

Persepsi merupakan interpretasi pribadi atas sesuatu hal. Definisi seseorang mengenai suatu kata mungkin berbeda dengan orang lain

b) Pendekatan yang buruk

Walaupun sudah mengetahui cara mendengar yang baik, ternyata menjadi pendengar yang baik tidaklah mudah. Dalam keadaan melamun atau lelah memikirkan masalah lain, seseorang cenderung kehilangan minat mendengarnya.

c) Gangguan Emosional

Dalam keadaan kecewa, marah, sedih, atau takut, seseorang akan merasa kesulitan saat menyusun pesan atau menerima pesan dengan baik. Secara praktis, tidak mungkin menghindari komunikasi ketika sedang ada dalam keadaan emosi. Kesalahpahaman sering terjadi akibat gangguan emosional. d) Perbedaan Budaya

Berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya tidak dapat dihindari, terlebih lagi zaman globalisasi ini. Perbedaan budaya merupakan hambatan yang paling sulit diatasi.

e) Gangguan Fisik

Pengirim atau penerima mungkin terganggu oleh hambatan yang bersifat fisik seperti akustik yang jelek, tulisan yang tidak dapat dibaca, cahaya yang redup, atau masalah kesehatan. Gangguan fisik bisa mengganggu konsentrasi dalam berkomunikasi.


(45)

2) Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi

Komunikasi dalam organisasi sering terganggu karena materinya lebih rumit, jumlahnya banyak, dan kontroversial. Hambatan-hambatan komunikasi dalam organisasi, meliputi:

a) Kelebihan Beban Informasi dan Pesan Yang Bersaing

Perkembangan teknologi telah menyebabkan jumlah pesan dalam suatu organisasi meningkat tanajm hingga kecepatan yang semakin tinggi. Pesan melalui surat-surat dari pos, email dan telephon dari berbagai sumber telah membanjiri organisasi dan masing-masing bersaing untuk memperoleh perhatian lebih awal. Hal itu bisa berakibat pada adanya pesan yang didak ditanggapi, pesan yang dianggap tidak penting, atau pemberian respons yang tidak akurat.

b) Penyaringan Yang Tidak Tepat

Ketika meneruskan suatu pesan kepada orang lain dalam organisasi, biasanya terjadi penyaringan yang dilakukan dengan memotong atau menyingkat pesan. Pesan dalam organisasi dikirim melalui berbagai saringan. Misalnya melewati penjaga pintu terlebih dahulu, karyawan kantor depan, sekretaris, baru kemudian sampai kepada pimpinan. Bisa jadi suatu pesan penting tidak sampai sebagian atau bahkan seluruhnya karena telah dipotong atau dibuang. c) Iklan Komunikasi Tertutup atau Tidak Memadai

Pertukaran informasi yang bebas dan terbuka merupakan salah satu ciri komunikasi yang efektif. Iklim komunikasi sangat terkait dengan gaya


(46)

xlv

kepemimpinan. Gaya manajemen yang tertutup cenderung menghambat pertukaran informasi. Demikian pula saluran yang terlalu banyak bisa mengubah pesan ketika bergerak vertikal atau horisontal dalam sebuah organisasi.

Permasalahan komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak sesuai. Permasalahan dalam komunikasi menunjukkan adanya masalah yang terpendam. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim (komunikator), transmisi, maupun penerima (komunikan).

2.2. Komunikasi Massa

Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan dari mass media communication. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Berlo dalam Wiryanto (2005) mengartikan massa sebagai meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.


(47)

Harold D. Lasswell dalam Wiryanto (2005) memformulasikan unsur-unsur komunikasi dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ”Who Says What in Which Channelto Whom With What Effect?”

a. Unsur who (sumber atau komunikator). Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person). Yang dimaksud dimaksud dengan lembaga dalam hal ini adalah perusahaan surat kabar, stasiun radio, televisi, majalah, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud institutionalized person adalah redaktur surat kabar (sebagai contoh). Melalui tajuk rencana menyatakan pendapatnya dengan fasilitas lembaga. Oleh karena itu, ia memiliki kelebihan dalam suara atau wibawa dibandingkan berbicara tanpa fasilitas lembaga.

Pers adalah suatu suatu lembaga sosial. Dalam UU RI No. 40 tahun 1999 tentang pers, pasal 1 ayat (1) menyatakan: ”Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, megolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.” bentuk institusi media massa dipertegas lagi pada pasal 1 ayat (2) yang menyatakan: ”Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor


(48)

xlvii

berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan atau menyalurkan informasi.”

McQuail (1987) menyebutkan ciri-ciri khusus institusi (lembaga) media massa sebagai berikut:

1) Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud informasi, pandangan, dan budaya. Upaya tersebut merupakan respon terhadap kebutuhan sosial kolektif dan permintaan individu.

2) Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang lain: dari pengirim ke penerima, dari anggota audien ke anggota audien lainnya, dari seseorang ke masyarakat dan institusi masyarakat terkait. Semua itu bukan sekedar saluran fisik jaringan komunikasi, melainkan juga merupakan saluran tatacara dan pengetahuan yang menentukan siapakah sebenarnya yang patut atau berkemungkinan untuk mendengar sesuatu dan kepada siapa ia harus mendengarnya.

3) Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan publik, dan merupakan institusi yang terbuka bagi semua orang untuk peran serta sebagai penerima (atau dalam kondisi tertentu sebagai pengirim). Institusi media juga mewakili kondisi publik, seperti yang tampak bilamana media massa menghadapi masalah yang berkaitan dengan pendapat publik (opini publik) dan ikut berperan membentuknya (bukan masalah pribadi, pandangan ahli, atau penilaian ilmiah).


(49)

4) Partisipasi anggota audien dalam institusi pada hakikatnya bersifat sukarela, tanpa adanya keharusan atau kewajiban sosial. Bahkan lebih bersifat suka rela daripada beberapa institusi lainnya, misalnya pendidikan, agama atau politik. Partisipasi anggota audien lebih mengacu pada mengisi waktu senggang dan santai, bukannya berkenaan dengan pekerjaan dan tugas. Hal tersebut dikaitkan juga dengan ketidakberdayaan formal institusi media: media tidak dapat mengandalkan otoritasnya sendiri dalam masyarakat, serta tidak mempunyai organisasi yang menghubungkan pemeran-serta ”lapisan atas” (produsen pesan) dan pemeran-serta ”lapisan bawah” (audien).

5) Industri media dikaitkan dengan industri dan pasar karena ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan pembiayaan.

6) Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian media, mekanisme hukum, dan pandangan-pandangan menentukan yang berbeda antara negara yang satu dengan lainnya.

Komunikator dalam proses komunikasi massa selain merupakan sumber pesan, mereka juga berperan sebagai gate keeper (lihat McQuail, 1987; Nurudin, 2003). Yaitu berperan untuk menambah, mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih


(50)

xlix

mudah dipahami oleh audien-nya. Bitner (dalam Tubbs, 1996) menyatakan bahwa pelaksanaan peran gate keeper dipengaruhi oleh: ekonomi; pembatasan legal; batas waktu; etika pribadi dan profesionalitas; kompetisi diantara media; dan nilai berita.

b. Unsur says what (pesan). Pesan-pesan komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audien yang sangat banyak. Pesan-pesan itu berupa berita, pendapat, lagu, iklan, dan sebagainya. Charles Wright (1977) memberikan karakteristik pesan-pesan komunikasi massa sebagai berikut:

1) Publicly. Pesan-pesan komunikasi massa pada umumnya tidak ditujukan kepada orang perorang secara eksklusif, melainkan bersifat terbuka, untuk umum atau publik.

2) Rapid. Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai audien yang luas dalam waktu yang singkat serta simultan.

3) Transient. Pesan-pesan komunikasi massa untuk memenuhi kebutuhan segera, dikonsumsi sekali pakai dan bukan untuk tujuan yang bersifat permanen. Pada umumnya, pesan-pesan komunikasi massa cenderung dirancang secara timely, supervisial, dan kadang-kadang bersifat sensasional.

c. Unsur in which channel (saluran atau media). Unsur ini menyangkut semua peralatan yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi


(51)

massa. Media yang mempunyai kemampuan tersebut adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, dan sebagainya.

d. Unsur to whom (penerima; khalayak; audien). Penerima pesan-pesan komunikasi massa biasa disebut audien atau khalayak. Orang yang membaca surat kabar, mendengarkan radio, menonton televisi, browsing internet merupakan beberapa contoh dari audien.

Menurut Charles Wright dalam Wiryanto (2005), mass audien memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1) Large yaitu penerima-penerima pesan komunikasi massa berjumlah banyak, merupakan individu-individu yang tersebar dalam berbagai lokasi;

2) Heterogen yaitu penerima-penerima pesan komunikasi massa terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, beragam dalam hal pekerjaan, umur, jenis kelamin, agama, etnis, dan sebagainya;

3) Anonim yaitu anggota-anggota dari mass audien umumnya tidak saling mengenal secara pribadi dengan komunikatornya.

e. Unsur with what effect (dampak). Dampak dalam hal ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audien sebagai akibat dari keterpaan pesan-pesan media. David Berlo dalam Wiryanto (2005) mengklasifikasikan dampak atau perubahan ini ke dalam tiga kategori, yaitu: perubahan dalam ranah pengetahuan; sikap; dan perilaku nyata. Perubahan ini biasanya berlangsung secara berurutan.


(52)

li 2) Ciri-ciri komunikasi massa

Sedangkan ciri-ciri komunikasi massa, menurut Neumann dalam Rakhmat (1994) adalah sebagai berikut:

a. Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis;

b. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi;

c. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim;

d. Mempunyai publik yang secara tersebar.

Pesan-pesan media tidak dapat dilakukan secara langsung artinya jika kita berkomunikasi melalui surat kabar, maka komunike kita tadi harus diformat sebagai berita atau artikel, kemudian dicetak, didistribusikan, baru kemudian sampai ke audien. Antara kita dan audien tidak bisa berkomunikasi secara langsung, sebagaimana dalam komunikasi tatap muka. Istilah yang sering digunakan adalah interposed. Konsekuensinya adalah, karakteristik yang kedua, tidak terjadi interaksi antara komunikator dengan audien. Komunikasi berlangsung satu arah, dari komunikator ke audien, dan hubungan antara keduanya impersonal.

Karakteristik pokok ketiga adalah pesan-pesan komunikasi massa bersifat terbuka, artinya pesan-pesan dalam komunikasi massa bisa dan boleh dibaca, didengar, dan ditonton oleh semua orang. Karakteristik keempat adalah adanya intervensi pengaturan secara institusional antara si pengirim dengan si penerima.


(53)

Dalam berkomunikasi melalui media massa, ada aturan, norma, dan nilai-nilai yang harus dipatuhi. Beberapa aturan perilaku normatif ada dalam kode etik, yang dibuat oleh organisasi-organisasi jurnalis atau media.

Dengan demikian, komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolit sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

2.3. Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran adalah upaya komunikasi untuk memasarkan (proses jual beli) apa saja. Untuk mendukungnya maka komunikasi pmasaran melakukan penekanannya pada promosi. Disamping itu komunikasi pemasaran adalah suatu proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk, nilai dengan individu atau kelompok lainnya.

Sedangkan dilihat dari sudut pandang komunikasi, komunikasi pemasaran adalah suatu proses dimana individu dan atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui proses penyampaian pesan dengan menggunakan saluran-saluran komunikasi yang ada.

1) Peranan Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran sebagai sebuah sarana untuk memberikan informasi tentang suatu produk barang atau jasa yang dimiliki oleh produsen yang ditujukan


(54)

liii

kepada khalayak yang sesuai dengan sasaran dari produk barang atau jasa tersebut.

2) Tugas-tugas Komunikasi Pemasaran

a. Menentukan khalayak dari produk, baik barang maupun jasa yang dipasarkan sesuai segmentasi khalayak

b. Ada pesan yang akan disampaikan kepada khalayak

c. Bagaimana menyusun gambaran tentang organisasi atau merek sehingga dapat diterima oleh khalayak dan dapat bertahan lama

d. Pilihan media mana yang relevan yang dapat menyampaikan pesan tersebut e. Melakukan pengawasan terhadap seluruh program kerja

f. Melihat apa saja yang telah tercapai dari proses tersebut 3) Berbaga Media Komunikasi Pemasaran

a. Public relation

b. Advertising dan periklanan c. Personal selling

d. Sales promotion e. Direct response media

2.4. Merek

2.4.1. Pengertian Merek

Kotler dalam Simamora (2003) mengatakan bahwa mereka adalah nama, tanda, simbol, desain atau kombinasi hal-hal tersebut, yang ditujukan untuk


(55)

mengidentifikasi dan mendifesensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang atau layanan penjual lainnya.

2.4.2. Ekuitas Merek

Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbol yang menambahkan atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan (Aaker, 1997:22-23). Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya mesti berhubungan dengan nama atau simbol sebuah merek. Jika nama dan simbol mereka diubah, beberapa atau semua aset atau liabilitas bisa dipengaruhi dan mengalami kerugian, kendali beberapa diantaranya sudah dialihkan ke nama atau simbol lain.

Ekuitas merek (brand equity) dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu:

1. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum (continuum ranging) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu terkenal, menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk yang bersangkutan.


(56)

lv

Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Merek yang telah mapan akan memiliki posisi menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut dengan brand image yang dimiliki oleh merek tersebut. 3. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)

Loyalitas merek dari kelompok pelanggan seringkali merupakan inti dari ekuitas merek. Apalagi para pelanggan tidak tertarik pada merek dan membeli karena karakteristik produknya, harga dan kenyamanan dengan sedikit memperdulikan merek maka kemungkinan ekuitas mereknya kecil. Sebaliknya apabila para pelanggan membeli suatu barang walaupun dihadapkan pada para kompetitor yang menawarkan karakteristik produk besar dalam merek tersebut dan barang kali juga dalam simbol dan slogannya.

4. Persepsi Kualitas (Perceived Quality)

Persepsi kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh para pelanggan.

5. Aset-aset Merek Lainnya (Other Propietary Brand Asset)

Kategori kelima ini mewakili beberapa aset hak milik lainnya seperti paten, cap dagang (trademark) dan saluran hubungan. Aset-aset merek akan sangat bernilai jika aset-aset itu menghalangi atau mencegah para kompetitor menggerogoti loyalitas konsumen.


(57)

2.4. Keputusan Membeli

2.4.1. Pengertian Keputusan Membeli

Menurut Engel et. al. (1994:31) “keputusan pembelian adalah proses merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melakukan pembelian”.

2.4.2. Jenis-jenis Tingkah Laku Keputusan Membeli

Menurut Kotler (2001:160) adapun jenis-jenis tingkah laku membeli konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan dan tingkat perbedaan antara merek yaitu: 1. Tingkah laku membeli yang kompleks

Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan tinggi konsumen dalam pembelian dan perbedaan besar yang dirasakan diantara merek. Pembeli ini akan melewati proses pembelajaran, pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk, kemudian sikap, dan selanjutnya membuat pilihan membeli yang dipikirkan masak-masak. Pemasar dari produk yang banyak melibatkan peserta harus memahami tingkah laku pengumpulan informasi dan evaluasi dari konsumen yang amat terlibat. Mereka perlu membantu pembeli belajar mengenai atribut kelas produk dan kepentingan relatif masing-masing, dan mengenai apa yang ditawarkan merek tertentu, mungkin dengan menguraikan panjang lebar keunggulan mereka lewat media cetak.


(58)

lvii

Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara mereka. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen amat terlibat dalam pembelian barang yang mahal, jarang dibeli dan beresiko tetapi melihat sedikit perbedaan diantara merek.

3. Tingkah laku membeli yang merupakan kebiasaan

Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan terjadi di bawah kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan perbedaan merek yang dirasakan besar. Konsumen tampaknya mempunyai keterlibatan yang rendah dengan kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli.

Dalam hal ini, tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat urutan keyakinan–sikap–tingkah laku yang biasa. Konsumen tidak mencari informasi secara ekstensif mengenai merek mana yang akan dibeli. Sebaliknya, mereka secara pasif menerima informasi ketika menonton televisi atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan pengenalan akan merek bukan keyakinan pada merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap suatu merek; mereka memilih merek karena sudah dikenal. Karena keterlibatan mereka dengan produk tidak tinggi, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan bahkan setelah membeli. Jadi, proses membeli melibatkan keyakinan merek yang terbentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti dengan tingkah laku membeli, yang mungkin diikuti atau tidak dengan evaluasi.


(59)

Karena pembeli tidak memberikan komitmen yang kuat pada suatu merek, pemasar produk yang kurang terlibat pada beberapa perbedaan merek seringkali menggunakan harga dan promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba produk.

4. Tingkah laku membeli yang mencari variasi

Konsumen menjalani tingkah laku membeli yang mencari variasi dalam situasi yang ditandai oleh keterlibatan konsumen rendah, tetapi perbedaan merek dianggap berarti.

Dalam kategori produk seperti ini, strategi pemasaran mungkin berbeda untuk merek yang menjadi pemimpin pasar dan untuk merek yang kurang ternama. Perusahaan akan mendorong pencarian variasi dengan menawarkan harga rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru.

2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen

Kotler (2005:202) menyatakan bahwa titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah model rangsangan-rangsangan (stimulus-respon model) yang diperlihatkan pada gambar 2.4. Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk ke kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan tertentu. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi pada kesadaran pembeli sejak masuknya rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian.


(60)

lix

Masih menurut Kotler (2005:202), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis.

1. Faktor Budaya

Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa.

Gambar 4. Model Perilaku Pembeli (Sumber : Kotler, 2005) 2. Faktor Sosial

Banyak dipengaruhi oleh kelompok acuan yaitu semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang serta keluarga yaitu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama. Keluarga dapat dijabarkan menjadi dua kelompok besar, yaitu: 1) keluarga inti, adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal bersama, 2) keluarga besar, adalah kelompok yang meliputi keluarga inti ditambah dengan kerabat lainnya. Faktor sosial lainnya adalah peran dan status yang merupakan kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang.

Rangsangan Rangsangan pemasaran lain Produk Ekonomi Harga Teknologi Sal. Pemasaran Politik Promosi Budaya

Ciri-ciri Proses keputusan pembeli pembeli Budaya Pemahaman masalah Sosial Pencarian informasi Pribadi Pemilihan alternatif Psikologi Keputusan pembelian

Perilaku pasca-pembelian

Rangsangan Rangsangan pemasaran lain Produk Ekonomi Harga Teknologi Sal. Pemasaran Politik Promosi Budaya


(61)

3. Faktor Pribadi

Yang paling berpengaruh adalah faktor gaya hidup dan faktor kepribadian. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup juga menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama dalam lingkungannya. Sedangkan konsep diri lebih mengacu kepada bagaimanan individu memandang diri dan orang lain.

4. Faktor Psikologis

Yang paling berpengaruh adalah faktor motivasi, persepsi, pembelajaran dan keyakinan. Motivasi merupakan keinginan seseorang untuk bertindak berdasarkan kebutuhan. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi dan menginterprestasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sedangkan keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.


(62)

lxi

2.4.4. Tahapan Proses Keputusan Membeli

Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah. Menurut Kotler (2005:224), 5 tahap dari model pembelian konsumen, yaitu:

Gambar 6. Proses Pembelian Konsumen Model Lima Tahap (Sumber : Kotler, 2005)

Tahap pembelian konsumen dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Pengenalan Masalah

Proses pembelian diawali ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Para pemasaran perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan kategori produk tertentu. Para pemasar kemudian dapat menyusun strategi pemasaran yang mampu memicu minat konsumen. (2) Pencarian Informasi

Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok, yaitu:

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pasca Pembelian


(63)

a) Sumber pribadi (Personal sources): keluarga, teman, tetangga, orang yang baru dikenal

b) Sumber komersial (Commercial sources): iklan, tenaga penjual, dealer, kemasan, pameran

c) Sumber publik (Public sources) : media massa, organisasi penilai pelanggan d) Sumber pengalaman (Experiental sources): menangani, memeriksa,

menggunakan produk 3. Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan membeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan. Beberapa konsep dasar akan membantu pemasar memahami proses evaluasi konsumen: Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

4. Keputusan Pembelian

Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Namun, dua faktor yang dapat berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian.


(1)

Lampiran 5. Keterangan Foltron Cobol

KETERANGAN FOLTRON COBOL

NO COBOL

KETERANGAN

01

Usia Responden

02

Jenis Kelamin Responden

03

Pendidikan Terakhir

04

Jenis Pekerjaan

05

Jumlah Penghasilan

06

Kekuatan

Brand Name

Sampoerna

07

Merek Sampoerna Yang Terkenal

08

Iklan Produk Sampoerna di Televisi

09

Waktu Tayang Iklan Produk Sampoerna di Televisi

10

Frekuensi Iklan Produk Saampoerna di Televisi

11

Gambar Iklan Sampoerna di Jalanan

12

Kemudahan Mendapatkan Rokok Sampoerna “Avolution”

13

Kemasan Rokok Sampoerna “Avolution”

14

Kebesaran Nama Sampoerna “Avolution”

15

Perasaan Bangga Merokok Sampoerna “Avolution”

16

Perhatian Lebih Terhadap Rokok Sampoerna “Avolution”

17

Perhatian Membuat Responden Memutuskan Membeli

18

Ketertarikan Terhadap Rokok Sampoerna “Avolution”

19

Ketertarikan Membuat Responden Memutuskan Membeli

20

Keintinan Memiliki Rokok Sampoerna “Avolution”

21

Keinginan Memiliki Membuat Responden Memutuskan Membeli

22

Keyakinan Kualitas Rokok Sampoerna “Avolution”

23

Keyakinan Kualitas Membuat Responden Memutuskan Membeli

24

Selalu Membeli Rokok Sampoerna “Avolution”


(2)

Lampiran 6. Tabulasi Jawaban Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 X 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Y 1 2 1 3 3 1 3 3 3 1 4 3 4 4 1 1 27 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 26 2 1 1 3 1 1 2 3 4 3 3 3 4 2 4 3 31 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 36 3 2 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 27 3 3 3 3 3 2 3 2 1 1 24 4 2 1 3 4 2 3 3 3 3 3 1 1 3 2 3 25 2 2 2 2 1 1 3 2 1 3 19 5 2 1 4 1 3 3 3 3 1 3 1 3 3 1 1 22 3 3 1 2 2 3 1 2 3 3 23 6 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 27 2 2 2 3 3 2 3 1 2 3 23 7 2 2 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 3 3 3 3 2 1 3 2 1 3 24 8 3 1 3 3 2 4 3 3 2 4 3 3 4 1 2 29 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 25 9 2 1 3 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 3 3 24 1 1 2 2 1 2 4 3 3 3 22 10 2 1 3 4 3 3 3 3 4 4 3 1 1 1 2 25 2 2 2 3 1 1 3 2 2 3 21 11 3 1 3 3 3 3 3 3 1 3 2 1 1 3 3 23 3 1 1 1 1 3 2 3 3 4 22 12 5 1 3 5 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 31 1 1 1 3 4 3 2 3 3 4 25 13 2 1 3 1 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 27 2 2 2 2 2 3 2 3 3 4 25 14 4 2 3 3 2 3 4 4 4 3 1 1 1 3 3 27 3 3 3 1 1 3 4 2 3 4 27 15 2 1 5 3 1 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 33 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 35 16 3 1 5 2 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 2 31 1 1 3 2 1 1 1 1 4 4 19 17 2 1 3 3 4 3 4 2 3 2 3 2 3 3 3 28 2 2 1 3 2 2 2 3 3 4 24 18 4 1 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 1 3 3 32 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 33 19 4 2 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 38 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 36 20 3 1 3 1 2 4 4 4 4 4 3 3 1 3 3 33 3 3 3 3 3 4 1 4 4 4 32 21 3 1 3 2 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 36 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 26 22 2 1 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 29 2 2 2 2 2 2 3 4 3 4 26 23 4 2 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 3 3 3 3 2 4 2 3 4 3 30 24 4 1 4 5 2 4 1 4 4 4 4 2 2 3 4 32 2 2 3 2 2 2 2 4 4 4 27 25 3 1 3 1 2 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 38 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 33 26 3 1 3 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 3 3 3 4 4 3 1 4 4 4 33 27 2 1 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 2 32 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 26 28 4 2 3 5 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 14 1 1 1 1 1 4 1 4 4 4 22 29 2 1 5 1 2 3 3 3 1 3 3 1 3 1 3 24 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 26 30 2 1 3 1 2 2 3 2 2 3 2 4 2 2 2 24 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 26 31 4 1 3 1 2 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 34 3 3 3 4 4 4 3 2 4 4 34 32 3 1 3 3 4 3 4 3 2 3 1 3 2 4 3 28 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 35 33 2 1 3 2 2 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 34 4 3 2 3 2 4 4 3 3 3 31 34 2 1 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 32 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 28 35 3 1 3 3 5 4 3 3 3 4 3 2 2 4 3 31 2 1 1 2 2 3 3 4 4 4 26 36 2 1 5 3 2 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 36 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 35 37 3 1 3 3 1 4 3 4 3 2 3 4 2 3 3 31 4 4 1 3 4 2 3 2 4 4 31 38 2 1 3 1 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 39 3 1 3 2 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 3 26 1 1 3 1 1 3 1 2 2 3 18 40 2 1 3 1 4 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 25 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 20 41 2 1 3 1 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 28 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 25 42 4 1 4 2 4 4 4 4 1 4 1 1 1 3 3 26 1 1 1 1 1 2 2 3 3 3 18 NO RESP. KESADARAN MEREK KEPUTUSAN MEMBELI


(3)

43 2 1 3 1 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 20 3 2 1 2 1 1 3 3 2 3 21 44 3 1 3 1 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 36 4 4 2 3 4 4 1 4 4 4 34 45 2 1 3 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 38 1 2 3 4 4 3 3 2 2 4 28 46 2 1 3 4 1 4 3 3 3 3 2 3 4 3 3 31 3 3 3 3 4 3 4 3 2 4 32 47 2 1 3 3 3 3 3 3 2 4 2 2 2 3 4 28 2 2 3 2 2 3 3 2 4 4 27 48 2 1 5 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 39 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 35 49 2 1 5 3 3 4 3 3 3 4 1 4 4 3 3 32 2 2 2 3 3 2 4 2 2 3 25 50 3 1 3 1 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 36 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 38 51 2 1 3 3 4 3 4 2 2 1 4 4 4 3 3 30 4 4 2 4 4 2 4 4 3 4 35 52 1 1 3 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 32 2 2 2 2 2 2 4 3 2 3 24 53 2 1 3 1 2 1 3 4 1 3 1 1 1 1 1 17 3 3 3 1 4 3 4 1 1 1 24 54 2 1 3 5 2 4 4 3 2 4 2 4 4 4 2 33 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 36 55 2 1 3 1 1 4 4 4 2 4 3 3 1 2 2 29 2 2 2 3 1 1 1 3 4 4 23 56 5 1 3 1 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 28 1 1 1 3 3 1 4 4 4 4 26 57 2 1 3 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 34 58 4 1 3 3 3 3 4 4 2 4 3 3 2 1 4 30 4 2 1 3 4 3 4 4 4 2 31 59 1 1 3 1 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 3 34 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 36 60 2 1 3 1 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 35 3 4 3 4 4 3 4 4 2 4 35 61 2 1 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 32 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 29 62 4 1 3 3 2 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 37 4 4 4 4 4 1 4 4 3 4 36 63 3 1 3 1 3 3 3 2 2 1 3 3 4 2 4 27 3 3 4 4 2 4 4 2 2 4 32 64 2 1 5 1 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 35 2 2 3 2 2 3 3 3 4 4 28 65 2 1 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 31 66 2 1 3 1 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 37 4 2 2 3 4 4 3 3 4 3 32 67 2 1 3 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 35 68 3 1 3 3 3 3 3 4 2 3 1 1 2 3 3 25 1 1 1 3 3 3 4 3 3 3 25 69 3 1 3 1 2 3 2 3 3 4 4 3 2 2 4 30 1 1 3 4 4 4 3 2 2 4 28 70 3 1 3 1 5 4 3 4 1 4 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 1 1 4 3 3 4 20 71 3 1 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 36 4 4 4 4 4 1 4 3 3 4 35 72 3 1 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 33 1 1 1 4 4 4 1 4 4 4 28 73 4 1 3 1 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 32 2 2 2 2 2 3 3 4 4 4 28 74 4 1 3 1 3 3 3 3 1 3 1 1 3 3 1 22 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 18 75 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 31 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 32 76 3 1 3 1 3 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 32 3 3 2 3 3 2 4 4 3 4 31 77 5 1 3 1 3 3 4 3 4 4 3 2 2 3 3 31 4 3 3 3 2 4 4 4 3 3 33 78 5 1 3 1 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 35 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 33 79 2 1 5 5 4 3 4 4 3 3 1 2 1 3 3 27 3 2 2 3 4 1 1 1 1 4 22 80 2 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 32 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 31 81 2 1 3 4 2 3 4 3 3 4 1 1 2 2 2 25 3 3 3 4 4 1 3 3 3 3 30 82 2 1 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 27 2 2 2 3 4 3 3 4 3 3 29 83 4 1 3 1 3 3 1 3 1 3 1 1 1 1 1 16 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 26 84 2 1 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 26 2 2 2 3 4 3 1 1 3 3 24 85 4 1 3 3 3 2 1 2 1 2 3 3 3 3 3 23 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 27 86 4 1 5 3 3 4 3 4 3 4 4 3 1 4 4 34 1 1 1 3 1 1 1 3 3 4 19 87 3 1 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 32 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 25


(4)

89 2 1 3 1 2 4 3 4 4 3 2 4 4 2 2 32 1 1 2 4 2 4 1 2 3 3 23 90 2 1 3 1 2 4 4 3 3 4 3 4 2 2 3 32 3 1 2 4 4 4 1 3 3 3 28 91 2 1 3 1 2 4 4 4 2 3 3 4 3 2 2 31 2 3 2 2 4 2 4 4 4 4 31 92 4 1 5 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 34 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 33 93 3 1 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 38 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 34 94 2 1 3 1 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 33 2 2 2 4 4 3 2 3 3 3 28 95 4 1 3 3 4 3 4 3 3 3 1 1 1 1 1 21 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 14 96 4 1 3 3 4 3 2 4 1 4 3 2 1 4 2 26 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 27 97 2 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 28 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 26 98 4 1 3 1 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 27 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 26 99 3 1 3 1 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2 30 3 2 2 3 2 1 1 3 3 3 23


(5)

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

Nama

: FRANSAYAH PUTRA S.

NIM

: 070922068

Pembimbing : Dra. Dewi Kurniawati, M.Si.

NO

TANGGAL

PERTEMUAN

PEMBAHASAN

PARAF

PEMBIMBING

1

26 Maret 2010

Penyusunan Proposal Penelitian

2

09 April 2010

Seminar Proposal Penelitian

3

18 April 2010

Konsultasi Perbaikan Proposal

4

28 April 2010

Konsultasi Kuesioner

5

10 Mei 2010

Konsultasi Bab I

6

16 Mei 2010

Konsultasi Bab II

7

20 Mei 2010

Konsultasi Bab III

8

23 Mei 2010

Konsultasi Hasil Penyebaran kuesioner

9

27 Mei 2010

Konsultasi Analisis Data

10

02 Juni 2010

Konsultasi Bab IV dan V

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(6)

11

08 Juni 2010

Persetujuan Skripsi dan Rencana Meja Hijau

12

12 Juni 2010

Persiapan Meja Hijau


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Green Marketing Terhadap Keputusan Membeli Pensil Tulis Dan Pensil Warna Faber Castell Pada Masyarakat Medan

23 193 135

Pengaruh Brand Image Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Pada Rokok A Mild (Pada Kedai Mamak USU)

7 62 83

Pengaruh Advertising Terhadap Pembentukan Brand Awareness Serta Dampaknya Pada Keputusan Pembelian Produk Pocari Sweat Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

14 58 108

Iklan Dan Brand Awareness Siswa (Studi Korelasional Iklan “Pocari Sweat versi Irfan Bachdim” Di Televisi Terhadap Brand Awareness Murid – Murid SD Negeri 106837 Melati II Perbaungan)

2 55 107

Analisis Keputusan Konsumen Membeli Buah di Pasar Modern di Kota Medan (Studi Kasus : Swalayan/Supermarket di Kecamatan Medan Sunggal)

6 61 74

Analisis pengaruh Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Association, Dan Brand Loyalty terhadap keputusan pembelian pada produk pasta gigi 'Pepsodent (studi kasus pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

6 41 167

Analisis pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembalian serta dampaknya terhadap tanggungjawab sosial produk sabun mandi lifebuoy

0 3 167

Iklan Manulife dan Brand Awareness (Studi Korelasional Analisis Iklan Manulife terhadap Brand Awareness Nasabah PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia di Kota Medan)

0 0 16

Iklan Manulife dan Brand Awareness (Studi Korelasional Analisis Iklan Manulife terhadap Brand Awareness Nasabah PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia di Kota Medan)

0 0 2

Iklan Manulife dan Brand Awareness (Studi Korelasional Analisis Iklan Manulife terhadap Brand Awareness Nasabah PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia di Kota Medan)

0 0 11