18
BAB II KONFLIK DI SURIAH
A. Sejarah Perang Sipil di Suriah
Suriah  merupakan  negara  yang  terletak  di  Asia  barat  yang  berbatasan langsung  dengan  negara  Libanon  di  barat,  Turki  di  utara,  Iraq  di  timur,  dan
Yordania  di  selatan.  Negara  Suriah  berdiri  dari  mandat  Perancis  di  liga  bangsa paska Perang Dunia pertama, Suriah merdeka dari tangan Perancis pada 17 April
1946.  Mayoritas  penduduk  Suriah  adalah  bangsa  arab,  dan  para  penduduknya menganut beberapa ajaran kepercayaan, seperti Alawit, Druze, Sunni dan Kristen.
Ada  juga  beberapa  kelompok  etnis  seperti;  Armenia,  Assyria,  Kurdi,  dan  Turki Yezidi.  Ajaran  Sunni  merupakan  ajaran  yang  banyak  dianut  oleh  penduduk  di
Suriah.
26
Perang  sipil  di  Suriah  menjadi  perang  yang  memakan  banyak  korban  jiwa yakni  rakyat  sipil.  Perang  sipil  tersebut  berlangsung  lebih  dari  1000  hari.
Kekerasan  yang  terjadi  di  Suriah  menyebabkan  banyaknya  warga  Suriah  pergi meninggalkan  negara  yang  dalam  keadaan  tidak  kondusif.
27
Kekerasan  yang terjadi  di  Suriah  ini  menjadi  perhatian  dunia  internasional  dimana  banyak
pelanggaran HAM yang terjadi akibat perang sipil tersebut.
28
26
“The World Factbook,” CIA Factbook [database on-line]; tersedia di https:www.cia.govlibrarypublicationsthe-world-factbookgeossy.html ; Internet; diakses pada
9 September 2014.
27
Major Lars Cramer- Larsen and Professor Bertel Heurlin, “Syria: Civil-military relations during
Civil War,” Contemporary Conflicts Issue 01, Volume 02, 2014: h. 1.
28
Ibid. h.2.
19
Sejak  diproklamasikannya  kemerdekaan  Suriah,  tercatat  setidaknya  ada empat kali kudeta yang terjadi di negara itu. Kudeta pertama dilakukan oleh Hunsi
Zaim  atas  pemerintahan  presiden  Shukri  Al-Quwatly  pada  30  Maret  1949. Kemudian  Dilanjutkan  dengan  kudeta  oleh  Kolonel  Sami  Hinnawi  pada  14
Agustus  1949  yang  berhasil  mengangkat  Hashim  Al-Atassi  menjadi  presiden sementara.  Dan  pada  akhir  desember  1949  Letnan  Kolonel  Adib  Shishakli
melakukan kudeta lagi dan berhasil mengangkat seorang sipil, Khalid Al-Azeem, menjadi presiden
29
. Kejadiaan  yang  serupa  pernah  tejadi  pada  naiknya  masa  pemerintahan
Hafedz  Al-Assadd, Coup  d’etat  terjadi  pada  tahun  1971  dan  pada  waktu  itu
Menteri  Pertahanan  Suriah,  Hafez  Al-Assad,  naik  ke  tampuk  kekuasaan  sebagai Perdana  Menteri.  Di  tahun  berikutnya,  perwira  Angkatan  Udara  Suriah  ini
diangkat  menjadi  Presiden  Suriah.  Pada  masa  transisi  ini  juga  mulai  banyak demonstrasi  menentang  rezim  al  Assad  dan  ketika  itu  banyak  korban  meninggal
berjatuhan  akibat  perlawanan  terhadap  rezim  Hafedz  yaitu  ayah  dari  Bashar  Al Assad yang sekarang menjadi presiden Suriah.
Aksi protes yang terjadi di Suriah, merupakan aksi demonstrasi besar  yang pertama, sejak 41 tahun  berlangsung aksi  revolusi menentang  rezim Hafez Al-
Assad  ayah  dari  Bashar  Al-Assad  yang  pada  rezim  sebelumnya  mengendalikan kekuasaan dengan tangan besi.
30
29
George Lenczowski, “Timur Tengah Di Kancah Dunia,” Sinar Biru Algesindo, Bandung: , 1993, h. 198-209
30
David Pryce- Jones “Syria next ? The Horrible Assad Regime Faces its People,”  National
review , Vol LXIII no.9 16 mei 2011 h.18.